Selasa, 19 Mei 2009

Nabi Ibrahim AS

Ibrahim

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Ibrahim
(Bahasa Arab
إبراهيم ) (sekitar 1997-1822 SM) merupakan nabi dalam agama Samawi. Ia mendapat gelar Khalil Allah atau Sahabat Allah. Selain itu ia bersama anaknya, IsmailKaabah. Ia diangkat menjadi nabi sekitar pada tahun 1900 SM, diutus untuk kaum Kal'an yang terletak di Kaldaniyyun Ur, negeri yang disebut kini sebagai Iraq. terkenal sebagai pengasas Kaabah. Ia diangkat menjadi nabi sekitar pada tahun 1900 SM, diutus untuk kaum Kal'an yang terletak di Kaldaniyyun Ur, negeri yang disebut kini sebagai Iraq.

Genealogi

Ibrahim bin Azar bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.


Biografi

Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S.. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan Babilonia yang saat itu diperintah oleh seorang raja zalim bernama Namrudz bin Kan'aan. Sebelum itu tempat kelahirannya berada dalam keadaan kucar-kacir. Ini adalah karena Raja Namrud mendapat petanda bahwa seorang bayi akan dilahirkan disana dan bayi ini akan tumbuh dan merampas takhtanya. Antara sifat insan yang akan menentangnya ini ialah dia akan membawa agama yang mempercayai satu tuhan dan akan menjadi pemusnah batu berhala. Insan ini juga akan menjadi penyebab Raja Namrud mati dengan cara yang dahsyat. Oleh itu Raja Namrud telah mengarahkan semua bayi yang dilahirkan di tempat ini dibunuh, manakala golongan lelaki dan wanita pula telah dipisahkan selama setahun.

Walaupun berada dalam keadaan cemas, kehendak Allah tetap terjadi. Isteri Aazar telah mengandung namun tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Pada suatu hari dia terasa seperti telah tiba waktunya untuk melahirkan anak dan sedar sekiranya diketahui Raja Namrud yang zalim pasti dia serta anaknya akan dibunuh. Dalam ketakutan, ibu nabi Ibrahim telah bersembunyi dan melahirkan anaknya di dalam sebuah gua yang berhampiran. Selepas itu, dia memasuki batu-batu kecil dalam mulut bayinya itu dan meninggalkannya keseorangan. Seminggu kemudian, dia bersama suaminya telah pulang ke gua tersebut dan terkejut melihat nabi Ibrahim a.s masih hidup. Selama seminggu, bayi itu menghisap celah jarinya yang mengandungi susu dan makanan lain yang berkhasiat. Semasa berusia 15 bulan tubuh Nabi Ibrahim telah membesar dengan cepatnya seperti kanak-kanak berusia dua tahun. Maka kedua ibu bapaknya berani membawanya pulang kerumah mereka.

Masa remaja

Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:" Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini?"

Mencari Tuhan yang sebenarnya

Pada masa Nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama politeisme yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme. Dewa Bulan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling penting. Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting. Sewaktu kecil nabi Ibrahim a.s. sering melihat ayahnya membuat patung-patung tersebut, lalu dia berusaha mencari kebenaran agama yang dianuti oleh keluarganya itu.

Dalam al-Quran Surah al-Anaam (ayat 76-78) menceritakan tentang pencariannya dengan kebenaran. Pada waktu malam yang gelap, beliau melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia berkata: "Inikah Tuhanku?" Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula: "Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang". Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan cahayanya), dia berkata: "Inikah Tuhanku?" Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia: "Demi sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya menjadilah aku dari kaum yang sesat". Kemudian apabila dia melihat matahari sedang terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia: "Inikah Tuhanku? Ini lebih besar". Setelah matahari terbenam, dia berkata pula: "Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah dengannya)". Inilah daya logika yang dianugerahi kepada beliau dalam menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya serta menerima tuhan yang sebenarnya.

Melihat tanda Kekuasaan Allah

Nabi Ibrahim yang sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan dan penyembahan berhala yang berlaku di dalam kaumnya ingin mempertebal iman dan keyakinannya lebih dulu, untuk menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin mangganggu pikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Ia memohon kepada Allah: "Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati." Allah menjawab permohonannya dengan berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?." Nabi Ibrahim menjawab:"Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala-ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan hati dan agar semakin tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."

Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung, lalu setelah memperhatikan dan meneliti bagian-bagian tubuh burung itu, ia memotongnya menjadi berkeping-keping, mencampur-baurkannya, dan kemudian tubuh burung yang sudah hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di empat puncak bukit yang berbeda dan berjauhan. Setelah dikerjakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah itu, diperintahkan-Nya Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak tubuhnya dan terpisah jauh setiap bagian tubuhnya itu.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh dan bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya. Lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah keinginan Nabi Ibrahim untuk menenteramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya, dan hanya kata "Kun Fayakun", maka terjadilah apa yang Dikehendaki-Nya.

Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya

Aazar, ayah Nabi Ibrahim sama sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala, ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan dariya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh. Ia merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran setan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.

Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki namun seakan-akan tidak ada hubungan diantara mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: "Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."

Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya berkata: "Wahai ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih karena gagal mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kafir.

Menghancurkan Berhala-berhala

Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyadarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya kerana ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya. Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anuti dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahawa apabila mereka sudah tidak berdaya menolak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebatilan kepercayaan mereka maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka kemukakan iaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang bapa-bapa dan nenek moyang mereka lakukan sejak turun-temurun dan sesekali mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.

Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi untuk berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang keras kepala dan yang tidak mahu menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahawa mereka tidak akan menyimpang daripada cara persembahan nenek moyang mereka, walaupun telah Nabi Ibrahim menasihati mereka berkali-kali bahawa mereka dan bapa-bapa mereka keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis. Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babilonia bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mereka merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka bila ia turut serta.

"Inilah dia kesempatan yang ku nantikan." kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek:"Mengapa kamu tidak makan makanan yang lezat yang disajikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu." Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.

Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub: "Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?" Berkata salah seorang diantara mrk:"Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:"Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya selidik, akhirnya terdpt kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.

Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan. Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.

Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap Raja Namrudz yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mrk. Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh Raja Namrud:"Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:"Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya." Raja Namrudpun terdiam sejenak. Kemudian beliau berkata:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mereka, yang mereka pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada Raja Namrud itu:"Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu."

Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya itu, Raja Namrud mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:"Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu, jika kamu benar-benar setia kepadanya."

Dibakar Hidup-hidup

Keputusan mahkamah telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.

Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mereka. Di antara terdapat para wanita yang hamilpenyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin. Setelah terkumpul kayu bakar di lapangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksana sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim diangkat ke atas sebuah gedung yang tinggi lalu dilemparkan ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:"Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim." dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan

Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.

Orang ramai tercengang dengan keajaiban ini dan mula mempersoalkan kepercayaan kepada Raja Namrud. Malah anak perempuan Raja Namrud sendiri iaitu Puteri Razia mula mempercayai agama yang dibawa oleh beliau. Lalu Puteri itupun mengaku di hadapan khalayak ramai bahawa tuhan nabi Ibrahim a.s. adalah tuhan yang sebenarnya. Ini telah menaikkan kemarahan beliau yang mengarahkan tenteranya untuk membunuh puterinya itu. Puteri itupun meluru ke arah api yang besar itu lalu berkata "Tuhan Nabi Ibrahim selamatkanlah aku". Puteri Razia pun turut terselamat dari terbakar dan dalam api yang membara itu kedengaran dia mengucap kalimah syahadah. Tindakan derhaka puterinya menjadikan hati Raja Namrud semakin membara. Sebaik sahaja puteri Razia keluar dari api tersebut beliau serta tenteranya telah mengejarnya kedalam hutan. Ini memberi peluang kepada Nabi Ibrahim serta adik tirinya Sarah, bapanya Azaar serta anak saudaranya Nabi Luth untuk melarikan diri. Raja Namrud dan tenteranya puas mencari Puteri Razia tetapi puteri itu telah hilang. Selepas sekian lama, merekapun pulang dan mendapati bahawa Nabi Ibrahim turut terlepas. Setelah peristiwa ini, Raja Namrud kian gelisah kerana rakyatnya mula hilang kepercayaan dengan kekuasaannya. Oleh itu, beliau berazam pula untuk membunuh Tuhan nabi Ibrahim.

Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak daripada mereka untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang daripada mereka yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah beralih ke pihak Nabi Ibrahim.

Para istri Ibrahim

Ketika Sarah ditawan Fir’aun untuk dijadikan selir, Allah memberikan pertolongan kepada Sarah sehingga Fir’aun merasa takut, dan gagal menjadikan Sarah sebagai selirnya. Karena gagal menjadikan Sarah sebagai selir, Fir’aun hendak menjadikan Sarah sebagai budak Hajar. Namun, pada akhirnya Hajar pun dihadiahkan kepada Ibrahim setelah sebelumnya Sarah diserahkan kepadanya. Menurut kitab Qishashul Anbiya karya Ibnu Katsir, Hajar adalah seorang putri bangsa Qibthi (Mesir).

Masih dalam buku berjudul Qishashul Anbiya, disebutkan bahwa istri Ibrahim yang terkenal hanya dua, sementara masih ada dua lainnya yang kurang terkenal. Daftar lengkapnya adalah:

Dari Qanthura binti Yaqthan lahir enam orang anak, yakni Madyan, Zamran, Saraj, Yaqsyan, Nasyaq, dan yang keenam belum sempat diberi nama. Dari Hajun binti Amin lahir lima orang anak, yakni Kisan, Sauraj, Amim, Luthan, dan Nafis.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ibrahim

Babilonia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Babilonia (1696 – 1654 SM) dinamai sesuai dengan ibukotanya, Babel, adalah negara kuno yang terletak di selatan Mesopotamia (sekarang Irak), di wilayah Sumeria dan Akkadia. Babel pertama disebut dalam sebuah tablet dari masa pemerintahan Sargon dari Akkadia, dari abad ke-23 SM. Setelahnya berdiri Kekaisaran Neo-Babilonia.

Mesopotamia kuno
Babylonlion.JPG
Eufrat Tigris
Kota / Kerajaan
Sumeria: Uruk Ur Eridu
Kish Lagash Nippur
Kerajaan Akkadia: Akkad
Babilonia Isin Susa
Asyur: Assur Niniwe
Dur-Sharrukin Nimrud
Babilonia Khaldea
Elam Amori
Hurrian Mitanni
Kassit Urartu
Kronologi
Raja-raja Sumeria
Daftar raja Asyur
Daftar raja Babilonia
Bahasa
Aram
Sumeria Akkadia
Elam Hurria
Mitologi
Enûma Elish
Gilgames Marduk

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Babilonia

Namrudz

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Namrudz bin Kan'aan (Arab نمرود بن كنعان, Inggris Nimrod, Ibrani: נִמְרוֹד, Standar Nimrod Tiberia נִמְרֹד ; Nimrōḏ) (2275 SM – 1943 SM)[1] adalah salah satu seorang raja Mesopotamia. Ia memiliki gelar "Pemburu Yang Perkasa", karena keahliannya dalam berburu. Selain itu, Namrudz juga digelari Dewa Bacchus dan juga Dewa Matahari.
Sebuah lukisan karya Pieter Bruegel yang berjudul Menara Babel menggambarkan Namrudz sedang menginspeksi para tukang batu.

Namrudz sendiri merupakan kata jamak yang memiliki arti “Mari memberontak". Namanya tercatat dalam Taurat, Injil dan kisah-kisah Islam. Namrudz adalah keturunan ke-5 dari Nuh. Silsilah lengkapnya adalah Namrudz bin Kana'an bin Kush bin Ham bin Nuh.
Pada zamannya, Namrudz merupakan seorang raja yang cerdas, namun kecerdasannya itu membuatnya bersikap sombong dan mengaku sebagai Tuhan dan usahanya selalu mendapatkan tantangan dari Ibrahim. Namanya terkenal karena usahanya sebagai pendiri Menara Babel. Ia adalah orang yang berkuasa di bumi pada zzamannya, yang telah membangun kota-kota besar seperti Babel, Erekh, Akad, Asyur, Niniwe, Rehobot-Ir, Kalah yang kesemua kota itu terletak di tanah Sinear (Inggris: Shinar).

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Namrudz

Sara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sara (שָׂרָה "Putri", bahasa Ibrani Standar Sara, bahasa Ibrani Tiberias Śārāh, bahasa Arab: سارة) aadlah istri Abraham sebagaimana digambarkan dalam Alkitab Ibrani. Kisah Sara diceritakan dalam Kitab Kejadian.

Sara mulanya dinamai Sarai (שָׂרַי / שָׂרָי "Putriku", bahasa Ibrani standar Saray, bahasa Ibrani Tiberias Śāray / Śārāy) dan hidup bersama suaminya, yang saat itu bernama Abram (אברם) di kota Haran. Ketika Allah memerintahkan Abram meninggalkan tanah kelahirannya dan pergi menuju suatu negeri yang tidak diketahui (belakangan diidentifikasikan sebagai Kanaan), Sarai menyertainya. Namun, ketika mereka tiba di sana, mereka mengalami bala kelaparan, dan memutuskan untuk menyelamatkan diri di Mesir. Karena merasa kuatir bahwa kecantikan Sarai akan membahayakan hidupnya bila hubungan mereka diketahui, Abram mengusulkan agar Sarai berpura-pura menjadi saudara perempuannya.

Seperti yang dikuatirkan Abram, Sarai diambil oleh Firaun, yang mengganjar Abram dengan harta kekayaan. Namun, Allah menghukum Firaun beserta seluruh isi rumahnya dengan wabah penyakit yang parah. Hal ini menyebabkan Firaun mencurigai Abram. Ia mempersalahkan Abram, dan menyuruhnya mengambil istrinya kembali dan pergi. Menurut tafsiran-tafsiran klasik Yahudi, Firaun tetap terkesan oleh sikap Abram yang benar, dan karena itu ia mengirim anak perempuannya sendiri, Hagar untuk menjadi pembantu Sara.

Meskipun Allah telah berjanji kepada Abram bahwa ia akan menjadi bapak segala bangsa, Sarai tetap mandul. Untuk menolong suaminya memenuhi takdir yang telah ditetapkan, ia menawarkan pembantunya orang Mesir, Hagar, untuk menjadi gundik Abram.

Hubungan Hagar dengan Sarai tidak berlangsung baik. Sarai mengecam suaminya dengan pahit, dan Abram menjawab bahwa Sarai harus melakukan apa yang dipandangnya baik. Perlakuan Sarai yang kejam terhadap Hagar membuatnya melarikan diri ke padang gurun. Di sana Hagar bertemu dengan malaikat Allah yang memberitakan kepadanya bahwa keturunannya akan menjadi banyak, dan menganjurkan agar ia kembali kepada nyonyanya. Setelah Hagar kembali, ia melahirkan seorang anak bagi Abraham, yang dinamainya Ismael.

Setelah itu Allah mengganti nama keduanya menjadi Abraham dan Sara dan menjadikan mereka leluhur dari suatu bangsa di masa depan, yaitu bangsa Israel. Dalam bahasa Ibrani, nama Abram berarti "bapak dari Aram," negeri tempat kelahiran Abraham, dan Sarai berarti "putriku", yang merujuk kpada hubungannya dengan suaminya. Sekarang nama mereka berubah menjadi Abraham, yang berarti "banyak banyak (bangsa)," sementara Sara, berarti "putri [dari semua bangsa]." Lalu Allah mengutus tiga orang malaikat yang menyamar sebagai manusia untuk memberitahukan kepada pasangan ini tentang Ishak yang akan segera dilahirkan. Abraham tertawa dengan sukacita ketika mendenar berita itu, karena usianya akan mencapai 100 tahun pada kelahiran anaknya itu, namun Sara tertawa karena ragu-ragu, karena usianya akan mencapai 90 tahun dan masa melahirkan sudah lama lewat baginya.

Abraham kemudian pindah ke Gerar, dan di sana kembali istrinya diambil oleh raja Gerar untuk dijadikan istrinya, setelah Sara mengaku sebagai saudara perempuan Abraham. Namun, Abimelekh diperingatkan oleh Allah dalam sebuah mimpi agar tidak menyentuh Sara. Ketika Abimelekh mengecam Abraham karena penipuan ini, Abraham membenarkan dirinya dengan menjelaskan bahwa Sara adalah anak perempuan dari ayahnya, namun bukan dari ibunya (Kejadian 20:1-12).

Segera setelah kejadian ini, Sara melahirkan seorang anak, Ishak. Allah menyuruh Abraham menamainya sesuai dengan tertawa Abraham ketika ia mendengar nubuat malaikat tentang kelahiran anaknya itu. Menurut Rashi, orang mempertanyakan apakah Abraham yang berusia 100 tahun itu benar-benar merupakan bapak anak itu, karena ia dan ara telah hdiup bersama-sama selama puluhan tahun namun tidak juga mendapatkan anak. Sebaliknya, oarng menyebarkan gosip bahwa Abimlekehlah ayahnya yang sejati. Karena alasan ini, menurut Rashi, Allah menjadikan ciri-ciri Ishak persis seperti Abraham, sehingga tak seorangpun dapat mengklaim bahwa ia adalah ayah Ishak.

Sementara Ishak bertumbuh, kakak tirinya, Ismael mulai mengejeknya, dan Sara meminta agar Abraham mengusir baik Hagar maupun Ismael untuk melindungi Ishak. Berathun-tahun kemudian, setelah Abraham meninggal, Ishak dan Ismael kembali berkumpul untuk menguburkan ayah mereka di Gua para Leluhur di Hebron (Kejadian 25:9).

Sara meninggal di Kiryat-arba (קרית ארבע), atau Hebron, pada usia 127 tahun. Kematiannya mendorong Abraham membeli sebidang tanah penguburan kelaurga, dan ia mendekati Efron, orang Het untuk menjual kepadanya Gua Makhpela (Gua para Leluhur). Efron menuntut harga yang sangat tinggi, yaitu 400 mata uang perak, yang dibayar Abraham sengan tunai. Gua Kahpela kelak terbukti menjadi kuburan dari ketika leluhur Yahudi dan empat ibu mereka —Abraham dan Sara, Ishak dan Ribka, dan Yakub dan Lea. Rahel dikuburkan di jalan menuju ke Bethlehem.

Sara tidak disebut-sebut lagi dalam kanon Ibrani, kecuali dalam Yesaya 51:2, di mana nabi mengimbau kepada para pendengarnya agar “memandang kepada Abraham, bapa leluhurmu, dan kepada Sara yang telah melahirkanmu.”

Dalam sastra rabinik

Dalam sastra Rabinik, Sara adalah keponakan Abraham, karena ia adalah anak perempuan Haran, saudara Abraham. Ia juga disebut dengan nama "Iskah" (Kejadian 21:29), karena kecantikannya menarik perhatian dan kekaguman umum (Meg. 14a). Ia begitu cantiknya sehingga orang-orang lain kelihatan seperti kera bila dibandingkan dengannya (Talmud, Bava Batra 58a). Bahkan kesulitan yang dialami dalam perjalanannya bersama Abraham tidak mempengaruhi kecantikannya (Midrash Gen. Rabbah xi. 4). Menurut penjelasan lain, ia disebut Iskah karena ia mempunyai visi kenabian (Meg. l.c.). Ia adalah "mahkota" suaminya; dan Abraham menaati kata-katanya karena ia mengakui keunggulan Sara dalam hal ini (Gen. R. xlvii. 1). Sara adalah satu-satunya perempuan yang dianggap Allah layak disapa-Nya secara langsung; semua nabiah lainnya menerima penyataan mereka melalui para malaikat (ib. xlv. 14). Dalam perjalanan mereka, Abraham mentobatkan kaum laki-laki, dan Sara kaum perempuan (ib. xxxix. 21). Semula ia dinamai “Sarai” yang berarti “putriku,” karena ia adalah putrid di keluarganya dan di sukunya; belakangan ia dinamai “Sara” = “putri” karena ia diakui secara umum sebagi putri (Talmud Berachot 13a; Genesis Rabbah xlvii. 1).

Pengulangan dalam cerita

Kisah kehidupan Sara, meskipun singkat dan tidak lengkap, memberikan pengulangan-pengulangan yang mengusik perhatian, mis. kejadian dengan Firaun dan kejadian serupa dengan Abimelekh (Kejadian 12:10 dyb. dan 20:1 dyb.). Pernikahan dengan saudara tiri, dalam suatu masyarakat matriarkhi primitif, tidak dianggap sumbang. Dari sudut pandangan sejarah kebudayaan cerita-cerita ini penuh dengan pengajaran. Namun sebagian orang menganggap agaknya tidak mungkin bahwa Abraham mengalami risiko ini dua kali. Lebih dari itu, sebuah kejadian serupa juga dilaporkan sehubungan dengan Ishak dan Ribka (Kejadian 26:6-11). Pengulangan ini menyebabkan sebagian orang berpendapat bahwa tak satupun dari laporan-laporan itu yang harus diterima sebagai laporan historis. Mereka berpendapat bahwa ketiganya adalah variasi dari suatu tema yang sama bagi sejarah lisan populer tentang para Leluhur. Bahwa perempuan menikah dengan cara ini tidak perlu diragukan. Maksud cerita ini adalah menonjolkan para tokoh pahlawan perempuannya sebagai orang-orang yang paling cantik dan memperlihatkan bahwa para Leluhur berada dalam perlindungan yang khusus dari Allah. Janji Ishak dan penjelasan tentang nama diberikan dua kali. Pertama, Abraham adalah penerima janji itu, dan ia tertawa (Kejadian 27:15-21). Dalam kisah kedua (Kejadian 28), Abraham kembali diberikan janji itu, namun Sara tertawa. Akhirnya nama itu mendapatkan pembenaran yang ketiga dalam seruan kegembiraan Sara pada saat kelahirannya. (Kejadian 21:6).

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sarah

Hajar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hajar (Arab:هاجر, Ibrani:הָגָר) adalah ibu dari Ismail sekaligus istri dari Ibrahim. Pada awalnya, dia adalah pembantu Nabi Ibrahim. Akan tetapi, Sarah istri pertama Ibrahim mandul dan menyuruh Ibrahim menikah dengan Hajar. Hajar pun punya anak bernama Ismail. Ketika itu, Nabi Ibrahim meninggalkan mereka di Mekkah. Orang Indonesia mengenalnya dengan nama Siti Hajar.

Biografi

Ketika Sarah ditawan Fir’aun untuk dijadikan selir, Allah memberikan pertolongan kepada Sarah sehingga Fir’aun merasa takut dan gagal menjadikan Sarah sebagai selirnya. Karena gagal menjadikan Sarah sebagai selir, Fir’aun hendak menjadikan Sarah sebagai budak Hajar. Namun, pada akhirnya Hajar pun dihadiahkan kepada Ibrahim setelah sebelumnya Sarah diserahkan kepadanya. Menurut kitab Qishash al Anbiya karya Ibnu Katsir, Hajar adalah seorang putri bangsa Qibthi (Mesir).[1]

Menurut buku Qishash al Anbiya buku koleksi kisah-kisah tentang para nabi, Hajar adalah seorang anak raja Maghreb, leluhur dari para nabi-nabi dalam Islam. Ayahnya dibunuh oleh Firaun yang bernama Dhu l-'arsh dan ia ditawan dan dijadikan budak. Karena ia masih golongan bangsawan, maka ia akan dijadikan selir dan bisa memasuki kemakmuran Firaun. Melalui percakapan dengan keyakinan Ibrahim, sang Firaun memberikan Hajar kepada Sarah yang akan memberikannya kepada Ibrahim. Hajar berasal dari kata Ha ajruka (Bahasa Arab untuk "inilah imbalan mu").

Menurut kisah Islam lainnya, Hajar adalah anak dari raja Mesir, yang diberikan kepada Ibrahim sebagai istrinya.[2] Ismail dilahirkan dari Hajar menyebabkan percekcokan dirinya dengan Sarah, yang tidak memiliki anak . Ibrahim membawa Hajar dan anaknya ke sebuah tempat disekitar Mekkah yang disebut sebagai Faran, dimana Malaikat Jibril menunjukkan Ka'bah kepadanya.[3] Obyektifitas dari kisah perjalanan ini adalah untuk "mentransmigrasikan" dan bukan untuk "membuang" Hajar.

Perjalanan dimulai di Syria, ketika Ismail masih bayi. Jibril secara pribadi tetap menuntun mereka dalam perjalanannya untuk meraih situs Ka’bah, Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail dibawah pohon kemudian memberikan mereka air.[3] Hajar mempelajari bahwa Tuhan telah memerintahkan Ibrahim suaminya untuk meninggalkannya di gurun pasir yang bernama Faran dan Hajar menghargai keputusan itu.[2] Muslim meyakini bahwa Tuhan memerintahkan Ibrahim untuk meninggalkan Hajar, untuk mencoba kepatuhan perintah Tuhan.[4]

Bagaimanapun, Hajar kehabisan air dan bayi Ismail sekarat. Menurut kisah Islam, Hajar kemudian menjadi panic kemudian ia mendaki dua bukit yang terdekat secara berulang-ulang mencari air. Setelah tujuh kali mendaki, kemudian Jibril menyelamatkannya dengan memukulkan tongkatnya ketanah, kemudian keluarlah mata air dari dalam tanah. Mata air ini disebut zamzam yang terletak dekat Ka'bah di Mekkah.[3] Seperti sosok penting lainnya didalam Al Qur'an, nama Hajar tidak pernah disebut didalam teks tetapi sering disebut didalam hadits.

Haji

Kisah Hajar yang berulang-ulang berusaha mencari air untuk anaknya, ia berlari diantara bukit Safa dan Marwa telah dikhususkan menjadi sebuah ritual bagi para umat Muslim (Sa`i Arab: سَعِي). Selama melakukan ibadah haji dan umrah, para peziarah diharuskan untuk berjalan diantara dua bukit tersebut selama tujuh kali untuk mengenang kisah Hajar dalam mencari air. Ritual ini melambangkan perayaan dari keibuan dalam Islam, begitupula dengan kepemimpinan seorang wanita.[2] Untuk melengkapi ritual tersebut, para Muslim akan meminum air dari sumur zamzam. Para muslim akan sering kembali untuk mengambil air dan dianggap sebagai air suci untuk mengenang Hajar.[5]

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Hajar

Kisah Nabi Ibrahim menurut Tanbihul Ghafilin

1) Pembukaan

Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh a.s. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin Kan'aan" Kerajaan Babylon pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang mahupun pandangan serta saranan-saranan yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mereka. Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka masih berada ditingkat jahiliyah. Mereka tidak mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah mengurniakan mereka dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mereka adalah patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.

Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak. Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dapat dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang berlebuh-lebihan yang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela menyembah patung-patung yang terbina dari batu yang tidak dapat memberi manfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan. Dia yang dapat berbicara, dapat mendengar, dapat berfikir, dapat memimpin mereka, membawa kemakmuran bagi mereka dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dapat mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang mulia dan disamping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.

Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calun Rasul dan pesuruh Allah s.w.t. yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya, jauh-jauh telah di ilhami akal sihat dan fikiran tajam serta kesedaran bahawa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan kecetekan fikiran dan bahawa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus dibanteras dan diperangi agar mereka kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.

Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun kerana iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Allah s.w.t. kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:"Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini? "

2) Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah Mati Dihidupkan Kembali Oleh Allah s.w.t.

Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan
hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin sekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah s.w.t. agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Berserulah ia kepada Allah s.w.t. : "Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati." Allah s.w.t. menjawab seruannya dengan berfirman: "Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim menjawab: "Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."

Allah s.w.t. memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain. Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah s.w.t. itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain.

Dengan izin Allah s.w.t. dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahawa kekuasaan dan kehendak Allah s.w.t. tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang difirmankan oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki "Fayakun".

3) Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya

Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bahkan ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan daripadanya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan. Nabi Ibrahim merasa bahawa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyedarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh. Beliau merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahawa ia diutuskan oleh Allah s.w.t. sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahawa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahawa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan laknatullah yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah s.w.t. yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.

Aazar menjadi merah mukanya dan mebuka matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yang dianggapnya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahawa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki hamun seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: "Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan marahku dan cuba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu dan tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."

Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya berkaat: "Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah s.w.t. dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah s.w.t. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu" Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih kerana tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.

4) Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala

Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya kerana ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahawa hidayah itu adalah di tangan Allah s.w.t. dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendapat hidayah, bila belum dikehendaki oleh Allah s.w.t. maka sia-sialah keinginan dan usahanya. Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah s.w.t. dan Rasul-Nya

Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahawa bila mereka sudah tidak berdaya menolak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mereka maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka kemukakan iaitu bahawa mereka hanya meneruskan apa yang oleh bapa-bapa dan nenek moyang mrk dilakukan dan sesekali mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.

Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala batu dan yang tidak mahu menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahawa mereka tidak akan menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mereka, walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahawa mereka dan bapa-bapa mereka keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan laknatullah dan iblis laknatullah. Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahawa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahawa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mereka merasa khuatir bahawa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka bila ia turut serta.

"Inilah dia kesempatan yang ku nantikan," kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim mengejek: "Mengapa kamu tidak makan makanan yang lazat yang disaljikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu" Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.

Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub: "Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan kita ini?" Berkata salah seorang diantara mereka: "Ada kemungkinan bahawa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini" Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata: "Bahkan dialah yang pasti berbuat, kerana ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya selidik, akhirnya terdapat kepastian yang tidak diragukan lagi bahawa Ibrahimlah yang merosakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dapat diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mereka. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.

Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Kerana dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mereka yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan. Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.

Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mereka. Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim: "Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merosakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab: "Patung besar yang berkalungkan kapak dilehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya." Para hakim terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian berkata si hakim: "Engkaukan tahu bahawa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mereka, yang mereka pertahankan mati-matian, semata-mata hanya kerana adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu: "Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat bahawa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan laknatullah. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu."

Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya iut, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mereka, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu: "Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu, jika kamu benar-benar setia kepadanya."

5) Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup

Keputusan mahkamah telah dijatuhakan.Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mereka yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.

Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mereka. Diantara terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin. Setelah terkumpul kayu bakar di lanpangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksan sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim didatangkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah s.w.t.: "Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."

Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal kerana iman dan keyakinannya bahawa Allah s.w.t. tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah s.w.t.. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah s.w.t. Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah s.w.t. yang tersesat itu.

Para penonton upacara pembakaran hairan tercenggang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berbeza seperti biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikit jua pun. Mereka bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku, padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah. Ada sebahagian daripada mereka yang dalam hati kecilnya mulai meragui kebenaran agama mereka namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mereka merasa kecewa dan malu, kerana hukuman yang mereka jatuhkan ke atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mereka merasa malu kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.

Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mereka dan membuka mata hati banyak daripada mereka untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang daripada mereka yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahawa pengaruhnya telah beralih ke pihak Nabi Ibrahim.

Sumber http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/himpunankisahparanabi2.htm

Do'a Nabi Ibrahim AS

Seri ini masih rentetan Seri yang lalu, yaitu dalam konteks menjelang Bulan Haji. Seperti dikemukakan dalam Seri yang lalu, dalam Perjanijan Lama [LAI-Kejadian 21:14-19] Hagar dan Ismail dibiarkan pergi sendiri setelah "diusir" oleh Sarah. Sebenarnya tidak demikian. Nabi Ibrahim AS tidak melepaskan kedua ibu dan anak yang masih bayi itu pergi sendiri, melainkan Nabi Ibrahim AS membawa pergi keduanya. Atas petunjuk Allah, Nabi Ibrahim AS meninggalkan Hajar dan Ismail di sebuah tempat yang kelak akan menjadi kota suci Makkah, seperti disebutkan dalam Hadits:

Waktu itu tidak ada seorangpun yang tinggal di Makkah dan di situ airpun tidak ada. Nabi Ibrahim menempatkan keduanya di sana dan diletakkannya di sisi keduanya sebuah tempat makanan yang berisi kurma dan sebuah tempat minum yang berisi air. Kemudian Nabi Ibrahim berangkat. ......……Kata ibu Ismail kepadanya: "Tuhankah yang menyuruh tuan berbuat begini?" Jawab Ibrahim: "Ya!" Katanya: "Jika begitu, Tuhan tiada akan menyia-nyiakan kami. .... Ketika ia (Ibrahim) berada di Saniah, di tempat yang kira-kira tidak kelihatan oleh ibu Ismail, Nabi Ibrahim menghadap ke arah Bait, kemudian ia berdo'a dengan beberapa kalimat, sambil mengangkat kedua tangannya (HR Bukhariy).

Inilah do'a Nabi Ibrahim AS:
-- RBNA ANY ASKNT MN DzRYTY BWAD GhYR DzY ZR'A 'AND BYTK MhRM RBNA LYQYMWA ALShLWt FAJ'AL AfaDt MN ALNAS THWY ALYHM WARZQHM MN ALTsMRT L'ALKM YSyKRWN (S. ABRAHM, 14:37), dibaca:
-- rabbana- inni- askantu min dzurriyati- biwa-din ghiri dzi- zar'in 'inda baitikal muharrami rabbana- liyuqi-mush shala-ta faj'al afidatam minan na-si tahwi- ilaihim warzuquhum minats tsmara-ti la'allahum yasykuru-n, artinya:
-- Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan anak-anakku di lembah yang tiada bertanam-tanaman, disisi rumah Engkau yang suci. Ya Tuhan kami, supaya mereka mendirikan shalat. Sebab itu hendaklah Engkau jadikan hati manusia rindu kepada mereka dan beri rezekilah mereka dengan buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Yang dimaksud dengan BYTK ALMhRM {Rumah Engkau yang Suci) dalam ayat (14:37), dan Bait dalam Hadits di atas adalah lokasi bekas Rumah Ibadah yang dibangun oleh Nabi Adam AS yang telah hancur oleh banjir besar pada zaman Nabi Nuh AS, seperti disebutkan dalam Hadits: Dan tinggi Baitullah sebagai gundukan tanah yang dilanda oleh banjir (zaman Nabi Nuh) di sebelah kanan dan kirinya." (HR Bukhariy)

Kemudian ibu Ismail menyusukan anaknya dan meminum air yang disediakan itu. Ketika air yang dalam tempat air itu habis, ia dan anaknya merasa haus. Seperti telah dijelaskan dalam Seri yang lalu, Hajar pulang balik tujuh kali antara Safa dan Marwah mencari air. Dalam Hadist disebutkan:

Ketika ibu Ismail ada di Marwah tiba-tiba di situ ada malaikat lalu ia menggali dengan tumitnya, sehingga keluarlah air zam-zam. …… Malaikat berkata kepadanya: "Janganlah engkau takut akan binasa! Sesungguhnya di sini Baitullah akan dibangun (kembali) oleh anak ini dan ayahnya, dan sesungguhnya Tuhan tidak akan menyia-nyiakan penduduk tempat ini" (HR Bukhariy).

Nabi Ibrahim AS dan Ismail tujuh kali berkeliling hingga pembangunan kembali Baitullah selesai. Ini diabadikan dalam napak tilas tawaf(*) tujuh kali mengelilingi Baitullah. Tatkala pembangunan itu selesai, Nabi Ibrahim AS lalu memerintahkan Ismail: "Pergilah engkau mencari sebuah batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagi manusia". Akhirnya Ismail datang membawa sebuah batu hitam. Nabi Ibrahim AS bertanya: "Dari mana kau dapatkan batu ini?" Maka Ismailpun menceritakan, bahwa batu hitam itu diberikan sambil tersenyum oleh seorang lelaki yang tampan dan gagah. Mendengar penjelasan putera kesayangannya itu, Nabi Ibrahim AS dengan serta merta menciumi batu tersebut dengan rasa suka cita, kemudian berkata: "Tahukah engkau anakku, siapakah lelaki tampan yang memberikan batu ini kepadamu? Lelaki tampan itu tadi adalah Malaikat Jibril AS yang menjelma menyerupai manusia biasa, dan batu ini adalah sisa yang tertinggal dari Bait al-Atiq, rumah ibadah yang pertama dibangun oleh kakek dan nenek kita Nabi Adam AS dan Hawa,"

Sejak itulah dan sampai sekarang ini, setiap orang yang bertawaf mengelilingi BaituLLah, disunatkan pula mencium batu hitam (Hajar al-Aswad) dan nama Hajar al-Aswad pun, diberikan oleh Nabi Ibrahim AS. Mencium Hajar al-Aswad itu juga berupa napak tilas Nabi Ibrahim AS mencium batu hitam itu karena sukacita.

***

Para orientalis yang menganggap dirinya "pintar" dengan naif membual, katanya akan datang segera zaman baru, zaman kemajuan di mana manusia sudah menjadi modern dalam berpikirnya. Bila manusia sudah mulai menggunakan akalnya, tidak akan ada lagi orang yang mau membuang waktu dan tenaga serta dana untuk datang melihat tempat yang gersang. Seperti yang diperbualkan oleh Rev. Zwemmer: "Akan datang masa Makkah dan Madinah akan menjadi sunyi kembali. Bahkan sebaliknya yang terjadi. Andaikata Rev. Zwemmer bangun dari kuburnya, ia akan sangat malu sendiri. Dia bisa menyaksikan terkabulnya do'a Nabi Ibrahim FAJ'AL AfaDt MN ALNAS THWY (hendaklah Engkau jadikan hati manusia rindu). Orang-orang merindukan Baitulah naik Haji dari seluruh dunia sudah jutaan, itupun dibatasi dengan pakai quota. Kalau ada orang yang berniat ingin sendiri berdo'a di Baitullah tanpa kehadiran orang lain, dan ia akan tinggal di sana untuk memperolah kesempatan itu untuk berada sendirian di Baitullah, tidak akan mungkin diperolehnya kesempatan itu, karena Baiullah tidak pernah sunyi walaupun di luar bulan Haji sekalipun.

Demikian pula bobot do'a: WARZQHM MN ALTsMRT (dan beri reezekilah mereka dengan buah-buahan), menjadi kenyataan semua jenis buah-buahan yang disukai orang terdapat diperdagangkan di tempat suci itu. Dalam ibadah Haji dalam keadaan ihram tidak dibolehkan memetik tumbuh-tumbuhan. Dahulu padang Arafah mana ada tanam-tanaman, kok ada larngan memetik tumbuh-tumbuhan. Ini adalah isyarat padang Arafah akan ditumbuhi oleh pepohonan. Kini padang Arafah telah menghijau oleh pepohonan. Wallahu a'lamu bisshawab.

---------------------------
(*)
Arab Jahiliyah setelah ratuan tahun ditinggalkan Nabi Ismail AS menyelewengkan tawaf ini mengelilingi Ka'bah dengan telanjang bulat, sehingga para orientalis yang membenci Islam dan ummat Islam memfitnah bahwa ibadah haji itu berasal dari Arap pagan

Asal-Muasal Bersunat

Firman Allah:
-- WALDzYN YWaMNWN BMA UNZL ALYK WMA ANZL MN QBLIK (S. ALBQRt, 2:4), dibaca:
-- walladzyna yu'minu-na bima- unzila ilaika wama- unzila ming qablika, artinya:
-- Dan orang-orang yang beriman kepada apa (Al-Quran) yang diturunkan kepada engkau (ya Muhammad) dan kepada apa (Kitab-Kitab) yang diturunkan sebelum engkau.

Menjadi salah satu Rukun Iman yaitu beriman kepada Kitab-Kitab yang diturunkan dari Allah dalam wujudnya yang otentik, yang masih murni yang bersih dari Israiliyat. Apa itu Israiliyat? Yaitu riwayat-riwayat yang merendahkan martabat Nabi-Nabi dan cerita-cerita mesum yang disisipkan ke dalam Kitab-Kitab terdahulu itu. Riwayat-riwayat Israiliyat itu antara lain:

  1. Isteri kedua Nabi Ibrahim AS, yaitu Hajar yang putri Salitis Raja Mesir dari Dinasti Hyksos yang memotong Dinasti Fir'aun selama 150 tahun (1730 - 1580) seb.M., difitnah sebagai budak (KJVR-Gen 16:1)
  2. Incest, yaitu Nabi Luth AS berzina dengan kedua anak perempuannya, yang keduanya mengandung dari hasil perzinaan itu (KJVR-Gen 19:33-36).
  3. Nabi Daud AS berzina dengan Betsyeba (KJVR-2Sa 11:2-4).
  4. Kalimat-kalimat vulgar dan porno tentang Ohola dan Oholiba (KJVR-Yehezkiel 23:1-21).
Dengan adanya dimuat perbuatan mesum incest dan kalimat-kalimat vulgar dan porno tersebut, maka bagi ummat Islam yang menghormati kesucian para Nabi tentu menolak riwayat-riwayat Israiliyat tersebut. Namun, tentu saja riwayat-riwayat yang bersih dalam Kitab-Kitab terdahulu itu, yakni tidak bertentangan dengan Al-Quran, bukan khurafat dan tidak bertentangan dengan logika, maka mengapa tidak boleh dijadikan rujukan. Seperti contohnya ialah "bersunat" memotong daging kulup sesungguhnya berasal dari kakek kita Nabi Adam AS.

[The Gospel of Barnabas, 23] And his disciples came to his side to listen to his words. Then said Jesus: "Adam the first man having eaten, by fraud of satan, the food forbidden of God in paradise, his flesh rebelled against his spirit; whereupon he sweared, saying: 'by God I will cut thee!' And having broken a piece of rock, he seized his flesh to cut it with the sharp edge of the stone; whereupon he was rebuked by the angle Gabriel. And he answered: 'I have sworn by God to cut it; I will never be a liar!'
The angle showed him superfluity of his flesh and that he cut off. And hence , just every man taketh flesh from the flesh of Adam , so he bound to observe all that Adam promised with an oath. This did Adam observe in his sons, and from generation to generation came down the obligation of circumcision. But in the time of Abraham there were but few circumcised upon the earth, because that idolatry was multiplied upon the earth. Where upon God told to Abraham the fact conserning the circumcision and made this covenant, saying: 'The soul that shall not his flesh circumcised, I will scatter him from among my people for ever.'"

("Dan para murid-muridnya datang di sampingnya untuk mendengarkan sabdanya. Kemudian Jesus bersabda: Adam orang pertama makan buah, karena ditipu setan, buah larangan Tuhan dalam taman Firdaus, dagingnya berontak melawan ruhnya: olehnya itu ia bersumpah dan berkata: 'Demi Tuhan, saya akan potong engkau!' Dan setelah memecahkan sebungkah batu karang, ia memegang dagingnya untuk memotongnya dengan sisi tajam dari pecahan batu itu; olehnya itu ia dilarang oleh malaikat Jibril. Dan dia menjawab: 'Saya telah bersumpah atas nama Tuhan untuk memotongnya; saya tidak ingin untuk menjadi pendusta.' Malaikat itu menunjukkan kepadanya daging kulupnya dan dia memotongnya.
Dan oleh karena itu, pantaslah setiap orang mengambil daging (seperti) kulup dari Adam, dengan demikian ia terikat untuk mematuhi semua yang Adam telah janjikan dengan sumpah. Ini telah dipatuhi Adam pada anak-anak laki-lakinya, dan dari generasi ke generasi turun-temurun kewajiban bersunat. Akan tetapi dalam masa Ibrahim hanya sedikit yang disunat di atas bumi, disebabkan oleh penyembahan berhala meningkat jumlahnya di atas bumi. Berhubung dengan itu Tuhan memberitahu Ibrahim kenyataan perihal bersunat itu dan membuat akad yang berbunyi: (Terhadap) orang/diri yang tidak bersunat, Aku akan mencerai-beraikannya dari komunitas hambaKu selama-lamanya. '")

***

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan memotong kulup alias bersunat:

Circumcision greatly reduces HIV risk: study
December 14, 2006

CIRCUMCISING men cuts their risk of being infected with the AIDS virus in half, and could prevent hundreds of thousands or even millions of new infections, researchers say.
Researchers previously had noticed that in places where circumcision is common, HIV was less common.

Experts say the reduced HIV risk may be because cells on the inside of the foreskin, the part of the penis cut off in circumcision, are particularly susceptible to HIV infection. HIV also may survive better in a warm, wet environment like that found beneath a foreskin. (the Australian)

Pria yang dikhitan (disunat) mempunyai risiko jauh lebih kecil untuk terinfeksi HIV. Hasil penelitian memperlihatkan pria yang dikhitan yang lapisan kulit luar ujung penisnya (bagian alat kelamin pria) telah diangkat mempunyai risiko enam sampai delapan kali jauh lebih kecil untuk terkena HIV.

Bertrand Auvert dari National Agency for AIDS Research, Prancis, mengatakan bahwa kepala penis yang selalu basah di bawah kulup karena tidak bersunat itu juga berpotensi membantu penularan berbagai penyakit seksual lainnya. (www.infeksi.com)

Wallahu a'lamu bisshawab

http://waii-hmna.blogspot.com/2008/12/854-asal-muasal-bersunat.html)

Betulkan Hajar Gundik Nabi Ibrahim AS ?

Melalui jalur pribadi (Japri) saya menerima email, yang isinya pendek saja seperti berikut: Ustadz, apakah benar tulisan seorang bernama Ahmad Badrudduja pada sebuah milis yang menyatakan bahwa: "Isamel adalah anak dari gundik Ibrahim" ?
Firman Allah:
-- YAYHA ALDZYN AMNWA AN JAaKM FASQ BNBA FTBYNWA (S. ALHJRAT, 49:6), dibaca:
-- ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- in ja-kum fa-siqum binabain fatabayyanu-, artinya:
-- Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan annaba', maka lakukanlah tabayyun.

Kita asumsikan bahwa Ahmad Badrudduja itu orang fasik, maka annaba' (informasi) yang diberitakannya kita lakukana tabayyun (klarifikasi) pada referens Al-Quran, Hadits, dan kalau perlu Bible juga. Kalau annaba' yang beritakan Ahmad Badrudduja itu cocok dengan referens, maka dia bukanlah orang fasik, namun apabila ditolak oleh referens, maka asumsi kita benar, dia itu orang fasik.

Dalam Al-Quran dan Hadits tidak ada disebutkan bahwa Hajar atau Hagar Ibunda Ismail itu adalah gundik Nabi Ibrahim AS. Bagaimana dengan Bible ?
[KJVR-Genesis 16:3] And Sarai Abram's wife took Hagar her maid the Egyptian, after Abram had dwelt ten years in the land of Canaan, and gave her to her husband Abram to be his wife (terjemahan LAI: Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, --yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan--,lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya).
Kitab Genesis sendiri menyatakan bahwa Hagar bukanlah gundik Ibrahim, jadi pembawa annaba' yaitu Ahmad Badrudduja adalah orang fasik.
Bagaimana dengan kedudukan Hajar sebagai maid atau hamba ? Terlepas dari Hajar sebagai hamba atau bukan, marilah kita tilik kedua belas suku Bani Israil, yaitu yang berasal dari ke-12 anak laki-laki Israil (nama lain dari Nabi Ya'qub AS). Mereka itu adalah:

  • Anak-anak dari Lea: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon (6 orang)
  • Anak-anak dari Rahel: Yusuf, Benyamin (2 orang)
  • Anak-anak dari Zilpa (budak Lea): Gad, Asyer (2 orang)
  • Anak-anak dari Bilha:(budak Rahel,): Dan, Naftali (2 orang)
Tidak ada dalam Bible yang membeda-bedakan ke-12 suku Bani Israil itu. Jadi tidak ada alasan untuk membedakan kedudukan Ismail dengan Ishaq meniliK kepada ibu keduanya, Hajar dan Sarah, itu andaikata asumsi bahwa Hajar itu adalah budak.

Benarkah Hajar itu seorang budak ? Marilah kita menilik pada Targum. Dapat dibaca dalam Targum oleh seorang Rabbi (pendeta Yahudi) yang termasyhur, Salomon bin Ishak (1040-1105) dari Troye (= Ilion = Pergame; sekarang Hissarlick di Turki): Hagar adalah puteri dari Firaun yang ketika melihat aneka mu'jizat dari pihak Sarah, berkata: lebih baik untuk anak perempuan saya ini menjadi pembantu dalam rumah (Ibrahim)," sehingga diangkatnya Ibrahim menjadi menantunya. Targum (Tafsir Taurat) berisi kitab-kitab sejarah dan kitab Para Nabi. Kebiasaan membacakan Kitab Suci kepada jemaat di synagoge dengan diikuti uraian secara lisan dalam bahasa Aram (bahasa pribumi) mulai berkembang pada abad-abad akhir Sebelum Masehi. Bahasa Ibrani makin kurang dikenal khalayak ramai sebagai bahasa lisan, maka mereka perlu dilengkapi dengan tafsiran teks Kitab Suci dalam bahasa yang sungguh-sungguh mereka fahami, jika mereka diharapkan untuk mengerti apa yang dibacakan kepada mereka. Rabbi yang bertugas untuk memberikan uraian lisan ini disebut methurgeman (penerjemah atau penafsir) dan uraiannya itu disebut Targum. Rabbi Salomon bin Ishak menyatakan: Hagar adalah puteri dari "Firaun", berhubung pada waktu itu belum ada yang tahu bahwa pernah Dinasti Fir'aun dipotong selama 150 tahun oleh Dinasti Raja-Raja Hyksos. Dalam Al-Quran disebutkan Nabi Yusuf AS berhadapan dengan Malik, bukan Fir'aun:
-- WQAL ALMLK ANY ARY SB'A BRRT SMAN YAKLHN SB'A 'AJAF (S. YWSF, 12:43), dibaca:
-- waqa-lal maliku inni- ara- sab'a baqara-tin sima-nin ya'kuluhunna sab'un 'ija-fun, artinya:
-- Raja berkata "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus."

Bandingkan dengan Bible yang tidak mengenal Penguasa Mesir Kuno selain dari Dinasti Fir'aun:
[Kejadian 41:4] Lembu-lembu yang buruk bangunnya dan kurus badannya itu memakan ketujuh ekor lembu yang indah bangunnya dan gemuk itu. Lalu terjagalah Firaun.

Bagi ummat Islam tentu tidak perlu bukti pendukung tentang Dinasti Fir'aun, Penguasa Mesir Kuno, pernah dipotong oleh Dinasti Raja-Raja Hyksos selama 150 tahun. Tetapi bagi yang non-Muslim tentu saja membutuhkan rujukan arkeologis. Hieroglyph, yaitu tulisan kuno Mesir berhasil diungkapkan cara membacanya oleh Jean Francois Cahampollion (1790 - 1832). Maka dengan dapatnya dibaca hierolyph itu, terkuaklah sejarah Mesir Kuno dengan sejelas-jelasnya, antara lain orang Hyksos (Al-Malik = Raja Gembala) dari Kan'an menaklukkan Mesir dan menumbangkan Dinasti Fir'aun. Dinasti Hyksos ini menguasai Mesir selama kurang lebih 150 tahun (1700 - 1550) sebelum Miladiyah. Dinasti Raja-Raja Hyksos, sebagai dinasti XV dan XVI mendapatkan legitimasi dalam Dokumen Hieroglyph yang tertera dalam Daftar Penguasa Mesir di Turin.

Nabi Ibrahim AS diterima dengan baik oleh Salitis, Raja pertama dari Dinasti Hyksos, berhubung bangsa Hyksos berasal dari qaum 'Ad yang bernabikan Nabi Hud AS. Bangsa Hyksos ini merubuhkan semua kuil untuk menyembah dewa-dewa Mesir Kuno. Ini diberitakan oleh Josephus yang mengutip Manetho(*): "By main force they easily overpowered the rulers of the land, and they razed to the ground the temples of gods." WaLlahu a'lamu bisshawab.

-------------------------------------
(*)
Manetho (ca. 250 B.C.) also known as Manethon of Sebennytos, was an Egyptian historian and priest from Sebennytos (ancient Egyptian: Tjebnutjer) who lived during the SECOND PERSIAN PERIOD [343-332 B.C.] (Manetho, juga dikenal sebagai Manethon dari Sebennytos, adalah seorang sejarawan Mesir dan tokoh agama dari Sebennytos (Mesir purba: Tjebnutjer) yang hidup pada zaman Periode Parsi Kedua)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar