Senin, 18 Mei 2009

Nabi Adam AS

Adam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Adam (Ibrani: אָדָם; Arab:آدم, berarti tanah, manusia, atau cokelat muda) (sekitar 5872-4942 SM) adalah dipercaya oleh agama-agama Samawi sebagai manusia pertama, bersama dengan istrinya yang bernama Hawa. Menurut Agama Samawi pula, merekalah orang tua dari semua manusia yang ada di dunia. Rincian kisah mengenai Adam dan Hawa berbeda-beda antara agama Islam, Yahudi, Kristen, maupun agama lain yang berkembang dari ketiga agama Abrahamik ini.



Lukisan yang menggambarkan Adam dan Hawa.

Adam menurut Islam

Adam hidup selama 930 tahun setelah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM), sedangkan Hawa lahir ketika Adam berusia 130 tahun. Menurut ajaran agama Samawi, setiap bayi lelaki dilahirkan bersamaan dengan seorang bayi perempuan (kembar). Adam menikahkan anak lelakinya dengan anak gadisnya yang tidak sekembar dengannya.

Menurut Ibnu Humayd, Salamah, Ibnu Ishaq, anak-anak Adam adalah: Cayn dan saudara perempuan, Abel dan Labuda, Ashut dan saudara kembarnya. Seth dan Hazura, Ayad dan saudara perempuan, Balagh dan saudara perempuan, Athati dan saudara perempuan, Tawbah dan saudara perempuan, Darabi dan saudara perempuan, Hadaz dan saudara perempuan, Yahus dansaudara perempuan, Sandal dan saudara perempuan, Baraq dan saudara perempuan, total keseluruhan anak Adam sejumlah 40 anak kembar.

Wujud Adam

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Adam memiliki postur badan dengan ketinggian 60 hasta (kurang lebih 27,432 meter). Hadits mengenai ini pula ditemukan dalam riwayat Imam Muslim dan Imam Ahmad, namun dalam sanad yg berbeda.

Kisah Adam dalam Al-Quran

Al-Quran memuat kisah Adam dalam beberapa surat, di antaranya Al-Baqarah [2]:30-38 dan Al-A’raaf [7]:11-25.

Penciptaan Adam

Setelah Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengabari para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikatAllah: kepada
Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:

Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang dibentuk sedemikian rupa. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga ia dapat bergerak dan menjadi manusia yang sempurna. Awalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya karena mengingkari ketentuan Allah.

Adam diturunkan dibumi bukan karena mengingkari ketentuan, melainkan dari sejak akan diciptakan, Allah sudah menunjuk Adam sebagai khalifah di muka bumi. jadi meskipun tidak melanggar ketentuan (Allah) adam akan tetap diturunkan kebumi sebagai khalifah pertama.

Adam merupakan nabi dan juga manusia pertama yang bergelar khalifah Allah yang dimuliakan dan ditinggikan derajatnya. Ia diutus untuk memperingatkan anak cucunya agar menyembah Allah. Di antara sekian banyak anak cucunya, ada yang taat dan ada pula yang membangkang.

Kesombongan setan

Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya setan yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya lebih mulia, lebih utama, dan lebih agung dari Adam. Hal itu disebabkan karena setan merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.

Disebabkan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum setan dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, ia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang abadi.

Setan dengan sombong menerima hukuman itu dan ia hanya memohon kepada-Nya untuk diberi kehidupan yang kekal hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Tanpa mengucapkan terima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, setan justru mengancam akan menyesatkan Adam sehingga ia terusir dari surga. Ia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.

Pengetahuan Adam

Allah hendak menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang ada di alam semesta yang kemudian diperagakan di hadapan para malaikat. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahwa hanya Dialah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.

Adam menghuni surga

Adam diberi tempat oleh Allah di surga dan baginya diciptakan Hawa untuk mendampingi, menjadi teman hidup, menghilangkan rasa kesepian, dan melengkapi fitrahnya untuk menghasilkan keturunan. Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu beliau masih tidur sehingga saat beliau terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah berfirman kepada Adam:
Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Baqarah [2]:35)

Tipu daya setan

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan saat diusir oleh Allah dari surga akibat pembangkangannya, setan mulai merancang skenario untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan damai.

Bujuk rayunya dimulai saat ia menyatakan kepada mereka bahwa ia adalah kawan mereka yang ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan kebahagiaan mereka. Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh iblis untuk membuat Adam dan Hawa terbujuk. Ia membisikkan kepada mereka bahwa larangan Allah kepada mereka untuk memakan buah dari pohon terlarang adalah karena mereka akan hidup kekal sebagai malaikat apabila memakannya. Bujukan itu terus menerus diberikan kepada Adam dan Hawa sehingga akhirnya mereka terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi. Allah berfirman:

Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan. (Q.S. Al-Baqarah [2]:36)

Mendengar firman Allah tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa besar karenanya. Setelah taubat mereka diterima, Allah berfirman:

Turunlah kamu dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Adam dan Hawa turun ke bumi

Turunlah mereka berdua ke bumi dan mempelajari cara hidup baru yang berbeda jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.

Di bumi pasangan Adam dan Hawa bekerja keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda. Setelah keempat anaknya dewasa, Adam mendapat petunjuk agar menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.

Namun Qabil menolak karena Iqlima jauh lebih cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persoalan ini kepada Allah dan Allah memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di antara hewan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dimilikinya. Allah menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil lebih berhak menentukan pilihannya.

Adam menurut Yahudi dan Kristen

Kisah tentang Adam terdapat dalam Kitab Kejadian pada Torah dan Alkitab pasal 2 dan 3, dan sedikit disinggung pada pasal 4 dan 5. Beberapa rincian lain tentang kehidupannya dapat ditemukan dalam kitab-kitab apokrif, seperti Kitab Yobel, Kehidupan Adam dan Hawa, dan Kitab Henokh.


Lukisan mural berjudul Penciptaan Adam karya Michelangelo di atap Kapel Sistine di Vatikan yang menggambarkan peristiwa penciptaan Adam dan Hawa.

Menurut kisah di atas, Adam diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Adam kemudian ditempatkan di dalam Taman Eden yang berarti tanah daratan, terletak di hulu Sungai Pison, Gihon, Tigris, dan Efrat (di sekitar wilayah Irak saat ini). Ia kemudian diperintahkan oleh-Nya untuk menamai semua binatang. Allah juga menciptakan makhluk penolong, yaitu seorang wanita yang oleh Adam dinamai Hawa. Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden dan berjalan bersama Allah, tetapi akhirnya mereka diusir dari taman itu karena mereka melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

Setelah diusir dari taman itu, Adam harus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Adam dan Hawa mempunyai tiga orang anak yang disebut dalam Kitab Kejadian, yaitu Kain, Habel, Set, dan yang lainnya. Kitab Yobel menyebutkan dua orang anak perempuan Adam dan Hawa, yaitu Azura yang menikah dengan Set dan Awan, yang menikah dengan Kain. Baik Kitab Kejadian maupun Kitab Yobel menyatakan bahwa Adam mempunyai anak yang lain, tetapi nama mereka tidak disebutkan.

Menurut silsilah Kitab Kejadian, Adam meninggal dunia pada usia 930 tahun. Dengan angka-angka seperti itu, perhitungan seperti yang dibuat oleh Uskup Agung Ussher, memberikan kesan bahwa Adam meninggal hanya sekitar 127 tahun sebelum kelahiran Nuh, sembilan generasi setelah Adam. Dengan kata lain, Adam masih hidup bersama Lamekh (ayah Nuh) sekurang-kurangnya selama 50 tahun. Menurut Kitab Yosua, kota Adam masih dikenal pada saat bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki Kanaan.

Menurut legenda, setelah diusir dari Taman Eden, Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini terdapat di Sri Lanka.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Adam

Set (Dialihkan dari Syits)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Set (bahasa Ibrani: שֵׁת, bahasa Ibrani Standar Šet, Tiberias Šēṯ; bahasa Arab: شيث Shith atau Shiyth; "ditempatkan; ditunjuk"), dalam kitab Kejadian dari Kitab Suci Ibrani dan Alkitab, adalah salah satu anak (kemungkinan anak ketiga) dari Adam dan Hawa, dan merupakan adik dari Kain dan Habel. Ia dilahirkan setelah Habel dibunuh oleh Kain. Nama Set disebut sepuluh kali dalam Alkitab, tujuh kalinya di kitab Kejadian, sekali di kitab Bilangan, I Tawarikh, dan Lukas.

Set bagi Adam adalah seorang anak yang "menurut rupa dan gambarnya"[2]. Set diberikan oleh Allah sebagai pengganti Habel yang dibunuh. Ia mempunyai seorang anak yang bernama Enos pada usia 105 tahun [3] dan hidup hingga mencapai usia 912 tahun[4].

Melalui keturunan Set dilahirkanlah Nuh, Abraham, Daud, hingga akhirnya menurunkan Yesus[5

Set menurut kepercayaan Islam

Set (Syits) (sekitar 3630-2718 SM), hidup selama kurang lebih 912 tahun, meninggal pada usia 1042 tahun. Menikah dengan Azura (Hazurah), kemudian mengandung seorang anak yang bernama Enos pada usia 105 tahun. Ia salah seorang anak Adam, yang dianggap sebagai salah satu dari nabi-nabi dalam Islam. Ia juga termasuk guru Nabi Idris yang pertama kali mengajarkan baca-tulis, ilmu falak, Menjinakkan kuda dan lain-lain.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Syits


1) Adam dan Hawa di Taman

Di kamar tamu dalam rumah saya terpampang di dinding gambar Sitti Hawa sedang berbaring berisitrahat di dalam taman, hasil sulaman isteri saya berukuran 150 x 90 cm. Baru-baru ini seorang tamu mempermasalahkan gambar itu, mengapa dalam taman itu terdapat tiga ekor menjangan. Bukankah binatang tidak mempunyai ruh, sehingga di dalam surga atau taman Firdaus tidak ada
binatang?

Hemat saya jawaban pertanyaan yang saya berikan kepadanya perlu saya tulis di kolom ini supaya tersiar lebih meluas, oleh karena memang pada umumnya orang berpendapat bahwa Adam dan Hawa mula-mula berada dalam taman Firdus atau surga di akhirat yang kelak akan ditempati oleh hamba-hamba Allah yang selamat. Artinya yang mula-mula di tempati oleh kakek dan nenek kita adalah di dalam Jannah, dan itu tidaklah di atas muka bumi ini.

Jannah, akar katanya dari tiga huruf: jim, nun, nun, yang arti dasarnya tidak dapat ditangkap mata, terlindung, terhalang. Suatu waktu tatkala saya masuk ke dalam rumah guru saya Allahu Yarham Al Ustadz DR S. Majidi, waktu itu beliau masih hidup, di papan tulis tertera tulisan jim, nun, nun dengan beberapa kata turunannya: Jinn, Jannah, Mujannah, Janin, Majnun. Jinn artinya makhluk yang tak dapat ditangkap oleh mata kasar, Jannah artinya tempat yang terlindung dari sinar matahari, yaitu taman, Mujannah alat yang melindungi diri dari tebasan pedang musuh, perisai, Janin yaitu makhluk yang akan menjadi manusia yang masih terlindung di dalam rahim, Majnun, orang yang pikirannya terhalang dari dunia nyata, orang gila.

Apa yang dimaksud Jannah dalam Al Quran?
-- WALDzYN aAMNWA W’AMLWA ALShLhT AWLaK AShhB ALJNt HUM FYHA kHLDWN (S. ALBQRt, 2:82), dibaca (tanda – dipanjangkan membacanya):
-- walladzi-na a-manu- wa ‘amilush sha-liha-ti ula-ika ashha-bul jannati hum fi-ha- kha-lidu-n (s. albaqarah) artinya: -- Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni jannah; mereka kekal di dalamnya.

-- ‘ANDHA JNt ALMAWY (S. ALNJM, 53:15), dibaca:
-- ‘indaha- jannatul ma-wa- (s. annajmu), artinya:
-- di dekatnya ada syurga tempat tinggal,

Selanjutnya marilah kita perhatikan ayat yang berikut:
-- WMTsL ALDzYN YNFQWN AMWALHM ABTGhAa MRDhAT ALLH WTTsBYTA MN ANFSHM KMTsL JNt BRBWt AShABHA WABL (S. ALBQRt 2:265), dibaca:
-- wa matsalul ldzi-na yunfiqu-na amwa-lahumub tigha-a mardha-tiLla-h wa tatsbi-tan min anfusihim kamatsali jannatin birabwatin asha-baha- wa-bilun (s. albaqarah), artinya:
-- Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah jannah yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat,
Dalam ayat di atas Jannah berarti taman atau kebun di permukaan bumi ini.

Jadi menurut Al Quran yang dipergunakan sebagai kamus, Jannah dapat berarti surga di akhirat, atau dapat pula berarti taman di permukaan bumi ini, sesuai dengan konteks ayat itu masing-masing.

Selanjutnya marilah kita perhatikan ayat yang berikut:
-- WQLNA YaA ASKN ANT WZWJK ALJNt WKLA MNHA RGhDA hYTs SyaTMA WLA TQRBA HDzH ALSyJRt FTKWNA MN ALZhLMYN (S. ALBQRt, 2:35), dibaca:
-- wa qulna- ya-a-damus kun anta wa zaujukal jannata wakla- minha- rghadan haits syi’tuma- wa la- taqraba- ha-dzihisy syajarata fataku-na- minzh zha-limi-na (s. albaqarah), artinya:
-- Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu (dalam) jannah ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.

Selanjutnya akan dikutip ayat yang berikut:
FAZLHMA ALSyYTHN ‘ANHA FAaRJHMA MMA KANA FYH WQLNA AHBTHWA B’AdhKM LB’ADh ‘ADW WLKM FY ALARDh MSTQR WMT’A ALY hYN (S. ALBQRt, 2:36), dibaca:
-- fa azallahumasy syaitha-nu ‘anha- fa akhrajahuma- mimma- ka-na- fi-hi wa qulnah bithu- ba’dhukum liba’dhin ‘aduwwun wa lakum fil ardhi mustaqarrun wamata-‘un ila- hi-nin (s. albaqarah), artinya:
-- Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari jannah itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
-- QLNA AHBThWA MNHA JMY’AA FANMA YAaTYNKM MNY HDY FMN TB’A HDAY FLA KhWF ‘ALYHM WLA HM YhZNWN (S. ALBQRt, 2:38), dibaca:
-- qulnah bithu- minha- jami-‘an fa imma- ya’tiyannakum minni- hudan fa man tabi’a huda-ya fala- khaufun ‘alaihim wa la- hum yahzanu-na (s. albaqarah), artinya:
-- Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari dia (jannah) itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".

(Sedikit catatan tambahan yang tidak berhubungan dengan pokok pembahasan kita. Yaitu bahwa Adam ditipu setan bukanlah atas pengaruh isterinya, yang bersumber dari Israiliyat, seperti yang biasa dikatakan orang. Jelas ayat itu mengatakan bahwa Fa Azallahuma sySyaythanu, Maka keduanya diperdayakan setan).

Adapun makna perintah Allah ihbithuw, turunlah, tidaklah seperti bidadari turun dari kayangan dalam dongeng. Kata turun, habatha, dalam Al Quran dipakai untuk pengertian air yang meluncur turun (S.Al Baqarah 74), Nabi Nuh AS turun dari kapalnya (S. Huwd 48) dan Banie Israil disuruh turun ke kota, go down town (S.Al Baqarah 61). Jadi perintah Allah ihbithuw, turunlah dalam pengertian topogarifs, dari tempat ketinggian di permukaan bumi ke tempat yang lebih rendah. Dengan demikian taman yang ditempati oleh Adam dan Hawa berada di sebuah dataran tinggi.

Iblis tidak mau tunduk kepada Adam dengan alasan:
-- ANA KhYR MNH KhLQTNY MN NAR WKhLQTH MN ThYN (S. ALA’ARAF, 7:12), dibaca:
-- ana khairum minhu khalaqtani- min na-rin wa khalaqtahu- min thi-nin (s. al a’ra-f), artinya:
-- "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api(*) sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".

Apakah itu tanahnya surga? bacalah ayat ini:
-- ANY AKhLQ LKM MN ALThYN KHYat ALTHYR FANFKh FYH FYKWN ThYRA BADzN ALLH (S. AL ‘AMRAN, 3:49), dibaca:
-- anni- akhluqu lakum minath thi-ni kahaiatith thairi fa anfukhu fi-hi fayaku-nu thairan bi idzniLla-hi (s. ali ‘imra-n, 3:49, arinya:
-- sesungguhnya aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah.

Manusia mulai dalam alam arwah, lalu arwah itu ditiupkan ke dalam janin dalam alam rahim ibu. Kemudian lahir ke luar ke alam syahadah. Seterusnya ruh dicabut berpindah ke alam barzakh, menunggu berbangkit dengan jasad yang baru pada hari berbangkit, lalu diadili, kemudian ke alam akhirat yang kekal. Dari hasil pengadilan itu yang selamat masuk jannah atau surga yang celaka masuk neraka.(**)

Kalau kakek dan nenek kita Adam dan Sitti Hawa mula-mula tinggal dalam jannah atau surga yang di akhirat kelak, maka ada empat keberatannya.

Keberatan pertama, Adam dan Sitti Hawa ibarat dalam cerita science fiction menerobos waktu berjalan mundur dari akhirat ke alam dunia.

Keberatan yang kedua surga di akhirat itu diharamkan setan masuk di dalamnya. Dalam ayat di atas itu setan menipu keduanya dalam jannah. (Fa Azallahuma sySyaythanu, setan menipu keduanya).

Keberatan ketiga, kalaulah jannah itu surga di akhirat, mengapa masih ada larangan bagi Adam dan Hawa untuk mendekati pohon itu (Janganlah engkau berdua dekati pohon kayu ini).

Keberatan keempat, Adam dibuat dari tanahnya bumi, bukan tanahnya surga. Artinya Adam dibuat di atas bumi ini, bukan di surga. Dalam pada itu tidak ada keterangan dalam Al Quran dan Hadits bahwa Adam dan Siti Hawa di"mi'raj"kan ke surga.

Walhasil jannah yang dimaksud tempat Adam dan Hawa bersenang-senang kemudian keduanya ditipu setan bukanlah dalam taman Firdaus, melainkan taman di tempat yang ketinggian di muka bumi ini. Ini dikuatkan oleh Nash, yaitu "habatha", kami ulang tulis sekali lagi, dalam Al Quran dipakai untuk pengertian air yang meluncur turun (S.Al Baqarah 74), Nabi Nuh AS turun dari kapalnya (S. Huwd 48) dan Banie Israil disuruh turun ke kota, go down town (S.Al Baqarah 61). Perintah Allah "Ihbithuw", kepada Adam, Sitti Hawa dan Iblis turun dalam pengertian topografis, dari dataran tinggi ke dataran rendah.

Lalu jangan terlena, ketiga ekor menjangan dalam gambar hasil sulaman isteri saya itu dapat dipertanggung-jawabkan. Perlu diketahui bahwa designer lukisan itu adalah saya sendiri. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 8 September 1996
---------------------
(*)
Iblis dari api dan malaikat dari cahaya. Api bhs Arab-AlQuran Naar (Nun-Alif-Ra), cahaya Nuwr (Nun-Waw-Ra). Iblis dari api bersifat seperti digambarkan oleh Alif, tegak, sombong. Malaikat dari cahaya bersifat seperti digambarkan oleh Waw, tunduk, patu kepada Allah.

(**)
Firman Allah SWT:
Kayfa takfuru-na biLla-hi wa kuntum amwa-tan faahya-kum tsumma yumi-tukum tsumma yuhyi-kum tsumma ilayhi turja'u-n, kuntum amwa-tan dalam keadaan mati, belum berjasad (alam arwah) - faahya-kum
janin ditiupkan ruh dihidupkan (alam rahim), lahir ke dunia (alam syahadah) - yumi-tukum, dimatikan, ruh berpisah dari jasad, jasad hancur menjadi tanah ruh pindah ke alam barzakh, yuhyi-kum, dihidupkan, ruh menempati jasad baru yang permanen (bukan dari tanah lagi) lalu bangkit (qa-ma, qiya-mun = berdiri, berbangkit). Iniliah yang disebut yawmu lqiya-mah, hari berbangkit. Bila tibanya hari berbangkit, atau hari kiamat itu? Secara kuantitatif, 10.000 tahun lagi, 100.000 tahun lagi? Itu rahasia Allah SWT. Namun secara kualitatif ialah apabila semua ruh di alam arwah sudah semuanya dituiupkan Allah ke dalam janin manusia, artinya apabila semua arwah di alam arwah sudah pindah semuanya ke alam syahadah menjadi manusia, dan semua manusia itu sudah menjalani kehidupan di alam syahadah, semua arwah sudah masuk alam barzakh, maka itulah saatnya yawmu lqiya-mah, hari kiamat. Adapun prolog hari kiamat ialah gempa global, seperti dalam Surah al Zilzal (silakan baca surah tersebut). Menyusul hari kiamat, atau hari berbangkit ialah semuanya dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk diadili, inilah yang disebut dengan yawmu ddi-n, hari pengadilan, ini selalu kita baca pada waktu shalat: Maliki yawmi ddi-n, Allah adalah Raja atau Pemilik Hari Pengadilan. Sesudah diadili yang selamat masuk surga, yang tidak selamat masuk neraka, itulah Hari Akhirat yang kekal.

Maka ringkas kata, manusia mulai dalam alam arwah, lalu arwah itu ditiupkan ke dalam janin dalam alam rahim ibu. Kemudian lahir ke luar ke alam syahadah. Seterusnya ruh dicabut berpindah ke alam barzakh, menunggu berbangkit dengan jasad yang baru pada hari berbangkit, lalu dikumpulkan, lalu diadili, yang selamat masuk jannah atau surga yang celaka masuk neraka. Surga dan neraka itulah yang disebut hari akhirat.

2) Skenario Adam, Hawa dan Iblis dalam Jannah, Apa itu Makan Buah Larangan?

Firman Allah: WQLNA YAADM ASKN ANT WZWJK ALJNt WKLA MNHA RGHDA hYTS SY^TMA WLA TQRBA HDZH ALSYJRt FTKWNA MN ALZHLMYN * FAZLHMA ALSYYTHN 'ANHA FAKHRJHMA MMA KANA FYH WQLNA AHBTHWA B'ADHKM LB'ADH MSTQR WMTA'A ALY hYN (S.ALBQRt, 2:35-36), dibaca: waqulna- ya-a-damus kun anta wazawjukal jannata wakula- minha- raghdan haytsu syi^tuma- wala- taqraba- ha-dzihisy syajarata fataku-na- minazh zha-limi-na * faazallahumasy syaytha-nu 'anha- faakhrajahuma- mimma- ka-na- fi-hi waqulnah bithu- ba'dhukum liba'dhin 'aduwwun walakum fil ardhi mustaqarruw wamata-'un ila- hi-nin (s.albaqarah), artinya: Bersabda Kami, hai Adam tinggallah engkau bersama isteri engkau dalam jannah, dan makanlah buah-buahannya dengan senang menurut kehendakmu berdua, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon itu, nanti kamu berdua termasuk golongan yang aniaya * Kemudian keduanya diperdayakan oleh syaythan, sampai keduanya dikeluarkan dari (kesenangan) yang telah diperoleh keduanya. Bersabda Kami, Turunlah kamu (Adam, Hawa, Iblis) sebagian kamu dengan yang lain bermusuh-musuhan; dan untukmu tempat kediaman di bumi dan kesenangan buat seketika (2:35-36).

Menjadi pemahaman umum yang ditimba dari Israiliyat, bahwa Hawa merengek Adam supaya makan buah khuldi, karena hasutan provokator ulung, yaitu iblis. Patut diingatkan bahwa istilah buah khuldi adalah istilahnya iblis untuk mengelabui. Buah khuldi (Kha, Lam, Dal = kekal), artinya menurut tipuan iblis, kalau makan buah itu Adam dan Hawa akan kekal. Itulah sebabnya dalam judul di atas dipakai ungkapan "buah larangan". Cerita Israiliyat bahwa Hawa merengek Adam mengandung masalah gender. karena rengekan perempuan, laki-laki jadi terlibat. Padahal dari ayat [2:35-36] jelas kita dapat baca: Takrabaa, FaAzzalahumaa, FaKhrajahumaa, semuanya bentuk mutsanna (dual). Dalam bahasa Arab ada tiga tingkatan: mufrad (singular), mutsanna (dual), jama' (plural), tidak seperti misalnya dalam bahasa Indo-Jerman, hanya mengenal dua tingkatan: enkelvoud (Belanda), singular (Inggris) dan meervoud (Bld), plural (Ing). Huwa - Humaa - Hum, hij - zij, he, they. Dengan pemakaian bentuk mutsanna itu artinya Adam dan Hawa paralel, tidak ada masalah gender.

Kalau kata perintah (al amr, imperative) Ihbithuw, itu bentuknya jama', artinya lebih dari dua, lalu siapakah itu selain dari Adam dan Hawa diperintahkan turun dari jannah? Itulah dia provokator iblis, artinya iblis ada di dalam jannah mengasut Adam dan Hawa. Bagaimana Iblis bisa ada di dalam jannah?, padahal iblis sudah diusir keluar dari jannah? Ini telah dibahas dalam Seri 240, yang berjudul: "Adam dan Hawa di Taman".

***

Apa makna makan buah larangan? Untuk itu elok kiranya melihat apa kata Injil. Bukan dari Injil yang empat dalam Perjanjian Baru, melainkan dari Injil Barnabas. Barnabas adalah salah seorang di antara 12 Hawariyyuwn (murid-murid setia pengikut Nabi Isa AS). Kutipan di bawah ini tidak ada dalam Perjanjian Lama, tidak ada dalam Perjanjian Baru, juga tidak ada dalam Al Quran. Dapatkah riwayat itu dijadikan maraji' (reference), padahal tidak ada dalam Al Quran? Sepanjang yang diriwayatkan oleh Injil Barnabas itu tidak bertentangan dengan Al Quran (bukan khurafat) dan tidak bertentangan dengan logika, maka mengapa tidak boleh dijadikan maraji'. Inilah dia kutipan itu:

And his disciples came to his side to listen to his words. Then said Jesus: "Adam the first man having eaten, by fraud of satan, the food forbidden of God in paradise, his flesh rebelled against his spirit; whereupon he sweared, saying: 'by God I will cut thee!' And having broken a piece of rock, he seized his flesh to cut it with the sharp edge of the stone; whereupon he was rebuked by the angle Gabriel. And he answered: 'I have sworn by God to cut it; I will never be a liar!' The angle showed him superfluity of his flesh and that he cut off. (The gospel of Barnabas: 23)."
(Dan para murid-muridnya datang di sampingnya untuk mendengarkan sabdanya. Kemudian Jesus bersabda: "Adam orang pertama makan buah, karena ditipu setan, buah larangan Tuhan dalam taman Firdaus, dagingnya berontak melawan ruhnya: olehnya itu ia bersumpah dan berkata: 'Demi Tuhan, saya akan potong engkau!' Dan setelah memecahkan sebungkah batu karang, ia memegang dagingnya untuk memotongnya dengan sisi tajam dari pecahan batu itu; olehnya itu ia dilarang oleh malaikat Jibril. Dan dia menjawab: 'Saya telah bersumpah atas nama Tuhan untuk memotongnya; saya tidak ingin untuk menjadi pendusta.' Malaikat itu menunjukkan kepadanya daging kulupnya dan dia memotongnya). Dapatlah diambil kesimpulan bahwa ungkapan "makan buah larangan" adalah ungkapan penghalusan/pelembut (euphemism) untuk pengertian hubungan seksual.

Dan dari kutipan tersebut terungkaplah tiga hal:
-- Pertama, makan buah larangan maksudnya hubungan seksual,(*)
-- Kedua, bahwa "bersunat" memotong daging kulup sesungguhnya berasal dari kakek kita Nabi Adam
-- Ketiga, "Paradise" tempat Adam dan Hawa bersenang-senang letaknya di bumi ini, mana ada batu karang di surga. Berikut dikutip paragraf terakhir dari Seri 240, berjudul "Adam dan Hawa di Taman":

Walhasil jannah yang dimaksud tempat Adam dan Hawa bersenang-senang kemudian keduanya ditipu setan bukanlah dalam taman Firdaus, melainkan taman di tempat yang ketinggian di muka bumi ini. Ini dikuatkan oleh Nash, seperti telah dijelaskan di atas (kita ulangi sekali lagi), yaitu "habatha", dalam Al Quran dipakai untuk pengertian air yang meluncur turun (S.Al Baqarah 74), Nabi Nuh AS turun dari kapalnya (S. Huwd 48) dan Banie Israil disuruh turun ke kota, go down town (S.Al Baqarah 61). Perintah Allah "Ihbithuw", kepada Adam, Sitti Hawa dan Iblis turun dalam pengertian topografis, dari dataran tinggi ke dataran rendah.
WaLlahu a'lamu bisshawab.

---------------------------------------
(*)
Ibnu Abbas ramenafsirkan kata syajarah bukan dengan "pohon", tetapi "alkaram", kemuliaan, dalam penafiran lain, syajarah ini diartikan dengan "Sunbulatun", tumbuhan, bijian, atau sesuatu benih asal, boleh juga sperma, atau ovum, yakni sesuatu yang menyebabkan sesuatu itu bisa tumbuh dan berkembang biak.BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

3) Nabi Adam AS Memakai Bahasa Apa?

Firman Allah SWT: Wa 'Allama Adama lAsma-a Kullaha- (S. Al Baqarah, 31), artinya: Dan (Allah) mengajarkan Adam nama-nama tiap-tiap sesuatu (2:31).

Ada dua tujuan utama Allah mengajarkan Adam nama-nama tiap-tiap sesuatu. Pertama, untuk menunjukkan kepada para malaikat kelebihan Adam atas malaikat, karena malaikat meragukan Adam sebagai makhluq dari jenis manusia untuk menjadi khalifah di atas bumi. Kedua, sebagai bakal khalifah, Allah perlu mempersiapkan Adam menjadi sumberdaya manusia yang handal. Adam sebagai manusia yang mempunyai ruh, maka di samping mempunyai naluri mempertahankan diri (dari segi ini terletak persamaan manusia dengan binatang), kepada Adam Allah memberikan mekanisme bagi ruh yang disebut Qalb untuk berdzikir dan berpikir. Dari segi inilah diperlukan bahasa, karena tanpa bahasa orang taidk dapat berdzikir dan tidak dapat berpikir. Adam perlu diajari nama-nama tiap-tiap sesuatu dalam konteks tugasnya sebagai khalifah. Timbullah pertanyaan, yaitu Allah mengajarkan Adam nama-nama itu dalam bahasa apa?

Firman Allah SWT: Ar Rahman. 'Allama lQura-na. Khalaqa alInsa-na. 'Allamahu lBayaana (Ar Rahman, 1-4), artinya: Yang Maha Pemurah. Mengajarkan Al Quran. Menciptakan manusia. Mengajarkan kepadanya alBayan (55:1-4).

Al Bayan yang dibentuk oleh akar kata yang terdiri dari 3 huruf: Ba, Ya dan Nun, bermakna cara untuk ekspresi yang terkandung dalam Qalb, bahasa yang jelas. Ketiga huruf tersebut menurunkan kata Mubiyn dalam ayat yang berikut:

Hadza- Lisa-nun 'Arabiyyun Mubiynun (An Nahl, 104), artinya: (Al Quran) ini bahasa Arab yang jelas (16:104).

Nazala biHi rRuwhu lAmiyn. 'Alay Qalbika liTakuwna mina lMundziriyna. Bi Lisa-nin 'Arabiyyin Mubiynin (Asy Syu'ara-, 193 - 195), artinya: Diturunkan oleh ruh yang tepercaya (Jibril AS). Ke dalam qalbumu (hai Muhammad) supaya engkau memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang jelas (26:193-195).

Inna- Anzalnahu Qura-nan 'Arabiyyan La'allakum Ta'qiluwna (Yuwsuf, 2), artinya: Sesungguhnya Kami turunkan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu mempergunakan akalmu (12:2).

Dari ayat-ayat (55:1-4), (16:104) , (26:193-195: dan (12:2) dengan mempergunakan akal (dari 'Ain, Qaf, Lam, 'Aqala artinya menganalisis dan mensintesis) dapatlah disimpulkan: Allah Yang Maha Pemurah menciptakan manusia. Khusus kepada Adam, Allah mengajarkan kepadanya al Bayan, yaitu bahasa yang jelas, yaitu bahasa Arab. Jadi Nabi Adam AS memakai bahasa Arab.

Kata-kata dalam bahasa Arab itu konsepsional dalam arti bukan hanya sekadar identifikasi benda-benda, melainkan pula ada hubungan erat antara kata dengan bendanya, seakan-akan benda itu dipotret oleh kata yang bersangkutan. Ambillah contoh makanan dasar yang sudah diolah yaitu roti (Indonesia), brood (Belanda), nan (Parsi). Kata roti, brood dan nan hanya sekadar identifikasi makanan pokok yang sudah diolah, tidak lebih dari itu. Dalam bahasa Arab roti dibentuk oleh 3 huruf Kha, Ba dan Zay, Khubzun. Jika diaplikasikan perlakuan secara matematis yaitu permutasi, maka dari ketiga huruf ini terbentuklah kata khabaza dengan permutasi khazaba dan bazakha. Khabaza berarti mengubah cepat-cepat sesuatu dengan tangan, khazaba berarti menjadi gembung dan bazakha berarti memukul-mukul sesuatu. Dan kesemuanya itu menggambarkan proses pembuatan roti: adonan roti itu diberi bubuk supaya terjadi gas yang menyebabkan adonan itu menggembung, adonan itu dibanting-banting dan diubah cepat-cepat dengan tangan. Maka kata Khubzun berarti makanan dasar yang pengolahannya dengan proses membanting adonan, kemudian adonan itu dibuat kembung, dan itulah potret makanan pokok tersebut.

Tafsiran ini bersifat ofensif yaitu membantah teori pertumbuhan bahasa secara perlahan-lahan (evolusi) seperti dindong theory, gesticulation theory dll. Allah SWT mengajarkan kepada Nabi Adam AS bahasa yang berstruktur secara sempurna yang dibentuk dari akar yang terdiri dari 3 bunyi. Kata-kata itu adalah potret benda-benda. Sebuah lagi contoh, yaitu sebuah lauk dari makanan pokok yang umum dikenal sehari-hari yakni telur (Indonesia), ei (Belanda), tama(n)go (Jepang). Telur, ei dan tama(n)go hanya sekadar identifikasi saja. Dalam bahasa Arab telur disebut baydhun yang dibentuk oleh akar dari 3 huruf Ba, Ya, Dhad. Istilah itu menyatakan bahwa benda yang dimaksud putih warnanya dan lonjong bentuknya, sebab putih dalam bahasa Arab adalah abyadh (mudzakkar, jantan) atau baydha-' (muannats, betina), sedangkan lonjong dalam bahasa Arabnya ialah baydha'. Itulah potret telur, berwarna putih, lonjong bentuknya.

Dalam perjalanan sejarah bahasa Arablah yang paling sehat, ketimbang bahasa-bahasa lain, dalam arti bahasa Arab sangat sedikit dihinggapi penyakit kata-kata (deseases of words). Yang dimaksud dengan penyakit kata-kata ialah seperti: Penyakit subtraksi dengan perincian aphesis, aphresis, apocope, elisi, syncope. Penyakit addisi dengan perincian: prothesis, prosthesis, reduplikasi, epenthesis, paragoge atau ephithesis. Penyakit tidak teratur (irregular) dengan perincian metathesis, doublet, variant, korupsi. Penyakit perubahan bunyi dengan perincian zezament, sakari, satva, kasykasya dan homonym.

Mari kita lihat penyakit terakhir, yaitu penyakit homonym dalam bahasa Inggris. Homonym adalah sebuah kata yang mempunyai bermacam-macam arti.

Ketika Qabil (Kain) anak Adam, telah membunuh saudaranya yaitu Habil, ia kebingungan mau diapakan mayat Habil itu. Fa Ba'atsa Llahu Ghura-ban Yabhatsu fiy lArdhi liYuriyahu Kayfa Yuwa-riy Sawata Akhiyhi (Al Ma-idah, 31), artinya: Maka Allah mengirim ghurab (gagak) yang melubangi tanah supaya diperlihatkannya kepadanya (Qabil) bagaimana ia menguburkan mayat saudaranya (5:31). Ghurab dibentuk oleh 3 huruf: Ghain, Ra, Ba, nama sejenis burung yang dapat melubangi tanah dengan paruh dan kakinya. Ghurab bukan hanya sekadar identifikasi burung termaksud, melainkan potret yang merekam pula drama bagaimana Qabil yang telah membunuh itu diajar mengubur mayat. Dalam perjalanan sang waktu GH dan B mengalami perubahan namun tetap dalam makhraj (artikulasi) yang sama menjadi G dan V dalam bahasa Inggris (ingat, semua bangsa manusia berasal dari Adam, termasuk bangsa Inggris), sehingga menjadi GRAVE, yang bersrti "an exavation made in the earth to receive a dead body in burial". Ghurab sebagai nama sejenis burung menurun ke dalam bahasa Inggris CROW. Juga terjadi perubahan bunyi, tetapi tetap dalam makhraj yang sama, GH dengan C, serta B dengan W.

Uwla-ika lMuqarrabuwna. Fiy Jannatin nNa'iymi (Al Wa-qi'ah, 11-12), artinya: Mereka itu Muqarrabun. Dalam surga kesenangan (58:11-12). Muqarrabun dari akar yang dibentuk oleh 3 huruf: Qaf, Ra, Ba. Bunyi Q dan B dalam perjalanan sang waktu berubah, dengan makhraj yang tetap, menjadi G dan V dalam lidah Inggris, sehingga menjadi GRAVE. Itulah homonym Grave dalam arti yang kedua: "indicates a weighty dignity, sedate, solemn".

Fa Najjarnahu wa Ahlahu mina lKarbi lAzhiymi (Al Anbiya-, 76), artinya: Maka Kami selamatkan dia (Nuh) dan keluarganya dari karbun (kegawatan) yang dahsyat (21:76). Karbun dibina oleh 3 huruf: Kef, Ra, Ba. Bunyi K berubah menjadi G, serta B menjadi V dalam makhraj yang tetap, lalu lagi-lagi menjadi GRAVE. Itulah homonym Grave dalam arti yang ketiga: "a grave situation", situasi yang kritis, gawat, genting, suram.

Demikianlah terbentuknya homonym GRAVE yang sesungguhnya berasal dari bahasa asal manusia (bahasanya Nabi Adam AS), dari tiga kata yang berbeda ghurabun (Gh, R,B), qarraba (Q,R,B), karbun (K,R,B), yang dalam perjalanan sang waktu mengalami penyakit perubahan bunyi, ketiga kata yang berbeda itu semuanya berubah menjadi satu kata homonym grave dengan 3 arti yang berbeda. WaLlahu A'lam bi alSawab.


4) 'Arafah dan Adam Beserta Hawa Turun dari Jannah

'Arafah adalah daerah terbuka dan luas di sebelah timur luar kota suci Makkah. Di padang yang luas ini, pada hari ini 9 Dzulhijjah berkumpullah/bertemulah (waqafa) jutaan ummat Islam dari berbagai pelosok dunia untuk melaksanakan inti ibadah Haji, "waqafa bi 'Arafah", ibadah Wuquf. Dan esok harinya adalah 'Iyd al-Qurbaan.

Dalam hal permulaan puasa dan Idulfitri ada perintah spb:
-- 'An Abiy Hurayrata yaquwlu qaala nNabiyyu Sh M shuwmuw liru'yatihi wafthuruw liru'yatihi fain ghubbiya 'alaykum fakmiluw 'iddata sya'baana tsalaatsiyn, artinya:
-- Dari Abu Hurayrah (ia) berkata: Nabi SAW (telah) bersabda puasalah kamu apabila melihatnya (al Hilal) dan berbukalah apabila kamu melihatnya dan jika (al Hilal) tertutup atasmu maka sempurnakanlah bilangan Sya'ban tiga puluh (HR Bukhari).
-- FMN SyHD MNKM ALsYHR FLYSMH (s. aLBQRt, 2:185), dibaca:
-- Faman syahida minkumusy syahra falyasumhu, artinya:
-- maka siapa menyaksikan syahr (month) wajiblah ia puasa.

Jadi dalam konteks puasa dan Idul Fithri ada perintah umum kepada semua ummat Islam untuk melihat bulan sabit (HR Bukhari) atau menghitung syahr (ayat 2:185), sehingga saat mulai puasa (shuwmuw) dan 'Iyd al-Fithri (wafthuruw) tergantung dari mathla', di tempat mana pada permukaan bumi ini kita berpijak, maka tidak perlu kita di Indonesia ini ataupun di mana saja harus sama dengan Makkah dalam hal waktu pelaksanaan mulai puasa ataupun shalat 'Iyd al-Fithri.

Dalam hal Iyd al-Qurbaan tidak ada perintah melihat dan menghitung bulan kepada seluruh ummat Islam. Iyd al-Qurbaan adalah bagian dari ibadah haji, yang sentralnya ialah wuquf di 'Arafah, dengan demikian 'Iyd al-Qurbaan terkait di samping pada waktu, juga terkait pada tempat. Sedangkan dalam hal 'Iyd al-Fitjri hanya terkait pada waktu saja. Alhasil ummat Islam di seluruh dunia wajib mengikuti Makkah dalam hal puasa 'Arafah hari ini dan shalat 'Iyd al-Qurbaan, yaitu esok hari Senin.

Ibadah Wuquf 'Arafah adalah napak tilas yang diritualkan sebagai inti ibadah Haji, yaitu napak tilas dari kakek dan nenek kita Nabi Adam AS dengan Hawa wuquf (berkumpul) di Jabal Rahmah di tengah padang Arafah, setelah sekian lama berpisah setelah "turun" dari "jannah".

***

Di atas kata "jannah" dan "turun" ditaruh di antara dua tnda kutip. Ini akan diberikan penjelasan.
Apa yang dimaksud "Jannah" dalam Al Quran? Firman Allah:

-- 'AND SDRt ALMNTHY. 'ANDHA JNt ALMaWY (S. ALNJM, 53:14.15), dibaca:
-- 'inda sidratil muntaha-. 'indaha- Janntul ma'wa-, artinya:
-- Dekat Sidratul Muntaha. Di dekatnya Jannah tempat diam.
Dalam ayat di atas itu Jannah berarti surga di akhirat kelak.

Selanjutnya marilah kita perhatikan ayat yang berikut:
-- WMTsL ALDzYN YNFQWN AMWALHM ABTIGhAa MRDhAT ALLH WATTsBYTA MN ANFSHM KMTsL JNt BRBWt AShABHA WABL (S.ALBQRt, 2:265), dibaca:
-- wamatsalu ladzi-na yunfiqu-na amwa-lahumub tigha-a mardha-tiLla-hi wa tatsbi-tam min anfusihim kamatsali Jannatin birabwatin asha-baha- wa-bilun, artinya:
-- Umpama orang-orang yang menafakahkan hartanya, karena mengharapkan ridha Allah dan menetapkan (keimanan) dirinya, seperti Jannah di dataran tinggi yang ditimpa hujan lebat.
Dalam ayat di atas Jannah berarti taman atau kebun di permukaan bumi ini.

Jadi menurut Al Quran yang dipergunakan sebagai kamus, Jannah dapat berarti surga di akhirat, atau dapat pula berarti taman di permukaan bumi ini, sesuai dengan konteks ayat itu masing-masing.

Selanjutnya mengenai kata "turun"
-- FAZLHMA ALSyYThN 'ANHA FAKhEJHMA MMA KAN FYH WQLNA AHBThWA B'DhKM LB'ADh 'ADW WLKM FY ALARDh MSTQR WMT'A ALY hYN (S. ALBQRt, 2:36), dibaca:
-- fa azallahumasy syaytha-nu 'anha- fa akhrajahuma- mimma- ka-na fi-hi wa qulnahbithu- ba'dhukum liba'dhin 'aduwwun wa lakum fil ardhi mustaqarrun wa mata-'un ila- hi-n, artinya:
-- Maka keduanya diperdayakan setan lalu keluarlah keduanya dari apa yang telah dialaminya tadi dan Kami firmankan turunlah kamu, sebahagian menjadi musuh dari sebahagian yang lain dan bagi kamu kediaman dan kesenangan di dunia hingga seketika.

(Sedikit catatan tambahan yang tidak berhubungan dengan pokok pembahasan kita. Yaitu bahwa Adam ditipu setan bukanlah atas pengaruh isterinya, seperti yang disebutkan dalam Israiliyat. Jelas ayat itu mengatakan bahwa fa azallahumasy syaythanu (Maka keduanya diperdayakan setan).

Sebelum Allah memerintahkan Adam, Hawa dan iblis turun dari taman telah terjadi sebelumnya Allah mengusir iblis keluar dari alam malakut, karena sifat takbur iblis, yang tidak mau tunduk kepada Adam dengan alasan:
-- QAL ANA KhYR MNH KhLQTNY MN NAR WKhLQTH MN ThYN (S. ALA'ARAF, 7:12), dibaca:
-- ana khairun minhu khalaqtani- min na-rin wa khalaqtahu- min Thi-n, artinya:
-- Saya (iblis) lebih baik darinya (Adam), Engkau jadikan aku dari api dan Engkau jadikan dia dari tanah.

Adapun makna perintah Allah ihbithuw, turunlah, tidaklah seperti bidadari turun dari kayangan dalam dongeng. Kata turun, habatha, dalam Al Quran dipakai untuk pengertian air yang meluncur turun (S.Al Baqarah 2:74), Nabi Nuh AS turun dari kapalnya (S. Huwd 11:48) dan Banie Israil disuruh turun ke kota, go down town (S.Al Baqarah 2:61).

Kalau kakek dan nenek kita Adam dan Hawa mula-mula tinggal dalam jannah atau surga yang di akhirat kelak, maka sekurang-kurangnya ada dua keberatannya.

  • Pertama, Adam dan Hawa ibarat dalam cerita science fiction menerobos waktu berjalan mundur dari akhirat ke alam dunia.
  • Kedua, Adam dibuat dari tanah, jadi dibuat di bumi ini. Tidak ada keterangan dalam Al Quran dan Hadits bahwa Adam dan Hawa di"mi'raj"kan ke surga.
Alhasil, perintah Allah ihbithuw, turunlah dalam pengertian topogarifs, dari tempat ketinggian di permukaan bumi ke tempat yang lebih rendah. Dengan demikian taman yang ditempati oleh Adam dan Hawa berada di sebuah dataran tinggi. WaLlahu a'lamu bisshawab.
***


Ternyata Adam Dilahirkan?

Assalamu ''alaikum wr, wb.

Bagaimana pendapat ustad tentang beberapa buku karangan Ustad Agus Mustafa yang saat ini banyak beredar di masyarakat seperti "Ternyata Adam Dilahirkan" dan sebagainya. Dalam buku yang sama disimpulkan - jika tidak salah - karena Nabi Adam dilahirkan sehingga Nabi Adam bukanlah manusia pertama dan beberapa kesimpulan lainnya.

Jazakumullahu khairan.

Wassalaamu''alaikum wr, wb.

jawaban

Assalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sekilas kami pernah membaca buku itu. Pengarangnya agak bersemangat dengan tesisnya bahwa Nabi Adam ''alaihissalam bukan manusia pertama. Juga bahwa beliau tidak diciptakan langsung dari tanah, melainkan lewat proses kelahiran seperti umumnya manusia.

Kalau dilihat dari dalil-dalil yang dikemukakan, boleh dibilang tidak ada yang salah. Mengapa tidak ada yang salah? Karena dalil-dalil itu berupa ayat Al-Quran. Siapa yang menyalahkan ayat Al-Quran?

Yang kurang tepat justru dalam melakukan penyimpulan dalil ayat Al-Quran itu sendiri. Di dalam istilah para ulama, menarik kesimpulan dari dalil-dalil itu disebut dengan istilah istidlal. Yaitu proses mengambil kesimpulan dari ayat Al-Quran dan Al-Hadits, di mana keduanya adalah sumber utama ajaran Islam.

Maka kalau boleh kami memberikan sedikit garis bawah, setidaknya ada tiga kejanggalan utama dari tesisnya.

Kejanggalan Pertama:

Kejanggalan pertama adalah ketika dalil berupa ayat Al-Quran dikemukakan, kita sama sekali tidak dikenalkan dengan tafsir dari ulama mufassirin yang muktabar.

Ayat-ayat Al-Quran yang dikemukakan tiba-tiba ditarik kesimpulannya begitu saja, tanpa pernah tengok kanan atau tengok kiri lagi. Ibarat orang menyeberang jalan, dengan sangat yakinnya penulis buku itu ngeloyor ke tengah jalan

Padahal biasanya para ulama setiap kali beristidlal, selalu menampilkan komentar para ahlitafsir yang muktamad dan aqwal (pendapat) para ahli ilmu lainnya, sebelum bicara tentang pendapat dirinya sendiri. Jadidari sisi metodologi, kelihatan bahwa penulisan buku itu tidak memenuhi kaidah ilmiyah.

Kejanggalan Kedua

Kejanggalan ini agak parah, yaitu tidak ada satu pun hadits Nabi SAW yang dicantumkan sebagai dalil. Nyaris tidak ada satu pun hadits shahih yang dijadikan dalil. Entah apa motivasi penulisnya. tapi yang jelas keterangan detail, tegas, sharih dan eksplisit tentang Nabi Adam sebagai manusia pertama ada di dalam hadits-hadits nabawi. Di antaranya

"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah." (HR Bukhari)

Kami tidak menuduhnya penganut inkarussunnah, namun amat mengherankan bila ada sebuah buku tentang Islam, terlebih terkait dengan tema aqidah yang cukup berat, tetapi sama sekali tidak mencantumkan hadits nabawi.

Entahlah bila pengarangnya memang menghindari penggunaan hadits nabawi. Tetapi yang jelas, hadits nabawi adalah salah satu sumber rujukan ajaran Islam yang utama. Meninggalkan keterangan hadits nabi tentu bukan tindakan yang dibenarkan.

Kejanggalan Ketiga

Buku itu sama sekali tidak mencantumkan pendapat para ulama aqidah, khususnya dalam tesis bahwa Nabi Adam as dilahirkan dan bukan manusia pertama. Setidaknya, penulis buku itu mencantumkan siapa saja orang yang berpendapat sama dengan dirinya. Sayangnya hal itu tidak dilakukannya. Apalagi kutipan pendapat para ulama aqidah yang menentang pendapatnya, sama sekali tidak ada.

Apa yang dikemukakan boleh dibilang sebuah bentuk penafsiran ayat Al-Quran murni hanya dengan ra''yu dan meninggalkan ilmu tafsir, hadits serta aqwal para fuqaha yang muktabar.

Ayat Yang Ditafsirkan Lewat Akal

Di antara ayat Al-Quran yang biasanya dijadikan sebagai bahan landasan logika aneh yang dikembang adalah ayat berikut ini:


إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ ٱللَّهِ كَمَثَلِ ءَادَمَ‌ۖ خَلَقَهُ ۥ مِن تُرَابٍ۬ ثُمَّ قَالَ لَهُ ۥ كُن فَيَكُونُ (٥٩

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (QS. Ali Imran 3: 59)

Kalau kita pernah belajar tentang ilmu tafsir, meski tidak menguasai sepenuhnya, namun seharusnya kita tahu bahwa ayat ini turun untuk membantah keyakinan orang nasrani. Allah SWT mematahkan argumentasi mereka dengan menggunakanqiyas, bahwa penciptaan Nabi Isa yang lahir tanpa ayah adalah suatu hal yang bukan mustahil. Sebab Nabi Adam bahkan lahir tanpa ayah dan ibu. Ada kemiripan antara keduanya, meski bukan berarti sama persis.

Sayangnya, penulis buku itu malah menjadikan ayat ini di luar tujuan dan konteksnya. Padahal tidak ada satu pun kitab tafsir yang mengatakan demikian. Entah dari mana dia mendapatkan pemikiran seperti itu. Dia malah mengatakan bukan Nabi Isa yang kasusnya mirip Nabi Adam, tetapi justru Nabi Adam yang harus ikut keadaan Nabi Isa, yaitu punya ibu dan dilahirkan oleh seorang ibu.

Padahal jelas-jelas Allah mengatakan bahwa kasus kelahiran Nabi Isa itu ada kemiripan dengan kasus Nabi Adam, bukan kasus Nabi Adam seperti kasus Nabi Isa. Dan titik kemiripannya adalah bahwa nabi Adam tercipta tanpa ayah, bahkan tanpa ibu.

Logika yang dikembangkan memang agak aneh dan janggal. Dan lucunya, penulis buku itu sama sekali tidak melengkapi logika yang dibangun sendiri. Seharusnya dia menuliskan juga tentang siapakah ibu Nabi Adam serta hal-hal yang dialami pasca kelahirannya. Dan tidak ada keterangan bahwa setelah itu, orang-orang menuduh ibu Nabi Adam itu sebagai wanita pezina. Juga tidak dijelaskan bahwa saat masih bayi, Nabi Adam bisa bicara seperti orang dewasa.

Logika yang dikembangkannya justru dipungkirinya sendiri. Kalau benar Nabi Adam mengalami proses seperti Nabi Isa, maka seharusnya ibunya Nabi Adam (kalau memang ada) sebelumnya harus didatangi Jibril yang mengabarkan kehamilannya, lalu dia hamil dan merintih kesakitan saat melahirkan, kemudian diperintahan untuk memakan buah kurma muda (ruthab), lalu kembali ke masyarakat dan dihina sebagai wnaita pezina, kemudian Adam pun seharusnya bisa bicara meski masih bayi. Karena Maryam ibu Nabi Isa mengalami semua proses itu.

Tetapi karena yang dikejar memang bukan itu, melainkan hanya ingin sekedar menguatkan keyakinannya bahwa Nabi Adam itu tidak diciptakan langsung oleh Allah dari tanah dan bukan manusia pertama, maka dia tidak sadar bahwa logika itu sendiri sebenarnya punya konsekuensi yang pasti tidak disetujuinya.

Wallahu a''lam bishshawab, wassalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

Sumber http://www.ustsarwat.com/web/ust.php?id=1183188052


Tidak ada komentar:

Posting Komentar