Selasa, 19 Mei 2009

Nabi Isa AS

Isa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Isa (bahasa Arab:عيسى, `Īsā, Essa, Eshua) (sekitar 1 - 32M) adalah nabi penting dalam agama Islam dan merupakan salah satu dari Ulul Azmi. Dalam Al-Qur'an, ia disebut Isa bin Maryam atau Isa al-Masih. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 29 M dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestina.

Namanya disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al-Quran. Ia mendapat gelar dari Allah dengan sebutan Ruh Allah. Cerita tentang Isa kemudian berlanjut dengan pengangkatannya sebagai utusan Allah, penolakan oleh Bani Israil dan berakhir dengan pengangkatan dirinya ke surga.

Kata Isa ini diperkirakan berasal dari bahasa Aram, Eesho atau Eesaa. Yesus Kristus adalah nama yang umum digunakan umat Kristen untuk menyebutnya, sedangkan orang Kristen Arab menyebutnya dengan Yasu' al-Masih (bahasa Arab:يسوع المسيح).

Narasi Qur'an tentang Isa dimulai dari kelahiran Maryam sebagai putri dari Imran, berlanjut dengan tumbuh kembangnya dalam asuhan Zakariya, serta kelahiran Yahya. Kemudian Al-Qur'an menceritakan keajaiban kelahiran Isa sebagai anak Maryam tanpa ayah.

(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). (Ali 'Imran: 45)

Wujud

Dalam situs Google Books dikatakan bawa wujud fisik Isa digambarkan oleh Muhammad yaitu, rambutnya terbelah dua, wajahnya tampan, kulitnya putih agak kemerah-merahan. Muhammad bertemu dengan Isa, ketika ia sedang dalam Isra Mi'raj ke Sidrat al-Muntahā, dilangit kedua yang disebut sebagai Al-Maa'uun.[1]

Riwayat

Kelahiran

Muslim percaya pada konsep kesucian Maryam, yang telah diceritakan sepanjang dalam beberapa ayat dalam Al Qur'an. Menurut kisah di Al-Qur'an, Maryam selalu beribadah dan telah dikunjungi oleh malaikat Jibril. Jibril mengatakan kepada Maryam tentang akan diberikan calon anak yang bernama Isa, Maryam sangat terkejut, karena ia telah bersumpah untuk menjaga kesuciannya kepada Allah dan tetap mempertahankan hal itu dan bagaimana pula dia bisa hamil tanpa seorang lelaki, lalu Jibril menenangkan Maryam dan mengatakan bahwa perkara ini adalah perkara yang mudah bagi Allah, yang ingin membuat dia sebagai tanda untuk manusia dan rahmat dari-Nya. Seperti halnya dalam konsep penciptaan Adam tanpa ibu dan bapak.

Pembicaraan mereka terekam dalam salah satu surah didalam Al-Qur'an

Jibril berkata; "Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan". (surat Maryam: 21)
...Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. (Maryam: 35)

Beberapa ayat lain terkait dengan kelahiran Isa antara lain

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (Ali Imran: 59)
Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam (Al Anbiyaa': 21)

Setelah Isa berada didalam rahim Maryam, ia lalu mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Disana ia melahirkan dan beristirahat di dekat sebuah batang pohon kurma. Isa kemudian berbicara memerintahkan ibunya dari buaian, untuk mengguncangkan pohon untuk mengambil buah-buah yang berjatuhan, dan juga untuk menghilangkan rasa takut Maryam dari lingkungan sekelilingnya Maryam berzinah, kemudian Maryam menunjuk kepada anaknya yang baru lahir itu, maka Isa pun menjawab

Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi; dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.. (Maryam: 30-32)

Referensi dalam hadits lain adalah: "Ketika setiap manusia lahir. Setan menyentuh seorang bayi di kedua sisi tubuh dengan dua jarinya, kecuali Isa a.s., putera Maryam, Setan mencoba menyentuhnya tapi gagal, karena dia hanya menyentuh plasentanya saja."[2]

Menurut al-Tabari, hal ini disebabkan karena doa Maryam: "Aku berlindung kepada-Mu, untuk dia dan keturunannya dari setan yang terkutuk."

Misi sebagai nabi

Menurut teks-teks Islam, Isa diutus kepada Bani Israil, untuk mengajarkan tentang ke-esaan Tuhan dan menyelamatkan mereka dari kesesatan. Muslim percaya Isa telah dinubuatkan dalam Taurat, membenarkan ajaran-ajaran nabi sebelumnya. Isa digambarkan juga dalam ajaran Islam, memiliki mukjizat sebagai bukti kenabiannya, seperti berbicara sewaktu masih bayi dalam peraduan, memberikan nyawa/kehidupan pada burung yang terbuat dari tanah liat, menyembuhkan orang yang terkena lepra, menyembuhkan orang tuna netra, membangkitkan orang mati dan meminta makanan dari surga atas permintaan murid-muridnya. Beberapa kisah menyebutkan bahwa Yahya yang lebih dikenal sebagai John Sang Pembaptis pernah bertemu dengan Isa di sungai Yordan, sewaktu Yahya pergi ke Palestina.


Sungai Yordan tempat dimana Yesus pernah bertemu dengan Yahya bin Zakariyya. menurut beberapa kisah.[3]

Beberapa ayat dari Al Qur'an yang menegaskan tentang kenabian Isa antara lain:

Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. (Maryam: 30-35)
Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku". Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka, lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim yakni siksaan hari yang pedih (kiamat). (Az Zukhruf: 63-65)
Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Al Maa'idah: 75)
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib". Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (Al Maa'idah: 116-117)

Isa dan Ruh al-Kudus

Qur'an juga menceritakan perihal Isa yang diberikan kekuatan dengan ruh kudus oleh Tuhan.

Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya. (Al Baqarah: 253)
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata". (Al Maa'idah: 110)

Isa tidak dibunuh ataupun disalib

Al-Qur'an menerangkan dalam surat An Nisaa':157 bahwa Nabi Isa tidaklah dibunuh maupun disalib oleh orang-orang Kafir. Adapun yang mereka salib adalah orang yang bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah seperti Isa (sebagian ulama berpendapat orang yang diserupakan adalah muridnya yang berkhianat yang bernama Yudas Iskariot).

dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (An Nisaa': 157)

Isa diangkat ke langit


Kenaikan Isa dalam lukisan kuno Turki.

Muslim menyangkal adanya penyaliban dan kematian atas diri Isa ditangan musuhnya. Al-Qur'an menerangkan Yahudi mencari dan membunuh Isa, tetapi mereka tidak berhasil membunuh dan menyalibkannya. Isa diselamatkan oleh Allah dengan jalan diangkat ke langit dan ditempatkan disuatu tempat yang hanya Allah SWT yang tahu tentang hal ini. Al Qur'an menjelaskan tentang peristiwa penyelamatan ini.

Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa':158)

Ramalan dan misi Isa di akhir zaman

Turun kembali ke bumi

Dari keterangan hadist Muhammad diceritakan bahwa menjelang hari kiamat / akhir zaman Isa akan di turunkan oleh Allah dari langit ke bumi (The Second Coming dalam versi Kristen). Peristiwa itu tergambar dari hadist berikut:

  • “Tidak ada seorang nabi pun antara aku dan Isa dan sesungguhnya ia benar-benar akan turun (dari langit), apabila kamu telah melihatnya, maka ketahuilah; bahwa ia adalah seorang laki-laki berperawakan tubuh sedang, berkulit putih kemerah-merahan. Ia akan turun dengan memakai dua lapis pakaian yang dicelup dengan warna merah, kepalanya seakan-akan meneteskan air waulupun ia tidak basah.”[4]
  • “Sekelompok dari ummatku akan tetap berperang dalam dalam kebenaran secara terang-terangan sampai hari kiamat,sehingga turunlah Isa bin Maryam ,maka berkatalah pemimpin mereka (Al Mahdi): “Kemarilah dan imamilah shalat kami”. Ia menjawab;”Tidak, sesungguhnya sebagian kamu adalah sebagai pemimpin terhadap sebagian yang lain, sebagai suatu kemuliaan yang diberikan Allah kepada ummat ini (ummat Islam).”[5]
  • “Tiba-tiba Isa sudah berada diantara mereka dan dikumandangkanlah shalat,maka dikatakan kepadanya, majulah kamu (menjadi imam shalat) wahai ruh Allah.” Ia menjawab:”Hendaklah yang maju itu pemimpin kamu dan hendaklah ia yang mengimami shalat kamu”.[6]

Menurut Islam, hal pertama yang dilakukan Isa setelah turun dari langit adalah menuaikan shalat sebagaimana yang dijelaskan oleh hadist-hadist di atas. Isa akan menjadi makmum dalam shalat yang di imami oleh Imam Mahdi.

Adapun lokasi turunnya Isa dijelaskan oleh Muhammad dalam sebuah hadist berikut:

  • “Isa ibn Maryam akan turun di ‘Menara Putih’ (Al Mannaratul Baidha’) di Timur Damsyik.”[7]

Kedatangan Isa akan didahului oleh kondisi dunia yang dipenuhi kedzaliman, kesengsaraan & peperangan besar yang melibatkan seluruh penduduk dunia, setelah itu kemunculan Imam Mahdi yang akan menyelamatkan kaum muslimin, kemudian kemunculan dajjal yang akan berusaha membunuh Imam Mahdi, setelah dajjal menyebarkan fitnahnya selama 40 hari, maka Nabi Isa akan diturunkan dari langit untuk menumpas dajjal

Membunuh Dajjal

Turunnya nabi Isa ke bumi mempunyai misi menyelamatkan manusia dari fitnah Dajjal dan membersihkan segala penyimpangan agama ,ia akan bekerjasama dengan Imam Mahdi memberantas semua musuh-musuh Allah.

  • Dikisahkan setelah Isa selesai menunaikan shalat, ia berkata: "Keluarlah kamu (pasukan kaum muslimin) semua bersama kami untuk menghadapi musuh Allah, yaitu dajjal." Lalu mereka pun keluar, kemudian Ia (Isa) dilihat oleh dajjal silaknat yang baru saja mendakwa kepada manusia, bahwa ia adalah raja yang mendapat petunjuk dan pemimpin yang jenius serta bijaksana, bahkan mengaku sebagai Tuhan Yang Maha Tinggi. Begitu 'Isa dilihat oleh dajjal, dajjal pun meleleh seperti garam yang meleleh di dalam air. Kemudian dajjal melarikan diri, akan tetapi ia dihadang oleh Isa di pintu kota Lud di Palestina. Sekiranya Isa membiarkan saja hal ini maka dajjal akan hancur seperti garam dalam air, akan tetapi Isa berkata kepadanya: "Sesungguhnya aku berhak untuk menghajar kamu dengan satu pukulan." Lalu Isa menombak dan membunuhnya, maka Isa memperlihatkan kepada semua orang darah dajjal di tombaknya. Maka tahu dan sadarlah para pengikut dajjal dari kalangan Yahudi , bahwa dajjal bukanlah Allah. Jika benar apa yang didakwakan dajjal (dajjal mengaku sebagai tuhan) tentulah dajjal tidak akan dapat dibunuh oleh Nabi 'Isa.

Menyelamatkan manusia dari fitnah Ya’juj dan Ma’juj

Salah satu tugas besar beliau setelah membunuh dajjal adalah menyelamatkan ummat manusia dari fitnah Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog dalam versi Kristen).

  • Dikisahkan, fitnah dan kejahatan mereka (Ya’juj dan Ma’juj) sangat besar dan menyeluruh, tiada seorang manusiapun yang dapat mengatasinya, jumlah mereka pun sangat banyak sehingga kaum Muslimin akan menyalakan api selama 7 tahun untuk berlindung dari penyerangan mereka, para pemanah dan perisai mereka.[8]
  • Maka saat mereka telah keluar (dari diding tembaga yang mengurung mereka sejak zaman raja Zulkarnain) maka Allah SWT berkata kepada Isa ibn Maryam: ”Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba(Ya’juj dan Ma’juj)yang tidak mampu diperangi oleh siapapun, maka hendaklah kamu mengasingkan hamba-hambaKu ke Thur (Thursina)”
  • Dan di Thur terkepunglah Nabiallah ‘Isa beserta para sahabatnya, sehingga harga sebuah kepala sapi lebih mahal dari 100 dinar kamu hari ini.Kemudian Nabiyullah ‘Isa dan para sahabatnya ,menginginkan itu, maka mereka tidak menemukan sejengkalpun dari tanah di bumi kecuali ia dipenuhi oleh bau anyir dan busuk mereka.Kemudian Nabi Isa dan sahabatnya meminta kelapangan kepada Allah SWT maka Allah mengutus seekor burung yang akan membawa mereka kemudian menurunkan mereka sesuai dengan kehendak Allah , kemudian Allah menurunkan air hujan yang tidak meninggalkan satu rumahpun di kota atau di kampung, maka Ia membasahi bumi sehingga menjadi seperti sumur yang penuh.”[9]

Catatatan dalam versi Kristen "orang-orang beriman akan diselamatkan dibawa ke awan"

Dahsyatnya fitnah Ya’juj dan Ma’juj digambarkan dalam sebuah hadist Rasulullah saw. sebagai berikut:

  • "Dinding Ya'juj dan Majjuj akan terbuka, maka mereka akan menyerang semua manusia, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
Dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat-tempat yang tinggi. (QS . Al Anbiyaa' : 96)

Maka mereka akan menyerang manusia, sedangkan kaum Muslim akan berlarian dari mereka ke kota-kota dan benteng-benteng mereka, kemudian mereka mengambil binatang-binatang ternak bersama mereka. Sedangkan mereka (Ya'juj dan Ma'juj) meminum semua air di bumi, sehingga apabila sebahagian mereka melewati sebuah sungai maka merekapun meminum air sungai tersebut sampai kering dan ketika sebagian yang lain dari mereka melewati sungai yang sudah kering tersebut, maka mereka berkata: "Dulu di sini pernah ada air". Dan apabila tidak ada lagi manusia yang tersisa kecuali seorang saja di sebuah kota atau benteng, maka berkatalah salah seorang dari mereka: "Mereka-mereka penduduk bumi sudah kita habisi, maka yang tertinggal adalah penduduk langit", kemudian salah seorang dari mereka melemparkan tombaknya ke langit, dan tombak tersebut kembali dengan berlumur darah yang menunjukkan suatu bala dan fitnah.

Maka tatkala mereka sedang asyik berbuat demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus ulat ke pundak mereka seperti ulat belalang yang keluar dari kuduknya, maka pada pagi harinya mereka pun mati dan tidak terdengar satu nafaspun. Setelah itu kaum Muslim berkata: "Apakah ada seorang laki-laki yang mau menjual dirinya untuk kami berani mati) untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh musuh kita ini?" maka majulah salah seorang dari mereka dengan perasaan (menganggap) bahwa ia telah mati, kemudian dia menemui bahwa mereka semua telah mati dalam keadaan sebagian mereka di atas sebagian yang lain (berhimpitan), maka laki-laki tersebut menyeru: "Wahai semua kaum Muslim bergembiralah kamu sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala sendiri sudah membinasakan musuhmu", maka mereka pun keluar dari kota-kota dan benteng-benteng dan melepaskan ternak-ternak mereka ke padang-padang rumput kemudian padang rumput tersebut dipenuhi oleh daging-daging binatang ternak, maka semua susu ternak tersebut gemuk (penuh) seperti tunas pohon yang paling bagus yang tidak pernah dipotong.”[10]

Menjadi pemimpin yang adil di akhir zaman

Menurut suatu riwayat Nabi Isa ,setelah turun dari langit akan menetap dibumi sampai wafatnya selama 40 tahun. Ia akan memimpin dengan penuh keadilan , sebagaimana yang diceritakan dalam hadist berikut :

  • “Demi yang diriku berada ditangan Nya,sesungguhnya Ibn Maryam hampir akan turun di tengah-tengah kamu sebagai pemimpin yang adil,maka ia akan menghancurkan salib,membunuh babi,menolak upeti,melimpahkan harta sehingga tidak seorangpun yang mau menerima pemberian dan sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan segala isinya.”[11]

Menunaikan ibadah haji

Diceritakan dalam sebuah hadist bahwa Nabi Isa akan melaksanakan haji.

  • ”Demi Dzat yang diriku berada ditanganya,sesungguhnya Ibn Maryam akan mengucapkan tahlil dengan berjalan kaki untuk melaksanakan haji atau umrah atau kedua-duanya dengan serentak.”[12]

Isa akan wafat

Setelah Nabi Isa menjadi pemimpin yang adil di akhir zaman, Allah akan mewafatkan beliau. Hanya Allah saja yang tahu kapan dan dimana Nabi Isa akan diwafatkan. Setelah wafatnya Isa Al-Masih dunia kemudian dunia akan kiamat.

Al-Hawâriyyûn (Pengikut)

Dalam berdakwah, Isa didampingi para pengikutnya yang disebut al-Hawâriyyûn, yang jumlahnya 12 orang, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-masing hawari ini ditugaskan untuk menyampaikan risalah Injil bagi masing-masing suku Bani Israil. Nama-nama ke-12 hawari itu menurut Injil adalah sebagai berikut:

Kisah para sahabat Isa ini terdapat dalam surat Al-Mâ'idah: 111-115 dan surat Ãli-'Imrân: 52. Dalam surat tsb diceritakan bahwa al-Hawâriyyûn meminta Isa untuk menurunkan makanan dari langit. Nama surat Al-Maidah yang berarti makanan diambil karena mengandung kisah ini. Kejadian turunnya makanan dari langit ini makin menambah ketebalan iman para pengikut Isa

Kepercayaan dasar Islam tentang Isa

Yesus digambarkan memiliki banyak nama didalam Al-Quran. Yang paling umum merujuk kepada Yesus "bin Maryam" (putra Maryam), kadang-kadang diawali dengan julukan lain. Yesus juga diakui sebagai seorang nabi dan utusan/ rasul Allah. Istilah wadjih ("patut dihargai dalam dunia ini dan selanjutnya"), mubārak ("diberkati" atau "sumber manfaat bagi orang lain"), `abd-Allah (hamba Allah) adalah semua yang digunakan dalam Al-Qur'an dalam memberikan nama/ julukan kepada Yesus.

Nama lain yang sering disebutkan adalah Al-Masih, yang diterjemahkan ke "Mesias." Ini tidak sesuai dengan konsep tentang Mesias Kristen, Islam menganggap semua nabi, termasuk Yesus, ia adalah manusia biasa dan tanpa berbagi dalam Ketuhanan. Muslim menjelaskan penggunaan kata Masih dalam Al Qur'an sebagai merujuk kepada Yesus, status sebagai satu diurapi dengan berkat dan pujian, atau sebagai orang yang membantu menyembuhkan orang sakit, menyembuhkan mata orang buta. Ayat Qur'an juga menggunakan istilah "kalimatullah" (yang berarti "firman Tuhan") sebagai penjelasan tentang Yesus, yang dianggap sebagai referensi untuk firman Tuhan, pada saat itu gambaran doa Yesus; atau mengakui Yesus sebagai sebagai utusan Allah, berbicara atas nama Allah.

Teologi

Ajaran Islam menganggap Yesus hanya sebagai utusan Allah saja dan menolaknya sebagai Allah atau Anak Allah. Kepercayaan seperti ini menurut Islam, konsep seperti itu adalah sama saja dengan perbuatan syirik atau mengasosiasikan Isa sama dengan mitra Allah, dengan pendapat demikian dianggap sebagai salah satu penolakan dari konsep Keesaan Tuhan/ tauhid.

Konsep Ketuhanan Kristen tentang trinitas juga ditolak dalam Islam, seperti konsep tentang Ketuhanan Yesus, Islam menyatakan, dihasilkan dari manusia ditambah campur tangan Tuhan melalui wahyu. Islam melihat Yesus sebagai manusia biasa yang mengajarkan bahwa keselamatan hanya datang melalui tunduk kepada kehendak Tuhan dan hanya menyembah Allah saja. Dengan demikian, Isa dalam ajaran Islam dianggap sebagai seorang muslim, begitu pula dengan semua nabi Islam.

Pendahulu Muhammad

Muslim meyakini bahwa Isa adalah sebagai seorang pendahulu Muhammad dan menyatakan bahwa ia akan muncul nanti di akhir zaman. Perbincangan ini mereka dasari dari ayat Al-Qur'an, di mana Yesus berbicara tentang seorang rasul yang akan muncul setelah dia, yang bernama Ahmad. Islam mengasosiasikan Ahmad sebagai Muhammad. Muslim juga menegaskan bahwa bukti Yesus telah memberitahukan tentang akan hadirnya seorang nabi terakhir ada dalam kitab Perjanjian Baru, yang menyebutkan bahwa penghibur yang datang telah di ramalkan dalam Injil Yohanes. Pakar muslim menyatakan bahwa kata Yunani asli yang digunakan adalah periklutos, yang berarti termasyhur, agung, terpuji atau - dalam bahasa Arab sebagai Ahmad, dan kalimat ini yang digantikan oleh umat Kristen dengan nama parakletos.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Isa

Eskatologi Islam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Eskatologi Islam adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan setelah mati dialam akhirat dan al-Qiyāmah "Pengadilan Terakhir". Eskatologi sangat berhubungan dengan salah satu aqidah Islam, yaitu meyakini adanya hari akhir, kematian, kebangkitan (Yawm al-Qiyāmah), mahsyar, pengadilan akhir, surga, neraka, dan keputusan seluruh nasib umat manusia dan lainnya.[1]

Umat muslim meyakini bahwa kehancuran dunia terjadi dimana orang-orang beriman sudah tidak ada lagi dimuka bumi, yang tersisa hanya orang-orang jahat yang kembali dalam kondisi zaman jahiliyah.[2][3] Kemudian terjadinya hari kiamat tersebut dikatakan akan terjadi pada hari Jum'at.[4] Kiamat dikatakan tidak akan terjadi sehingga tidak ada lagi manusia yang menyebut nama Allah.[5]

Seperti agama Abrahamik lainnya, Islam mengajarkan tentang kebangkitan para makhluk yang telah mati, sebagai salah satu rencana penyelesaian dari semua penciptaan Tuhan dan kekekalan dari roh-roh para makhluk. Bagi orang yang beriman akan di hadiahkan oleh Allah sebuah Surga sementara bagi orang yang tidak beriman maka akan dihukum di masukan kedalam Neraka.

Fase kehidupan manusia dan jin

Dalam fase kehidupan, manusia dan jin telah dan akan melewati beberapa alam kehidupan, kemudian didalam alam terakhir-lah yang dianggap sebagai kehidupan alam yang abadi (kekal). Menurut syariat Islam, alam tersebut diantaranya adalah:

  • Alam Ruh, alam dimana sebelum jasad manusia dan jin diciptakan.
  • Alam Rahim, alam kandungan ibu tempat menyempurnakan jasad manusia dan penentuan kadar nasib kita didunia seperti hidup, rezeki, kapan dan dimana kita meninggal.
  • Alam Dunia, alam tempat ujian bagi manusia, siapakah diantara mereka yang paling baik amalannya.
  • Alam Kubur, alam tempat menyimpan amal manusia, di alam ini Allah menyediakan dua keadaan, nikmat atau azab kubur.
  • Alam Akhirat, alam tempat pembalasan amal-amal seluruh makhluk-Nya, di alam ini Allah menentukan keputusan dua tempat untuk manusia, apakah ia akan menghuni surga atau menghuni neraka.

Rahasia Allah

Tentang datangnya hari Kiamat, menurut syariat Islam maka tidak ada seorang pun yang mengetahui, baik malaikat, nabi, maupun rasul, masalah ini adalah perkara yang ghaib dan hanya Allah sajalah yang mengetahuinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits Muhammad yang shahih. Allah berfirman:

Mereka bertanya kepadamu tentang Kiamat: ‘Kapankah terjadinya.’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah pada sisi Rabb-ku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al-A’raaf: 187)

Juga dalam firman-Nya:

Manusia bertanya kepadamu tentang hari Berbangkit. Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Berbangkit itu hanya di sisi Allah.’ Dan tahukah kamu wahai (Muhammad), boleh jadi hari Berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (Al-Ahzaab: 63)

Muhammad pernah ditanya oleh Malaikat Jibril yang datang dalam wujud seorang Arab Badui, kemudian Jibril bertanya tentang kapan akan terjadinya hari kiamat, Jibril bertanya: "Kabarkanlah kepadaku, kapan terjadi Kiamat?" Kemudian Muhammad menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya."[6][7]

Meskipun waktu terjadinya hari Kiamat tidak ada yang mengetahuinya, akan tetapi Allah memberitahukan kepada Rasul-Nya tentang tanda-tanda Kiamat tersebut. Kemudian Muhammad menyampaikan kepada ummatnya tentang tanda-tanda Kiamat. Para ulama membaginya menjadi dua:

  • Tanda-tanda kecil
  • Tanda-tanda besar.

Muhammad telah bersabda,” Hari kiamat itu mempunyai tanda, bermulanya dengan tidak laris jualan dipasar, sedikit saja hujan dan begitu juga dengan tumbuh-tumbuhan. Ghibah menjadi-jadi di merata-rata, memakan riba, banyaknya anak-anak hasil perzinahan, orang kaya diagung-agungkan, orang-orang fasik akan bersuara lantang dimasjid, para ahli mungkar lebih banyak menonjol dari ahli haq”.

Beberapa hadist lain juga menjelaskan tentang datangnya hari kiamat ini, hari kiamat tidak akan terjadi sebelum bangsa Arab dipimpin oleh seseorang dari keluarga Muhammad dan memiliki nama yang sama.[8]

Dikatakan pula dalam banyak hadits-hadits, menunjukkan bahwa peradaban besar yang telah menciptakan kekuatan dan senjata dahsyat akan hilang. Dugaan kuat adalah habisnya sumber daya alam dan mereka akan saling bertempur dan hancur. Kemudian manusia akan kembali seperti semula, berperang diatas kuda dengan menggunakan pedang, tombak, tameng, zirah dan sejenisnya.

Tanda-tanda Hari Penghakiman

Pertanda kecil

Tanda kiamat kecil adalah tanda yang datang sebelum kiamat dengan waktu yang relatif lama dan kejadiannya biasa, seperti dicabutnya ilmu, dominannya kebodohan, minum khamr, berlomba-lomba dalam membangun, dan lain-lain. Terkadang sebagiannya muncul menyertai tanda kiamat besar atau bahkan sesudahnya.

Pertanda hari kiamat telah di sampaikan oleh Muhammad sekitar 1400 tahun yang lalu, dibawah adalah pertanda hari penghakiman yang dikutip dari Harun Yahya dan lainnya, berdasarkan hadits shahih.

  • Penggembala menjadi kaya.[18]
  • Dicabutnya nikmat waktu, maka waktu berputar serasa lebih cepat.[19]
  • Padang gurun nan gersang di Arab menjadi hijau.
  • Penghancuran kota-kota besar oleh tangan manusia (akibat perang) dan peristiwa alamiah
  • Kemiskinan akan bertambah dan tinginya biaya hidup
  • Pengingkaran terhadap agama
    • Agama sebagai simbol atau tameng untuk kepentingan pribadi,
    • Umat Islam banyak yang pergi ke mesjid dan memperindahnya tetapi hatinya kosong,[31][32]
    • Umat Islam banyak membaca Al Qur'an tetapi tidak mengamalkannya dengan benar dan menentang hadist dan sunnah,[33],
    • Mempercayai ramalan rasi bintang,[34]
    • Mengingkari qadar (takdir atau ketetapan Allah).[35]
  • Kehancuran tatanan masyarakat/ Dominannya Fitnah.[36]
    • Disia-siakannya amanat/ Segala urusan ditangani oleh yang bukan ahlinya,[37]
    • Menyebarnya riba dan harta haram,[38][39]
    • Meningkatnya perceraian,
    • Banyak anak terlahir diluar nikah,
    • Kecurangan/ Banyak polisi dan pembela kezhaliman,[40]
    • Suap menyuap hal yang biasa,
    • Kebohongan merajalela,
    • Ketergantungan pada obat bius dan minuman keras.[41]
  • Ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang berkembang pesat
    • Penyanyi wanita dan alat-alat musik menjadi populer[42] dan musik dianggap hal biasa oleh umat Islam,[43][44]
    • Orang berlomba-lomba membangun gedung-gedung pencakar langit,[45]
    • Umur manusia lebih panjang karena meningkatnya sarana kesehatan,
    • Penelitian genetika manusia,
    • Segala sesuatu bisa dilakukan dalam waktu singkat dan lebih baik,
    • Orang bisa mendengarkan suaranya sendiri (rekaman lagu),
    • Teknologi komunikasi yang semua orang mengerti dalam bahasa masing-masing berupa media cetak, radio, televisi dan internet.

Pertanda besar

Tanda kiamat besar adalah perkara yang sangat besar yang muncul dimana kiamat sudah sangat dekat sekali, kemunculannya tidak biasa terjadi dan mayoritas tanda-tandanya belum muncul, seperti muncul Dajjal, Nabi Isa, Ya’juj dan Ma’juj, terbit matahari dari Barat, dan lain-lain.

Hudzaifah bin Arsyad al-Ghifari berkata, sewaktu kami sedang berbincang, tiba-tiba datang Nabi Muhammad kepada kami lalu bertanya, “Apakah yang kamu semua sedang bincangkan.?” Lalu kami menjawab, “Kami sedang membincangkan tentang hari Kiamat.” Muhammad bersabda: “Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda.[46]

Kesepuluh tanda besar yang telah diucapkan oleh Muhammad adalah sebagai berikut:

Kemudian tanda-tanda yang lainnya adalah sebagai berikut:

Perbedaan antara pertanda kiamat kecil dan besar

Perbedaan antara tanda-tanda kiamat kecil dan kiamat besar adalah sebagai berikut:

  1. Tanda-tanda kiamat kecil secara umum datang lebih dahulu dari tanda-tanda kiamat besar.
  2. Tanda-tanda kiamat kecil sebagiannya sudah terjadi, sebagiannya sedang terjadi dan sebagiannya akan terjadi. Sedangkan tanda-tanda kiamat besar belum terjadi.
  3. Tanda kiamat kecil bersifat biasa dan tanda kiamat besar bersifat luar biasa.
  4. Tanda kiamat kecil berupa peringatan agar manusia sadar dan bertaubat. Sedangkan kiamat besar jika sudah datang, maka tertutup pintu taubat.
  5. Tanda-tanda kiamat besar jika muncul satu tanda, maka akan diikuti tanda-tanda yang lainnya. Dan yang pertama muncul adalah terbitnya matahari dari Barat.

Sangkakala (Shur)


Keajaiban penciptaan dari Al-Qazwînî, Sebuah adegan Malaikat Israfil sedang meniup Sangkakala (1280)

Dalam ajaran Islam dikatakan bahwa salah satu malaikat yang bernama Israfil mempunyai tugas untuk meniupkan Shur (sangkakala) pada saat hari akhir. Ketika Allah telah selesai menjadikan alam semesta, lalu Allah membuat Shur dan diserahkan kepada Malaikat Israfil. Allah meletakkan Shur di mulut Israfil, seraya menatap kearah 'Arsy, Israfil menanti kapan ia diperintahkan untuk meniup sangkakala tersebut.

Bentuk Shur

Disebutkan pula dalam salah satu hadist, sangkakala itu bagaikan tanduk dari cahaya, dengan ukuran yang sangat besar garis tengahnya seluas langit dan bumi (alam semesta). Dalam hadist lain dikatakan sangkakala malaikat Israfil terbuat dari tanduk, “Tanduk yang ditiup’.” [58]

Muhammad bersabda: Sesungguhnya Allah menciptakan sangkalala yang mempunyai empat cabang, yaitu cabang diBarat, diTimur, dibawah langit ketujuh bagian bawah dan diatas langit ketujuh bagian atas.[59]

Didalam sangkalala terdapat pintu-pintu sebanyak bilangan ruh dialam semesta dan didalamnya ada 70 rumah, yaitu satu antaranya untuk ruh para nabi, satu rumah untuk ruh para malaikat, satu rumah untuk ruh para jin, satu rumah untuk ruh para manusia, satu rumah untuk ruh para binatang dan hingga genap 70 macam rumah dengan 70 jenis makhluk.

Perintah peniupan di hari akhir

Ketika saatnya tiba yaitu pada hari kiamat, atas perintah Allah maka sangkakala akan ditiup oleh Israfil dalam tiga kala[60], yaitu tiupan:

  • Nafkhatul Faza' (Mengagetkan, menakutkan, menghancurkan),

Tiupan dahsyat yang pertama akan menggemparkan seluruh makhluk hidup. Allah memerintahkan Israfil memperpanjang tiupan itu tanpa berhenti. Maka gunung-gunung akan bergerak seperti awan, lalu luluh-lantak. Bumi berguncang hebat, penghuninya bagaikan anai-anai yang beterbangan, planet akan saling bertabrakan. Semua ciptaan-Nya di alam semesta hancur lebur.

  • Nafkhatus Sha'iq (Mematikan),

Jibril, Mikail, Israfil dan Hamalatul 'Arsy dimatikan oleh Allah. Malaikat terakhir yang dimatikan oleh Allah ialah 'Izrail sang Malaikat Maut. Sejak itu tak ada lagi yang hidup, kecuali Allah yang Maha Ahad, Maha Mengalahkan, Maha Sendiri, Tempat bergantung semua makhluk, Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dialah yang Maha Awal dan Maha Akhir.

  • Nafkhatul Ba'ats/ Qiyam (Menghidupkan kembali atau membangkitkan)

Miliaran manusia sejak Adam hingga manusia yang hidup terakhir kali saat alam semesta dihancurkan, mereka menunggu giliran diadili satu per satu di Padang Mahsyar, tak ada naungan dan perlindungan selain dari diri-Nya di hari itu. Menurut ajaran Islam lama waktu menunggu itu 50.000 tahun akhirat.

Jarak antara tiupan pertama dan selanjutnya dikatakan sejarak empat puluh (tidak dijelaskan lebih rinci berupa sejumlah hari, bulan atau tahun).[61]

Alam Baqa

Setelah kesemua alam semesta hancur dan makhluk mati, kemudian Allah menghidupkan kembali para umatnya untuk dikumpulkan dan diadili. Kesemua proses penciptaan sampai dengan penghancuran telah selesai, yang telah di tulis kesemuanya dalam Lauh Mahfuzh.

  • Yawm al-Qiyāmah

Yawm al-Qiyāmah (Arab: يوم القيامة‎, Yawm al-Bats (يوم البث)) adalah "Hari Kebangkitan" seluruh makhluk dari kematian, dalam keadaan telanjang dan tidak berkhitan menurut syariat Islam. Setelah kebangkitan selanjutnya akan memasuki fase kehidupan di mahsyar.

  • Yawm al-Mahsyar

Yaum al-Mahsyar (Arab:يومالمحشر, Yaumul Hasyir) adalah hari berkumpulnya seluruh makhluk dari awal zaman hingga akhir zaman, yang telah dibangkitkan dari mati/ kuburnya, kemudian akan dihimpun ke Mahsyar. Pada masa ini orang akan sibuk dengan urusan masing-masing, menunggu keputusan yang seadil-adilnya. Masa Peradlian ini disebut sebagai Yawm al-Hisab (Arab: يومالحسب‎) adalah perhitungan atau peradilan Tuhan yang sejati pada saat ini, segala amal ibadah dan dosa yang diperbuat semasa hidup di dunia. Berdasarkan Al-Qur'an surah Az Zumar, yang berbunyi:

Dan terang benderanglah Bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. (Az Zumar 39:69)
  • Titian Jahannam

Selanjutnya akan diberangkatkan menuju jembatan yang menghubungkan Mahsyar dengan surga dan dibawah titian terdapat neraka. Bentuknya diyakini lebih kecil dari rambut dan lebih tajam dari mata pedang, untuk menyortir yang berhak masuk surga akan melewati jembatan tersebut dengan cepat atau lambat, sedangkan sebagian lagi akan jatuh kedasar neraka. Pada tahapan penyortiran inilah akhir dari perjalanan seorang makhluk, entah dia berada di surga atau neraka, kesemuanya berdasarkan amal (perbuatan) semasa hidupnya didunia.

Catatan kaki

  1. ^ Eschatology as a noun, based on WordNet 3.0, Farlex clipart collection. © 2003-2008 Princeton University, Farlex Inc.
  2. ^ “Kiamat tidak akan berlangsung kecuali menimpa atas orang-orang yang paling jahat.” Hadits riwayat Muslim 5243.
  3. ^ “Termasuk dalam golongan sejahat-jahatnya manusia ialah orang yang didapati pada waktu tibanya hari kiamat itu dan mereka masih hidup.” Hadits riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim.
  4. ^ “Dan tidak akan terjadi hari Kiamat kecuali pada hari Jum’at.” Hadits riwayat Muslim
  5. ^ “Belum akan kiamat sehingga tidak ada lagi di muka bumi orang yang menyebut "Allah, Allah.” Hadits riwayat Muslim.
  6. ^ Hadits shahih riwayat Muslim (no. 2, 3, 4 , 8, 9 dan 10.), Abu Dawud (no. 4605, 4697), at-Tirmidzi (no. 2610), Ibnu Majah (no. 63) dan Ahmad (I/52).
  7. ^ Hadits riwayat Bukhari no. 50.
  8. ^ Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, Rasulullah bersabda, ”Hari tidak akan berakhir, dan tahun belum akan pergi sehingga bangsa Arab dipimpin oleh seorang dari keluargaku, namanya sama dengan namaku.” Hadits riwayat Imam Ahmad.
  9. ^ Jabir berkata, ”Adalah Rasulullah saw. jika beliau khutbah memerah matanya, suaranya keras, dan penuh dengan semangat seperti panglima perang, beliau bersabda, ‘(Hati-hatilah) dengan pagi dan sore kalian.’ Beliau melanjutkan, ‘Aku diutus dan hari Kiamat seperti ini.’ Rasulullah saw. mengibaratkan seperti dua jarinya antara telunjuk dan jari tengah. Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Jabir.
  10. ^ Auf bin Malik yang telah disebutkan sebelumnya, Nabi Muhammad bersabda, "hitunglah enam hal diambang kiamat: kewafatanku,..."
  11. ^ Hadits riwayat Imam Ahmad dalam musnad-nya dari Abu Jubairah bahwa Nabi Muhammad bersabda, "Aku diutus diawal tanda kiamat." Silsilah al-Hadits ash-Shahihah, II hal. 467 no.808.
  12. ^ Berdasarkan kisah dari para sahabat nabi yaitu, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Abdullah bin Masud dan lainnya.
  13. ^ Ibnu Kathir, Tafsir Ibnu Kathir, Surah al-Qamar, ayat 54:1-2
  14. ^ "Menurut at-Tabari, seluruh ahlul Ta'wil menyetujui keutamaan ini sebagai tanda pewahyuan ayat ini." cf. Thomas E. Burman, Religious Polemic and the Intellectual History of the Mozarabs, C.1050-1200, p.150
  15. ^ Hadits riwayat Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Muhammad bersabda: "Kiamat tidak akan terjadi sampai muncul api dari tanah Hijaz yang menerangi punuk-punuk unta di Basrah."
  16. ^ Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah, bahwa Muhammad bersabda, "Iraq akan terhalang dari dirham dan qafiz-nya. Syam terhalang dari mudd dan dinarnya. Mesir terhalang dari irbid dan dinarnya. Kalian akan kembali seperti semula."
  17. ^ Dari Ali bin Abi Thalib berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Akan keluar di akhir zaman kelompok orang yang masih muda, bodoh, mereka mengatakan sesuatu dari firman Allah. Keimanan mereka hanya sampai di tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya. Di mana saja kamu jumpai, maka bunuhlah mereka. Siapa yang membunuhnya akan mendapat pahala di hari Kiamat.” Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
  18. ^ Rasulullah saw. ditanya oleh Jibril tentang tanda-tanda kiamat, lalu beliau menjawab, “Seorang budak melahirkan majikannya, dan engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang, dan miskin, penggembala binatang berlomba-lomba saling tinggi dalam bangunan.” Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim.
  19. ^ Hadits riwayat Bukhari, Muslim, & Ahmad.
  20. ^ Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda. “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah ilmu diangkat, banyaknya kebodohan, banyaknya perzinahan, banyaknya orang yang minum khamr, sedikit kaum lelaki dan banyak kaum wanita, sampai pada 50 wanita hanya ada satu lelaki.” Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari
  21. ^ ”Ada enam dari tanda-tanda kiamat: kematianku (Muhammad), dibukanya Baitul Maqdis, seorang lelaki diberi 1000 dinar, tapi dia membencinya, fitnah yang panasnya masuk pada setiap rumah muslim, kematian menjemput manusia seperti kematian pada kambing dan khianatnya bangsa Romawi, sampai 80 poin, dan setiap poin 12.000.” Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At-Tabrani dari Mua'dz bin Jabal.
  22. ^ Abu Hurairah berkata, Kiamat tidak akan terjadi hingga orang-orang Islam diperangi oleh orang-orang Yahudi, dan orang-orang Islam memerangi (membunuh) mereka. Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim
  23. ^ Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai ada seorang yahudi bersembunyi di belakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon, ‘Wahai muslim, wahai hamba Allah, ini yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah ia.’ Kecuali pohon Gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim.
  24. ^ Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sampai Sungai Eufrat menghasilkan gunung emas, manusia berebutan tentangnya. Dan setiap seratus 100 terbunuh 99 orang. Dan setiap orang dari mereka berkata, ”Barangkali akulah yang selamat.” Hadits shahih diriwayatkan oleh Muttafaqun ‘alaihi dari Abu Hurairah
  25. ^ Muhammad bersabda, “Tiada akan terjadi kiamat, sehingga banyak terjadi harj. Sahabat bertanya apa itu harj, ya Rasulullah?” Muhammad Menjawab, “Al Harj adalah pembunuhan...pembunuhan.” Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah.
  26. ^ Hadits riwayat At-Tirmidhi
  27. ^ Hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim kisah dari Anas, bahwa Muhammad bersabda, "Sungguh diantara tanda-tanda kiamat perzinaan, banyaknya wanita sampai perbandingannya 50:1."
  28. ^ Hadits riwayat Bukhari Muslim "Ilmu sedikit dan kejahilan muncul."
  29. ^ Al Bazzar dalam Musnad-nya dan Ibnu Hibban dalam shahihnya meriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Muhammad bersabda, "Kiamat tidak akan terjadi hingga orang-orang bersenggama di jalan seperti keledai." Abdullah bin Umar bertanya,"Itu sungguh terjadi?" Muhammad menjawab, "Ya, itu sungguh terjadi." Hadits riwayat Al Bazzar dan Ibnu Hibban kisah dari Abdullah bin Umar.
  30. ^ "Saat mereka dalam keadaan seperti itu, Allah akan mengirimkan angin yang sejuk yang berhembus dibawah ketiak mereka dan mengambil nyawa seluruh mukmin dan muslim. Tinggallah orang-orang jahat yang bersenggama seperti keledai. Pada merekalah kiamat terjadi." Hadits riwayat Muslim, Ahmad, al-Hakim dan an-Nawwas bin Sam'an.
  31. ^ Dari Anas ra. bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Diantara tanda kiamat adalah bahwa manusia saling membanggakan dalam keindahan masjid.” Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban
  32. ^ Dari Anas diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad bersabda, "Diantara tanda kiamat adalah manusia berlomba-lomba membangun mesjid." Hadits riwayat Abu Dawud, Ahmad dalam Musnad-nya, ad-Darimi dan Ibnu Khuzaimah.
  33. ^ Hadits riwayat Abu Dawud
  34. ^ Hadits riwayat Al-Haythami
  35. ^ Hadits riwayat Al-Haythami
  36. ^ Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat, sampai dominannya fitnah, banyaknya dusta dan berdekatannya pasar.” Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad
  37. ^ Jabir r.a. berkata, tatkala Nabi saw. berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata, “Kapan terjadi Kiamat ?” Rasulullah saw. terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata, “Rasulullah saw. mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya.” Berkata sebagian yang lain, “Rasul saw. tidak mendengar.” Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya, “Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata lelaki Badui itu, ”Saya, wahai Rasulullah saw.” Rasulullah saw. Berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kiamat.” Bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Rasulullah saw. Menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat.” Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui Jabir
  38. ^ Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu waktu, setiap orang tanpa kecuali akan makan riba, orang yang tidak makan langsung, pasti terkena debu-debunya.” Hadits shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi
  39. ^ Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu saat di mana seseorang tidak peduli dari mana hartanya didapat, apakah dari yang halal atau yang haram.” Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Bukhari.
  40. ^ “Di akhir zaman banyak polisi di pagi hari melakukan sesuatu yang dimurkai Allah, dan di sore hari melakukan sesutu yang dibenci Allah. Hati-hatilah engkau jangan sampai menjadi teman mereka.” Hadits shahih diriwayatkan oleh At-Tabrani.
  41. ^ Hadits riwayat Bukhari & Muslim.
  42. ^ Hadits riwayat At-Tirmidhi
  43. ^ :"Sungguh akan ada di antara umatku, kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat-alat yang melalaikan". Hadits riwayat Bukhari
  44. ^ Hadits riwayat Al-Haythami.
  45. ^ Hadits riwayat Bukhari.
  46. ^ Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari, berkata: Rasulullah saw. muncul di tengah-tengah kami pada saat kami saling mengingat-ingat. Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang sedang kamu ingat-ingat?” Sahabat menjawab, “Kami mengingat hari kiamat.” Rasulullah saw. bersabda, ”Kiamat tidak akan terjadi sebelum engkau melihat 10 tandanya.” Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan: Dukhan (kabut asap), Dajjaal, binatang (pandai bicara), matahari terbit dari barat,

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Eskatologi_Islam

Isa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Kisah Isa

  • Persekongkolan pendeta Yahudi

Para pendeta Yahudi pernah merancang suatu persekongkolan untuk menyingkirkan Isa. Mereka ingin mengusir Isa dan membuktikan bahwa Isa datang untuk menghancurkan syariat Musa. Syariat Musa memutuskan untuk merajam seorang wanita yang berzina. Para pendeta Yahudi menghadirkan wanita yang salah yang berhak dirajam. Mereka berkumpul di sekeliling Isa dan bertanya kepadanya: “Tidakkah syariat menetapkan untuk merajam wanita yang bersalah?” Isa menjawab: “Benar,” Mereka berkata: “Ini adalah wanita yang bersalah.” Isa memandang wanita itu dan ia pun melihat para pendeta Yahudi. Isa mengetahui bahwa para pendeta Yahudi lebih banyak kesalahannya daripada wanita tersebut.

Para pendeta itu menunggu jawaban Isa. Jika ia mengatakan bahwa wanita itu tidak berhak dibunuh, maka berarti ia menentang syariat Musa dan jika ia mengatakan bahwa ia berhak dibunuh, maka ia justru menghancurkan dirinya sendiri yang membawa syariat cinta dan toleransi.
Isa memahami bahwa ini adalah persekongkolan yang akan menjebaknya, kemudian ia tersenyum dan wajahnya tampak bercahaya. Kemudian ia melihat para pendeta Yahudi dan wanita itu sambil berkata: “Barangsiapa di antara kalian yang tidak memiliki kesalahan, maka hendaklah ia merajam wanita itu.” Isa menetapkan peraturan baru yang berhubungan dengan hukum yang dijatuhkan kepada orang yang berbuat salah. Dalam syariat Islam, diajarkan hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum orang yang salah dan tidak berhak seseorang pun dari kalangan manusia untuk menghukum orang yang bersalah jika ia sendiri masih memiliki kesalahan, tetapi yang harus menghukumnya adalah Allah.[7]

  • Fitnah dari Bani Israel

Ketika Isa terus mendakwahkan risalah Tuhan, kaum Bani Israel mengetahui gelagat yang tidak menguntungkan pihaknya. Maka kaum Bani Israel pun mengambil jalan dengan memfitnah Isa. Dikatakan bahwa Isa dikatakan memiliki kekuatan sebagai penyihir dan sebagai orang yang akan merubah syariat dan mereka menisbatkan kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan setan. Ketika mereka tidak lagi memiliki tipu daya yang dapat melumpuhkan Isa dan mereka melihat orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka mereka mulai membuat suatu makar, yaitu mereka mulai mempengaruhi orang-orang Romawi. Ketika orang Yahudi tidak berhasil memerangi Isa, maka mereka mengambil keputusan untuk menghilangkan nyawa Isa.

Mulailah para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat suatu kesimpulan tentang cara yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang tidak menirnbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat. Ketika para pemimpin Yahudi bermusyawarah, maka salah seorang dari murid al-Masih yang dua belas pergi kepada mereka, yaitu Yahuda al-Iskhariyutha, dengan meminta sejumlah imbalan. Tetapi pada akhirnya Isa tidak berhasil mereka bunuh.[8]

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Israel


Maryam Saudara Harun
oleh

Seri ini juga masih dalam rangka jihad inteletual saya. Masih ada hubngannya dengan Seri 740 yang berjudul “Islam Phobia yang Bersifat Proaktif”. Saya kutip paragraph pertama:

Penderita Islam Phobia yang bersikap prokatif, yaitu yang berprasangka terhadap Islam dengan senjata "pseudo science", yaitu Orientalis seperti Samuel Huntington, yang berprasangka Islam mengancam demokrasi barat dengan ia punya wishful thinking "Clash of Civilization", dan para misionaris Kristian yang berprasangka bahwa "Muhammad knew all the sources: Christian, Jewish, Zoroastrian, Hanif and ancient Arab beliefs before he could compile the Qur'an."
Salah satu yang dikritik oleh mereka ialah ayat:
-- YAKhT HRWN MA KAN ABWK AMRA SWa WMA KAN AMK BGhYA (S. MRYM, 19:28), dibaca:
-- ya- ukhta ha-ruwn ma- ka-na abuwkimraa sauin wa ma- ka-nat ummika baghiyyan, artinya:
-- Hai saudara perempuan Harun ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina",
Ayat tersebut merekam tuduhan orang Yahudi kepada Maryam yang punya bayi yaitu ‘Isa tanpa ayah. Yang dikritik oleh para orientalis dan misionaris Kristian, yaitu Muhammad ”salah kutip” dari sumber Christian and Jewish. Bagaimana bisa Maryam itu saudara Harun, sedangkan Harun hidup dalam ratusan tahun sebelum Maryam ? Sebelum menjawab kritikan itu, akan diteruskan dahulu sambungan ayat (19:28), dan untuk menghemat ruangan cukup terjemhannya saja:
29. Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: "Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"
30. berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia akan memberiku Alkitab dan Dia akan menjadikan aku seorang Nabi,
31. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; 32. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

Marilah saya jawab kritik itu. Dalam Perjanjian Lama termaktub:
LAI-Ulangan, 18:15 Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.
Seorang Nabi dalam ayat di atas itu bukanlah sesungguhnya saudaranya Musa dalam arti satu bapak, itu sama halnya dengan Maryam bukanlah sesungguhnya saudaranya Harun dalam arti satu bapak, melainkan saudara dalam kontek jalur silisilah. Ini lumrah dalam balaghah bahasa-bahasa Semit.

King James Version Revized (KJVR)-Luk 1:5 There was in the days of Herod, the king of Judea, a certain priest named Zacharias, of the course of Abijah: and his wife was of the daughters of Aaron, and her name was Elisabeth.
Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)
Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet.

Dalam KJVR-Luk 1:5, masih terlacak gaya bahasa asli Hebrew, yaitu Elisabeth was of the daughters of Aaron, Elisabeth adalah salah satu dari anak-anak perempuan Harun, namun dalam terjemahan LAI disebutkan Elisabet keturunan Harun, sudah "dihilangkan" itu gaya bahasa Semit (Hebrew) dan dengan tidak malu-malu orientalis Kristian mengkritik "Maryam saudara Harun", padahal dalam Biblenya sendiri disebutkan Elisabeth salah satu dari anak-anak perempuan Harun.

Gaya bahasa Semit (Arab) ini dapat pula kita jumpai dalam Hadits:
Isteri-isteri Nabi SAW mencibir Shafiyyah dengan mengatakan bahwa mereka dari bangsa Arab Quraisy, sedangkan Shafiyyah hanya orang Yahudi, orang asing yang masuk ke lingkungan mereka. Mendengar kata-kata yang menyakitkan itu, Shafiyyah mengadukannya kepada Nabi SAW sambil menangis. Maka RasuluLlah SAW menyapu air mata Shafiyyah dengan sorban dan tangan beliau, sambil bersabda:
-- "Kenapa tidak engkau katakan kepada mereka tentang kebaikan yang ada pada dirimu, yaitu suamiku Nabi Muhammad SAW, ayahku Nabi Harun dan pamanku Nabi Musa?"

***

Ada 12 suku Bani Israil anak dari Nabi Ya'qub AS dari keempat isterinya:

Lea: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon6 orang
Rahel: Yusuf, Benyamin2 orang
dayang Lea, yaitu Zilpa: Gad, Asyer2 orang
dayang Rahel, yaitu Bilha: Dan, Naftali2 orang
Jumlah12 orang

Silsilah Jesus menurut Matius (1:2-16):
Abraham - Ishak - Yakub - Yehuda - Peres (beribukan Tamar) - Hezron - Ram - Aminadab - Nahason - Salmon - Boas - Obed - Isai - Daud - Salomo (beribukan Uria) - Rehabeam - Abia - Asa - Yosafat - Yoram - Uzia - Yotam - Ahas - Hizkia - Manasye - Amon - Yosia - Yekhonya (pada waktu pembuangan ke Babel) - (Sesudah pembuangan ke Babel) - Sealtiel - Zerubabel - Abihud - Elyakim - Azor - Zadok - Akhim - Eliud - Eleazar - Matan - Yakub - Yusuf (suami Maria), Maria melahirkan Yesus,

Silsilah menurut Lukas (3:23-34):
Yesus menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf,
anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai, anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda,
anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri, anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi, anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim, anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud, anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason, anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham.

Kedua jalur silsilah itu cacat. Mengapa? Oleh karena Jesus berasal dari jalur silisilah Yehuda yang berzina dengan dengan menantunya yaitu Tamar dan menghasilkan buah zina yaitu Peres (Kejadian 38:13-16,28-29):

13 Ketika dikabarkan kepada Tamar: "Bapa mertuamu sedang di jalan ke Timna untuk menggunting bulu domba-dombanya,"
14 maka ditanggalkannyalah pakaian kejandaannya, ia bertelekung dan berselubung, lalu pergi duduk di pintu masuk ke Enaim yang di jalan ke Timna
15 Ketika Yehuda melihat dia, disangkanyalah dia seorang perempuan sundal, karena ia menutupi mukanya.
16 Lalu berpalinglah Yehuda mendapatkan perempuan yang di pinggir jalan itu serta berkata: "Marilah, aku mau menghampiri engkau," sebab ia tidak tahu, bahwa perempuan itu menantunya.
28 Dan ketika ia bersalin, seorang dari anak itu mengeluarkan tangannya, lalu dipegang oleh bidan, diikatnya dengan benang kirmizi serta berkata: "Inilah yang lebih dahulu keluar."
29 Ketika anak itu menarik tangannya kembali, keluarlah saudaranya laki-laki, dan bidan itu berkata: "Alangkah kuatnya engkau menembus ke luar," maka anak itu dinamai Peres.

Jesus atau Nabi Isa AS adalah seorang Nabi yang mulia, Oleh sebab itu tidak mungkin Jesus berasal dari jalur silsilah ke atas ke Peres, ke Yahuda.

Al-Quran memberikan petunjuk dalam ungkapan "Maryam saudara Harun", yaitu saudara dalam jalur silsilah. Maka silsilah Jesus melalui jalur ibu beliau yaitu Maryam, haruslah melalui Harun. Harun tidaklah berasal dari Yehuda, melainkan dari Lewi, yang silsilahnya seperti berikut: Lewi -> Kahis -> Yashar -> Imran. Adapun Imran mempunyai 2 orang anak laki-laki semuanya menjadi nabi, yaitu Nabi Musa AS Nabi Harun AS.
WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 5 Agustus 2007

Seluk Beluk "Injil" Barnabas

Ini masih dalam rangka jihad intelektual saya. "Dan Jesus berpaling kepada dia yang menulis (maksudnya diri Barnabas) sambil berkata: 'Hai Barnabas betapapun juga kamu tuliskan Injil saya mengenai semua kejadian yang telah berlangsung selama kehadiran saya di dunia ini'"(Barnabas fasal 221). Hal-hal yang khusus dalam Injil Barnabas, yaitu: Jesus bukan Anak Allah (fasal 48, 98 dan 222). Anak Abraham yang harus dipersembahkannya sebagai korban penyembelihan adalah Ismael (Barnabas fasal 44). Judaslah yang disalibkan, bukannya Jesus. "Tatkala serdadu-serdadu itu bersama dengan Judas mendekati tempat Jesus berada, Jesus mendengar banyak orang datang mendekat, ia menarik diri ke dalam rumah. Dan kesebelas orang (murid-murid Jesus) sedang tidur. Malaikat-malaikat suci datang dan membawa Jesus keluar melalui jendela yang menghadap ke Selatan. Di depan semua (serdadu-serdadu) Judas melesat masuk ke dalam ruang tempat Jesus baru saja dibawa (malaikat-malaikat). Dan para murid-murid Jesus sedang tidur. Dalam pada itu Tuhan bertindak secara mentakjubkan sedemikian rupa sehingga Judas diserupakan seperti Jesus dalam berbicara dan wajah. Serdadu-serdadu itu masuk lalu menangkap Judas, sebab dalam segalanya ia serupa dengan Jesus" (Barnabas fasal 216). "Demikianlah mereka membawanya ke bukit Calvary, dan di situ mereka menyalibnya dalam keadaan telanjang" (Barnabas fasal 217).

***

Nama Buku: Seluk Beluk Buku Yang Disebut Injil Barnabas
Pengarang: Drs. B.F. Drewes dan Drs. J. Slomp
Cetakan Pertama 1983
PENERBIT YAYASAN KANISIUS
Jl. P. Senopati 24, Telepon 2309. Telex 25143, Yogyakarta

Untuk menghemat ruangan, kiranya cukup jika saya hanya mengemukakan Pendahuluan dan Bab 5 saja, yaitu Kesimpulan-Kesimpulan dari "Seluk Beluk Buku Yang Disebut Injil Barnabas" tersebut.

PENDAHULUAN
Sering ada orang bertanya, "Apa sih itu injil Barnabas, yang disebut-sebut orang? Kalau kita buka kitab suci Perjanjian Baru, ternyata injil itu tidak dimuat!" Buku kecil ini ditulis dengan maksud untuk memberi jawaban atas pertanyaan tersebut di atas. Dalam buku kecil ini akan diuraikan pokok-pokok sebagai berikut:

  • Bagaimanakah "injil" itu ditemukan? Terjemahan manakah yang kini beredar, dan naskah-naskah kuno manakah yang dipakai oleh para penterjemahnya? (Bab 1 );
  • Kapan "injil" itu dikarang? (Bab 2);
  • Siapakah pengarangnya dan di manakah "injil" itu ditulis? (Bab 3);
  • Selanjutnya akan ditinjau isi "injil" itu dalam garis besarnya (Bab 4);
  • Akhirulkalam akan dikemukakan beberapa kesimpulan (Bab 5), disusul dengan daftar kepustakaan.
Buku kecil ini disusun oleh Drs. B.F. Drewes berdasarkan bahan-bahan penelitian ilmiah yang sebagian besar dikerjakan oleh Drs. J. Slomp. Alihbahasa ditangani Galih Resi. Untuk selanjutnya akan digunakan singkatan Barn kalau dimaksudkan kitab "injil" Barnabas. Dan bila kitab itu disebut injil, kata itu akan ditempatkan antara tanda kutip ("injil"), karena kitab itu bukan Injil dalam arti kitab-kitab Injil yang terdapat dalam kitab suci Perjanjian Baru. Sebab Barn jauh lebih muda usianya, dan dikarang oleh seseorang berdasarkan kitab-kitab Injil yang asli yang terdapat daIam kitab suci Perjanjian Baru. Besar harapan kami semoga buku kecil ini dapat memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan yang timbul di sana-sini sekitar kitab '"injil" Barnabas.

BAB 5. KESIMPULAN-KESIMPULAN
Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Barn sudah pasti tidak dikarang oleh seorang yang mengenal Yesus atau salah seorang Rasul. Kitab Barn pasti tidak berasal dari abad-abad pertama sesudah Masehi. Dari Gereja Purba, yakni abad-abad pertama sesudah Masehi, kita sama sekali tidak memiliki satu naskah pun dari Barn, dan tidak ada bukti bahwa naskah Barn pernah dikenal oleh Gereja Purba. Karena kurun jaman antara Barn dengan abad pertama sesudah Masehi sedemikian jauhnya, tidak ada satu alasan pun untuk menempatkan Barn sederajat bahkan melebihi Injil-Injil Perjanjian Baru.

Pengarang Barn hidup lebih dari sepuluh abad sesudah Masehi, sekurang-kurangnya sesudah tahun 1300 dan kemungkinan besar dalam abad ke-16. Ada kemungkinan sebagai orang Yahudi yang menjadi korban inkuisisi Gereja Katolik Roma dan dipaksa hidup sebagai orang Kristen. Kemudian dia berkenalan dengan agama Islam dan menganut agama ini. Lalu dikarangnya Barn untuk menunjukkan kepada orang akan arti Muhammad. Jadi meskipun Barn mengandung banyak bahan dari Injil-Injil Perjanjian Baru, jelaslah arah pokoknya dan tujuan utama Barn berlainan sekali dengan arah dan tujuan keempat Injil.

***

Elok kiranya saya lebih mempertegas lagi apa yang dimaksud dengan Kitab Barn di atas itu, yakni Injil Barnabas dalam bahasa Indonesia yang bersumber melalui jalur terjemahan-terjemahan: Arab - Inggris - Italia. Injil Barnabas dalam bahasa Italia ini dibawa keluar dari perpustakaan Paus Sixtus V (1585-1590) oleh seorang rahib Kristen bernama Fra Marino, ketika Paus sedang tidur sejenak di perpustakaannya.

Injil Barnabas termasuk dalam sekelompok dari 14 kitab apocryph yaitu ditolak (not considered canonical), karena isinya bertentangan dengan keempat Injil dalam Perjanjian Baru, terutama dalam hal theologi. Injil Barnabas sejalan dengan doctrine Arius Alexander dari gereja Alexandria. Dewasa ini penganut doctrine Arius Alexander (disebut Arianisme) masih tersisa sebagai ummat Qibthi (Copti). Mereka disebut Unitarian Christian, yang menolak unsur ke-Ilahi-an Jesus.

Kesimpulan bahwa Injil Barnabas dikarang oleh seorang Yahudi yang menjadi korban inkuisisi Gereja Katolik Roma dan dipaksa hidup sebagai orang Kristen, kemudian dia menganut agama Islam, tidak dapat diterima dengan dua alasan:

Pertama, dalam Injil Barnabas termaktub: “Adam orang pertama makan buah, karena ditipu setan, buah larangan Tuhan dalam taman Firdaus, dagingnya berontak melawan ruhnya: olehnya itu ia bersumpah dan berkata: 'Demi Tuhan, saya akan potong engkau!' Dan setelah memecahkan sebungkah batu karang, ia memegang dagingnya untuk memotongnya dengan sisi tajam dari pecahan batu itu; olehnya itu ia dilarang oleh malaikat Jibril. Dan dia menjawab: 'Saya telah bersumpah atas nama Tuhan untuk memotongnya; saya tidak ingin untuk menjadi pendusta.' Malaikat itu menunjukkan kepadanya daging kulupnya dan dia memotongnya” (Barnabas fasal 23). Tidak mungkin Injil Barnabas itu hasil "rekayasa" seorang Muslim, karena apa yang dikutip di atas itu orisinel, tidak ada dalam dalam Al-Quran, bahkan juga tidak ada dalam Bible.

Kedua, bertentangan dengan fakta sejarah yang termaktub dalam karya Jerald F Dirk, berjudul "Salib di Bulan Sabit", seperti berikut:
"Injil Barnabas dianggap kanonik (bukan apocryph) oleh gereja Alexandria hingga 325 Masehi; Injil Barnabas banyak dikutip oleh Iranaeus, uskup Lyon pada abad ke-2 Masehi" ["Salib di Bulan Sabit", halaman 116 pada bagian "Kitab-kitab Apocryph" pada Bab 5 "Penyaliban"]. Jadi, karena Injil Barnabas sekurang-kurangnya sezaman dengan Iranaeus, uskup Lyon pada abad ke-2 Masehi, maka tidak mungkin itu hasil "rekayasa" seorang Yahudi korban inkuisisi Gereja Katolik Roma yang masuk Islam, karena Injil Barnabas sudah ada secara historis sebelum datangnya Islam.

Seperti diketahui pada pertengahan abad ke-16 terjadilah pemaksaan besar-besaran secara kejam atas orang-orang Yahudi dan Muslimin untuk menganut agama Katholik, yang terkenal dalam sejarah sebagai Spanish Inquisition. Pada masa itu keadaan orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam sangat menyedihkan, karena penganiayaan dari pihak Gereja Katolik Roma yang dilaksanakan oleh inkuisisi tersebut. Ada tiga macam sikap orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam dalam menghadapi inkusisi itu. Pertama, yang tidak mau beralih agama. Akibatnya mereka disiksa kemudian dieksekusi dengan dibakar atau dipancangkan di kayu-sula. Kedua, beralih agama menjadi Katholik Roma. Kelompok orang Islam yang beralih agama itu disebut kelompok Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano. Ketiga meluputkan diri dengan hijrah menyeberang Laut Atlantik yang dahulunya dinamakan Samudra yang gelap dan berkabut.

Ada dua dokumen yang menyangkut waktu pelaksanaan inkusisi ini. Yang pertama, Raja Spanyol Carlos V mengeluarkan dekrit pada tahun 1539 melarang penduduk bermigrasi ke Amerika Latin bagi keturunan Muslimin yang dihukum bakar dan dieksekusi di kayu sula itu. Yang kedua dekrit itu diratifikasi pada 1543, dan disertai perintah pengusiran Muslimin keluar dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik. Ini adalah bukti historis tentang waktu terjadinya inkuisisi tersebut.
Firman Allah:
-- YAYHA ALDZYN AMNWA AN JAaKM FASQ BNBA FTBYNWA (S. ALHJRAT, 49:6), dibaca:
-- ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- in ja-kum fa-siqum binabain fatabayyanu-, artinya:
-- Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan annaba', maka lakukanlah tabayyun.
Annaba' (informasi) dalam hal ini adalah "Seluk Beluk Buku Yang Disebut Injil Barnabas" dan tabayyun (klarifikasi), yaitu diperhadapkan pada "Salib di Bulan Sabit"(#). WaLlahu a’lamu bisshawab.

*** Makassar, 29 Juli 2007
--------------------------
(#)
Konsili Nicea Pertama dihimpunkan oleh Kaisar Roma Konstantin Agung. Ini adalah konferensi ekumenis pertama para uskup dari Gereja Kristen. Konsili ini dibuka resmi pada 20 Mei 325 M, di bangunan tengah dari istana kekaisaran. Tujuan konsili ini (yang juga disebut sinode) adalah memecahkan masalah theologi dan dasar kriteria untuk menentukan Kitab-Kitab Apokrifa dan Kitab-Kitab yang lolos dalam seleksi. Masalah theologi itu menyangkut: Arianisme yang menolak unsur ke-Ilahi-an Jesus versus doktrin Athanasius: Sang Bapa dan Sang Anak itu mempunyai satu kehendak atau satu pribadi. Doktrin Athanasiuslah yang menjadi dasar kriteria, sehingga yang lolos dalam seleksi yaitu: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

Namun menjelang akhir abad ke-19 M dan pertengahan abad ke-20 M diperoleh penemuan-penemuan arkeologis yang tidak dijamah oleh Konsili Nicaea I, yaitu:

1. Desember 1945, seorang Mesir bernama Muhammad Ali pergi ke sebuah karang di tepian sungai Nile, di pedalaman Mesir dekat wilayah Nag Hamadi. Menemukan Gentong (bejana dari tanah liat) yang nyata terlihat sangat kuno dan asli. Dalam gentong tersebut terdapat 13 lembar kulit, berisi 50 risalah. Pada bagian akhir dari risalah di codex II koleksi risalah, terdapat sebuah judul teks yang telah hilang selama ribuan tahun: "Peuaggelion Pkata Thomas", Injil menurut Thomas, atau Injil Thomas. Manuskrip Koptik berisikan Injil Thomas berasal dari tahun 350M, sementara fragmen Yunani berasal dari tahun 200 M. Injil Thomas diperkirakan dari tahun 100 M, edisi paling awal diperkirakan dari tahun 50-60 M. Perlu diketahui bahwa Injil Thomas tidak berbentuk cerita naratif seperti 4 Injil lainnya, namun berisi perkataan-perkataan Yesus, kalau dibaca oleh seorang Muslim tampak seperti penulisan Hadits -tapi tanpa sanad-. Melihat tingkat keaslian dari Injil Thomas -walaupun dianggap gnostik-, serta cara penyajiannya, para sarjana Bible mulai mengkaji dengan cara membandingkan isinya dengan 4 Injil sinoptik yang diakui Gereja (Matius, Markus, Lukas, Yohanes).

Semangat yang mereka bawa adalah, menjawab pertanyaan umum : "Apa sebenarnya yang disabdakan oleh Yesus?" Dari kajian 75 sarjana Bible terkemuka yang bersidang selama 6 tahun, keluarlah hasil kajian mereka yang dikenal melalui laporan berjudul "The Five Gospel" pada tahun 1993. Pertanyaan itu akhirnya terjawab dalam sebuah kesimpulan dalam laporan mereka bahwa, dari Injil-Injil yang ada, hanya terdapat 18% saja yang diperkirakan asli perkataan Yesus, sementara sisanya......???.
Hasil kajian ini tentu saja membuat geger dunia Kristen. Lain daripada itu, satu hal yang patut dicatat bahwa, dari 114 sabda Yesus dalam Injil Thomas, tidak satupun ada pernyataan ataupun isyarat terhadap doktrin "Penyaliban" atau penebusan dosa melalui kematian Yesus di tiang kayu salib.

2. Wahyu Petrus ditemukan pada tahun 1945 melalui penggalian-penggalian arkeologis yang sangat penting di Naga Hammadi Mesir. Ekspedisi-ekspedisi ini menggali sebuah perpustakaan dari abad ke-4 Masehi berupa manuskrip-manuskrip papirus banyak di antaranya ditulis dalam bahasa Koptik. [Brasher I (1990)]. Korban yang disalib adalah simulacrum Jesus, yang sungguh-sungguh sangat mirip dengan Jesus [Wahyu Petrus, Robinson JM, 1990].

3. Risalah Kedua Set Agung, seperti Wahyu Petrus, ditemukan pada tahun 1945 di Naga Hammadi Mesir. Catatan mengenai penyaliban oleh seorang Kristen Mesir Basilides pada abad kedua Masehi [Gibbons JA, (1998)]. Penjelasan mengenai penyaliban dalam Set dilaporkan dalam sabda-sabda Jesus. Seseorang yang bukan Jesus telah dipaku membentuk salib, yang meminum empedu dan cuka serta mengenakan mahkota duri [Risalah Kedua Set Agung, Robinson JM, (1990)].

4. Perbuatan-Perbuatan Yohannes, ditemukan dalam manuskrip berbahasa Yunani yang digali dalam tahun 1897. Waktu penyusunannya pada paruh pertama abad kedua Masehi [Cameron R, (1982)]. Penulis manuskrip tsb adalah salah seorang murid Jesus, yaitu Yohannes, putera Zabedee. Aku bukan (orang) di atas salib itu [Perbuatan Yohannes, Cameron R, (1982)].

Fenomena Yesus Berjalan di Atas Air


Pendahuluan


Suatu kejadian luar biasa di dalam alkitab bahwa Yesus dapat berjalan di atas air. Artikel ini membahas kemungkinan hal-hal logis di saat Yesus berjalan di atas air. Untuk menghitung energi Yesus jalan di air minimal melalui dua metoda.

1. Air mengalami suatu fenomena tegangan permukaan.

2. Yesus mengalami suatu fenomena perubahan sifat struktur kimia.


Gambar 1. Ilustrasi Yesus berjalan di atas air.


Pembahasan

Fenomena Tegangan Permukaan

Fenomena pertama sangat memungkinkan karena surface tension (ST)/tegangan permukaan air adalah 72 mJ/m2 (g) dan fenomena yang terjadi adalah meningkat tegangan permukaan air menjadi lebih besar sehingga dapat menahan beban yang lebih berat. Namun menaikkan tegangan permukaan air adalah hal yang hampir imposible pada kejadian ini karena terkait sifat natural air (asumsi air murni/pure water). Ada 3 model kemungkinan keadaan Yesus di atas air, yaitu

1.Membentuk sudut kontak dengan permukaan air.

2. Secara total mengambang.

3. dipengaruhi oleh spreading faktor, bahwa faktor kohesi sesuatu benda harus lebih kecil dari adhesi antara air dengan benda itu. Namun karena manusia tidak melarut dalam air maka spreading faktor selalu bersifat positif dan konstan. Dalam pembahasan dibawah Yesus mengalami model 2, mengambang di atas air. (lihat gambar 1).

Faktor lain adalah besarnya berat jenis/densitas suatu benda itu yang relative besar terhadap air. Berat jenis mutlak menjadi relative pada posisi benda di atas air. Contohnya seperti beberapa jesnis kayu yang memiliki berat ratusan kg tapi mengambang di atas air. Selain itu ada fenomena lain adalah air berubah menjadi es juga memungkinkan namun tidak relevan dengan keadaan yang sebenarnya saat Yesus berjalan di atas air.


Gambar 2. transportasi balog kayu melalui sungai


Rumus yang mudah mengukur ST adalah gama (g) = (perubahan energi Gibbs/perubahan luas permukaan dimana air adalah 72 (mJ/m2) sehingga ST adalah (gaya (F) x jarak (L))/jarak kuadrat(L2). Artinya bahwa ST dipengaruhi oleh perubahan energy bebas (Gibbs) akibat gaya (F) terhadap posisi (L) berbading terbalik dengan perubahan luas permukaan (LxL).


Fenomena Internal Yesus


Fenomena kedua adalah Yesus mengubah sifat struktur kimianya sehingga Ia memilki sifat seperti senyawa surfactant, atau menjadi super hydrophobic (seperti minyak mengambang di atas air murni/pure water) atau kemungkinan ketiga mengubah densitynya minimal sama dengan air. Arti hydrophobic adalah takut/tidak suka air.


Gambar 3. kiri, surfactant dipermukaan air, kanan minyak di atas permukaan air


Menyederhanakan Masalah


Namun untuk hitungan dengan logika yang lebih sederhana agar semua lapisan yang membacanya dapat mengerti. Kita ambil dua fenomena yang terjadi karena Yesus bejalan di atas air yaitu pertama Yesus semakin hydrophobic dan kedua Yesus mereduksi densitasnya. Perubahan Yesus lebih hydrophobic dengam memanfaatkan structure hydrocarbon (lemak/minyak) yang ada dalam tubuhnya sehingga dia menjadi hydrophobic terhadap air. Kemudia Yesus mereduksi densitasnya dari 1010 kg/m3 (meter cubik) densitas manusia ke minimal 1000kg/m3 densitas air. Sesunguhnya densitas relative manusia adalah sifat alamiah sehingga perubahan ini sangat bersifat tak wajar alami (unnatural).


Perubahan lebih hydrophobic dan perubahan density mendorong Yesus mengalami posisi antar muka (interface) dengan air sehingga mengakibatkan Yesus dapat tetap terapung. (gambar 3).

Fenomena Tidak Logis


Karena density merupakan sebuah sifat bawaan alami dan perubahan ini merubah struktur suatu bahan yang berhubungan dengan berat dan volume, misalnya bubur kertas menjadi kertas. Contoh lain adalah mayat yang mengambang adalah karena terjadi perubahan density rata-rata akibat adanya percampuran antara air didalam mayat tersebut sehingga mencapai kesetimbangan dan mengambang. Namun Yesus tidak mengalami perubahan sama sekali terhadap dirinya pada saat berjalan diatas air. Alasan itulah yang memungkinkan adalanya faktor hydrophobic dan penurunan densitas tubuhnya adalah sebuah hal yang tidak biasa.

Alasan ini jauh lebih masuk akal dibandingkan fenomena yang terjadi di air, karena berdasarkan yang disampaikan alkitab, bahwa Petrus murid Yesus, mencoba juga hal ini namun setelah beberapa langkah ia tegelam. Dalam hal Ini menunjukkan bahwa faktor fenomena internal manusia lebih cukup masuk akal dibanding perubahan fenomena pada air. (gambar 4.)


Gambar 4. Yesus menyelamatkan Simon Petrus

Untuk kedua hal ini belum ada manusia yang dapat berjalan di atas air dan tidak satupn manusia didunia ini mampu melakukannya kecuali Yesus. Jika dalam membuat air menjadi anggur Jesus menghasilkan energi, maka di dalam kesempatan ini Yesus membuang energi dengan menurunkan densitasnya serta menciptakan hydrophobic structure (susunan lemak) seluruh bagian tubuhnya….bersambung ke neraca energi.

Sumber : http://filsafat.kompasiana.com/2010/03/19/fenomena-yesus-berjalan-di-atas-air/


Neraca Energi Roh Jesus Menaklukkan Topan
[13 Januari 2010] 22:44

Ini adalah sebuah pendekatan matematika/fisika sederhana dengan melakukan asumsi asumsi yang wajar agar semua pembaca dari berbagai latar belakang dapat mengerti dengan mudah. Tujuannya adalah melihat Roh yang bekerja di dalam Yesus dan memperkirakan berapa ekual energinya mukjizat yang dilakukan Yesus.

dewofhermon.blogspot.com/…/facing-storms.html

Dalam Lukas 8 ayat 23-24, dapat kita baca, bahwa Jesus meredakan taufan dan badai saat berlayar bersama murid-muridnya. Yesus menunjukkan kekuatan Roh Tuhan yang ada padanya, sehingga Ia mampu mengatur taufan dan badai sekalipun. Disisi lain kita coba untuk mencari tahu secara sederhana dan mudah di mengerti, berapa besarkah energi spontan yang dihasilkan untuk dapat menghardik taufan tersebut? dan dicoba dilakukan dengan pendekatan energi ekivalen dengan konsep rumus yang telah ada.

Ada beberapa sumber energi yang telah kita kenal secara luas yaitu, energi kinetik/gerak mekanik, energi elektrik/gerak elektron, energi kimia/akibat reaksi kimia, energi Nuklir (inti), energi thermal/panas dan sebagainya.

Pada Luk 8 tersebut diterangkan bahwa adanya taufan dan badai, jenis energi apakah ini? Di Belanda telah memanfaatkan aliran angin sebagai sumber energi melalui kincir angin, dan tentunya formula Energi Mekanik adalah cukup tepat. Formula Energi Kinetik (Ek) adalah 1/2 * massa dalam Kg.(M) * (kecepatan dalam meter per detik (v) di pangkat dua) = 0.5 * M * v * v (Smith 2000). Dengan asumsi, bahwa temperatur konstan dan arah gerakan energi berdimensi satu (satu arah saja).

Asumsi bahwa pergerakan udara/anginlah yang mengakibatkan terjadi taufan dan badai, dan dengan asumsi bahwa udara adalah relatif kering, maka kerapatan jenis (rho) udara adalah 1.184 kg/m3 pada T = 25 C (www.wikipedia.com) .

Jika kita gunakan data dari taufan Isabel yang memiliki kecepatan 200 meter/detik (Daniel, 2004) maka dapat kita hitung berapa energi yang diperlukan SETIAP DETIKNYA.

Ek = 0.5 * M * v * v
Ek = 0.5 * rho * V (volume) * v * v ; (V adalah volume udara, m3).

Dengan mengambil asumsi untuk 1 m3 volume udara bergerak dengan kecepatan 200 m/detik maka energi yang dihasilkan adalah:

Ek = 0.5 * 1.184 kg/m3 * 200 m/det * 200 m/det
Ek= 23680 Joule (dalam setiap 1 m3 udara dalam setiap detik)

Menghitung volume total Udara.

Jika kita asumsikan Yesus secara sepontan (30 detik saja) menggunakan waktunya untuk menghardik Taufan dan badai tersebut, dan jika kita asumsikan bahwa luas bidang area yang diterpa angin tersebut hanya seluas 20 m2 (meter persegi), (sesunguhnya ini terlalu kecil), maka:

Volume total udara adalah = 30 detik * 20 m2 * 200m/detik = 120.000 m3 (kubik)

Maka dengan data volume 120.000 m3 (kubik), total energi spontan yang dihasilkan Yesus adalah:

Ek(30 detik) = 23680 Joule/m3 *120.000 m3 = 2841,6 M Joule.

Dengan Prinsip bahwa Energi input = Energy output, maka energi minimal yang dihasilkan oleh Yesus secara spontan adalah 2841,6 M Joule. (dengan asumsi hanya 30 detik).

Energi ini identik dengan 2841,6 M Joule : 31,29 MJ/liter gasoline = 90,8 liter bensin. (Muller 1992).
Dengan pendekatan yang sama untuk mobil dengan perbandingan 1 : 10 (BMW), maka jarak yang ditempuh adalah 908 KM ( asumsi effisiensi 100%). Berarti dapat digunakan 7,6 kali pulang pergi Medan Berastagi (60 KM) atau Jakarta- Bogor pp lebih 11 (40km).

Pendekatan energi ini adalah kemungkinan jauh dari jumlah energi yang sebenarnya yang dihasilkan Yesus. Disisi lain ini adalah sebuah opini dan cara melihat Yesus sebagai Tuhan sang Pencipta energi spontan tersebut.

Logika ilmu pengetahuan adalah energi adalah kekal, tidak dapat binasa namun dapat berubah bentuk. Dalam hal ini energi angin taupan dan badai tersebut adalah akumulasi dari energi-energi yang lepas di udara, akibat perubahan tekanan atau beda konsentrasi udara.

Namun dari manakah Yesus dapat menghasilkan energi pembendung (counter energi) yang lebih relatif sama atau lebih besar. Dalam pengalaman saya perhitungan seperti ini cukup effektif dalam menghadapi kelompok ilmuan yang atheist, ini akan membuka wawasan mereka bahwa penciptaan energi spontan (tdk jelas sumbernya) itu adalah mustahil secara ilmu pengetahuan, namun didalam Tuhan Yesus energi spontan tersebut ternyata tidak mustahil.

(Pendekatan lain juga dapat dilakukan dengan W = P dV= Tekanan (P) * perubahan Volume (dV).

Referensi:
  1. link http://filsafat.kompasiana.com/2010/01/13/neraca-energi-roh-jesus-menaklukkan-topan/
  2. Luk 18 cetakan 2001 Input Output Simulation Muller 1992 Topan Isabel, IEEE, Daniel 2004
  3. WWW.WIKIPEDIA.COM Int. to Che Eng Therm. Smith 1996

Mukjizat Isa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Mukjizat Isa adalah kemampuan luar biasa yang dimiliki nabi Isa untuk membuktikan kenabiannya. Isa sama sekali tidak mendekati wanita dan tidak menikah sepanjang hidupnya, sampai ia diangkat oleh Allah kelangit. Sifat tersebutnya ini juga sama dengan sifat yang dimiliki oleh para malaikat, di mana bahwa sebagian para nabi yang diutus oleh Allah dan memiliki beberapa istri, bahkan kitab-kitab Yahudi menyebutkan bahwa jumlah istri-istri nabi mereka Sulaiman misalnya, mencapai kurang lebih tujuh ratus wanita.[1]

Mukjizat

Sebagai salah satu nabi yang memiliki julukan Ulul Azmi. Para ahli tafsir mengatakan bahwa Isa menghidupkan empat orang. Pertama, al-Azir yaitu temannya, kemudian dua orang anak laki-laki dari seorang tua dan seorang anak perempuan satu-satunya dari seorang ibu. Mereka adalah tiga orang yang mati di zamannya dan Isa membangkitkan pula Sam bin Nuh atas permintaan orang Yahudi. Mukjizat Isa diantaranya adalah:

  • Lahir tanpa adanya seorang ayah
  • Dapat berbicara sewaktu masih bayi, untuk menerangkan bahwa ia seorang nabi yang diutus untuk bani Israel
  • Bisa mengetahui Taurat asli Musa, yang disembunyikan dan telah mengalamai banyak perubahan yang dilakukan oleh orang-orang cerdik dari kaum Yahudi
  • Menyembuhkan orang buta
  • Membentuk tanah seperti burung kemudian meniupkan roh, lalu tanah itu menjadi burung
  • Menyembuhkan orang yang berpenyakit sopak
  • Menghidupkan kembali orang yang telah mati
  • Menurunkan makanan dari langit karena permintaan Hawariyun
  • Diberi kemampuan melihat hal-hal yang ghaib melalui panca inderanya meskipun ia tidak menyaksikannya secara langsung
  • Diangkat dari bumi ke langit ketika penguasa Roma dan Bani Israel yang zalim berusaha menyalibnya

Lihat pula

Sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Mukjizat_Isa

DARI BLOG IOANES RAKHMAT :

Madonna Breastfeeding the Infant Jesus


Di atas adalah foto sebuah patung kecil unik asesoris diorama peristiwa-peristiwa di sekitar kelahiran Yesus yang dibeli penulis dari Atlanta, Trudie Barreras, ketika dia berkunjung ke Meksiko pada tahun 2001. Keunikan patung ini terletak pada figur Bunda Maria yang sedang bertelanjang dada meneteki bayi Yesus yang dengan tenang menyedot salah satu puting susu bundanya. Kedua payudara Bunda Maria yang dibiarkan telanjang serta kerlingan lembut dan tajam kedua matanya ke arah sang bayi memberi kesan mendalam pada setiap orang yang memandang patung ini dalam-dalam. Bukan saja sinar cinta dari kedua matanya menghubungkan sang bunda kudus dengan sang bayi buah hatinya, tetapi juga mulut mungil sang bayi terhubung langsung dengan tubuh sang ibu melalui puting susu yang sedang asyik dikenyotnya. Body-to-body touch and connection!

Pembuat patung luar biasa ini bukan sedang mengeksploitasi patung Bunda Maria secara seksual untuk mendapatkan keuntungan material dari penjualan hasil karya seninya ini. Tetapi apa yang diekspresikan melalui patung uniknya ini memberi gambaran impresionistik yang sangat kuat mengenai sifat dan kodrat keibuan sang bunda Maria yang melalui dua buah payudaranya yang padat berisi air susu ibu memberi nutrisi sehat pada sang bayi Yesus, sementara sang Bunda yang sedang menyusui bayinya ini duduk di atas pelana seekor keledai berpunggung dan berkaki kuat.

Anda bertanya, mau pergi ke mana sang Bunda Maria bersama sang bayi Yesus dengan menunggang seekor keledai jantan yang perkasa? Memang Yusuf tidak ditampilkan oleh si pengrajin patung. Tetapi jelaslah kalau si seniman bermaksud menggambarkan perjalanan keluarga kudus ini kabur ke Mesir, meninggalkan Betlehem, untuk menghindari Raja Herodes yang sedang mencari sang bayi untuk dibunuhnya, seperti dikisahkan penulis Injil Matius dalam pasal 2:13-18.

Tentu saja kisah perjalanan ke Mesir oleh keluarga kudus ini bukanlah sebuah kisah yang faktual dulu terjadi. Bagaimana mungkin di tengah lingkungan keras daerah bebatuan dan gurun serta keadaan jalan-jalan setapak yang berat keluarga kudus ini harus menempuh perjalanan sejauh antara 300 sampai 400 kilometer dengan tentu saja bukan naik sebuah Jeep, melainkan dengan menunggang seekor keledai, dengan sekaligus harus merawat dan menjaga kesehatan sang bayi Yesus terus-menerus? Jika perjalanan semacam ini dilakukan oleh perempuan mana pun yang baru melahirkan bersama bayinya yang masih merah, pada keadaan dan kondisi zaman itu di Timur Tengah, ini akan menjadi suatu mimpi buruk, a nightmare, yang akan berujung pada kematian.

Penulis Injil Matius menyusun sebuah episode fiktif pelarian ke Mesir ini karena kebutuhan teologisnya untuk menyatakan bahwa Yesus sungguh-sungguh bisa menjadi sang Mesias Israel, Anak Allah, karena Yesus sudah menapaktilaskan perjalanan bangsa Israel, anak Allah, keluar meninggalkan Mesir, rumah perbudakan, untuk masuk ke Tanah Perjanjian (Keluaran 14), setelah untuk beberapa waktu diungsikan oleh kedua orangtuanya ke Mesir. Bahwa episode ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan teologis ini nyata dari sebuah pernyataan yang ditulisnya pada ayat 15, “Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ‘Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku’” (kutipan dari Hosea 11:1), untuk memberi sebuah landasan skriptural bagi kembalinya kanak-kanak Yesus dari Mesir ke Tanah Perjanjian. Pelarian ke Mesir oleh keluarga kudus ini bisa jadi juga merupakan sebuah fiksi teologis Matius untuk menyejajarkan Yesus dengan Yusuf, anak Rahel, yang dijual seharga dua puluh syikal perak oleh saudara-saudaranya kepada para pedagang dari Midian yang kemudian membawanya ke Mesir dan di sana akhirnya Yusuf menjadi seorang besar yang sangat berkuasa, seperti dikisahkan dalam Kejadian 37:28; 39:1; dan 41:37-45. Pendek kata, episode injil tentang pelarian ke Mesir menempatkan Yesus sejajar dengan para bapak leluhur Israel bahkan mengejawantahkan dalam dirinya sendiri seluruh kolektivitas bangsa Israel sebagai anak Allah, yang dulu Allah, melalui Musa, telah merdekakan dari perbudakan di Mesir.

Babe Jesuses of Asia Were Born

Inilah pemandangan di sekitar peristiwa kelahiran Yesus menurut imajinasi seorang seniman India. Bukan bintang Betlehem tentunya, tetapi bintang Kalkuta yang dari luar menyinari bayi Yesus yang baru dilahirkan. Cahaya bintang ini sangat cemerlang sehingga mengalahkan cahaya lampu-lampu yang dinyalakan dalam ruangan. Selain seekor keledai menemani mereka bertiga, di latar belakang ada juga beberapa ekor sapi yang bagi orang India adalah hewan suci. Munculnya sapi-sapi ini menjadi ciri khas lukisan kelahiran Yesus India ini.

Bunda Maria India, yang di pergelangan kaki dan tangannya memakai gelang-gelang, sedang menimang bayi Yesus yang baru dilahirkan. Sang bayi yang di pangkuannya sudah bisa diajak bercanda dan tertawa-tawa cerah. Di latar depan bukan seekor ular sedang meliuk-liuk naik ke atas, melainkan sebatang pohon kecil. Kegelapan di latar belakang dikalahkan oleh cahaya kemuliaan ilahi yang memancar dari kepala kedua insan berbahagia ini.

Inilah keluarga kudus yang berbahagia: Maria, bayi Yesus dan Yusuf India. Bintang kecil Kalkuta tampak bersinar jauuuh di atas.

Dalam imajinasi seorang pelukis Tiongkok, ketika bayi Yesus baru dilahirkan, yang mengunjungi mereka adalah para gembala (ataukah para tetangga?) laki-laki dan gembala perempuan. Tuan Yusuf bersimpuh di sebelah kiri Bunda Maria. Yusuf tampak bak seorang pembesar dengan topi kebesarannya yang tidak dilepasnya. Selain seekor kerbau dan seekor keledai, ayam-ayam jantan pun ikut bertamu ke rumah (atau kandang?) sederhana tempat kelahiran Yesus. Pasti hingar bingar suasana di ruangan ini, yang tentunya bisa membuat bayi Yesus ketakutan. Silent night mustinya tidak dirasakan bayi yang kebisingan ini.

Menurut imajinasi seorang pelukis Indonesia (yang namanya tidak diketahui), ketika Yesus dilahirkan yang datang berkunjung adalah para tetangga lengkap dengan membawa anak-anak mereka. Di ruangan tempat bayi Yesus dilahirkan, ada sebuah bale-bale; tetapi kasihannya sang bayi diletakkan di lantai tanah ruangan di atas secarik karung bekas atau sehelai kain tebal. Sukar untuk menemukan mana Bunda Maria dan mana Yusuf, apakah pasangan yang di sebelah kanan ataukah pasangan yang di sebelah kiri. Sebagai ganti cahaya benderang bintang di langit, yang menerangi ruangan adalah dua lampu tempel besar dan sebuah lampu tempel kecil. Lampu yang satunya lagi, yang letaknya terdepan, tidak bernyala, mungkin karena sudah kehabisan minyak tanahnya. Tidak ada hewan apapun dalam ruangan. Tidak ada tiga raja yang datang. Tidak ada persembahan mas, mur dan kemenyan. Bayi Yesus betul-betul dilahirkan dalam kemiskinan, lahir dalam kondisi kerempeng. Maklum, yang dilahirkan ini adalah bayi Yesus Indonesia di suatu kampung miskin yang tidak tersentuh pembangunan yang banyak dikorupsi oleh para pembesar.

Yesus Yahudi Dengan Mata Gelap


Di atas adalah gambar seorang Yesus Yahudi. Kita tahu dia adalah Yesus karena di atas kepalanya melingkar sebuah anyaman mahkota duri tajam. Gambar seluruh wajah, rambut dan kepalanya didominasi warna hitam. Rambut hitamnya menjulur ke bawah acak-acakan, menyatu dengan kumis, cambang dan berewoknya.

Yesus Yahudi ini ditampilkan dengan sangat kelam. Apakah karena dia dipandang sebagai seorang mesias Yahudi yang gagal, ditangkap dan disalibkan sebelum dia menggolkan perjuangannya? Apakah karena dia dijadikan simbol kedukaan dunia berhubung sistem hukum Romawi zamannya bukan membelanya tetapi malah menjatuhkan vonis mati kepadanya padahal dia tidak memiliki kekuatan militer apapun yang bisa membahayakan otoritas Roma di tanah Israel? Ataukah si pelukisnya memang memandang sang lelaki kelam ini adalah sebuah batu sandungan yang memalukan dan membuat gelap sejarah bangsa Yahudi karena dia mati dengan cara memalukan dan penuh aib, disalibkan, padahal dia sendiri melihat dirinya sebagai sang mesias Yahudi, raja Israel?

Apapun juga pertanyaan Anda, simpanlah dulu, karena itu bukan yang terpenting yang mau ditampilkan oleh lukisan ini. Yang terpenting adalah ini: Arahkanlah sepasang mata Anda yang terbuka lebar tegak lurus ke kedua kelopak matanya yang tampak terkatup, dan pandanglah lama-lama kedua kelopak matanya ini! Maka .... apa yang Anda lihat? Tiba-tiba saja kedua kelopak matanya yang terkatup ke bawah ini terbuka lebar-lebar, membelalak kepada Anda dengan tajam, seolah dia hendak menyampaikan sebuah pesan kepada Anda. Pesan apa yang Anda tangkap, ceritakanlah!

The Muslim Jesus

Dalam pandangan Islam, Yesus adalah seorang Muslim sejati yang dipilih Allah untuk memanggil orang untuk menerima Islam sebagai “jalan lurus” dan memasrahkan diri kepada kehendak Allah. Kalau saya “memasrahkan diri kepada kehendak Allah”, maka saya juga seorang Muslim, tanpa perlu mengikrarkan syahadat Islam terlebih dulu. Gampang, kan? Tetapi kalangan Muslim sendiri seringkali sangat mempersulit orang untuk menjadi Muslim, dengan mengajukan berbagai aturan keagamaan berbelit-belit dan terinci yang harus ditaati, bahkan sampai ada yang perlu menjadi seorang teroris suicide bomber untuk menjadi seorang Muslim sejati.

Inilah gambar wajah Yesus sebagai seorang Muslim: berjenggot, berkumis, bercambang lebat, berkulit sawo matang, memakai sorban hitam. Seorang Kristen ortodoks akan menyatakan, Aah, orang ini sama sekali tidak mirip dengan Yesus saya!

Yesus Muslim memakai jubah putih melambangkan kesuciannya,
tetapi gambar ini juga bisa ditafsir sebagai seorang Yesus muslim yang sedang menunaikan ibadah haji


Kalaupun Yesus memiliki kelebihan, dia dipandang paling jauh hanya sebagai seorang nabī atau seorang rasūl. Jangan sekali-kali memaksa kaum Muslim untuk mengakui bahwa Yesus adalah inkarnasi Allah atau Anak Allah yang memiliki ke-praada-an!

Yesus Muslim berjubah putih sampai menutupi kepalanya, kedua belah tangannya terangkat dalam sikap sembahyang, di belakang kepalanya melingkar cahaya kemuliaan dan sebuah salib

Selain itu, ada beberapa gelar lain yang diberikan kepada Yesus dalam tradisi Islam, yakni Yesus sebagai mubārak (= “orang yang diberkati” atau “sumber kebaikan bagi orang lain”), wadjih (“orang yang patut dikagumi di dunia maupun di akhirat”), ‘ abd-Allāh (=hamba Allah), al-Masīḥ (=sang Mesias), kalimatullah (=firman Allah) dan lain-lain.

Ini sebuah sketsa Yesus berwajah Arab, mengenakan sorban bermotif mirip sorban yang dulu biasa dipakai Yasser Arafat; tampaknya sketsa ini belum rampung

Nah, saya akhirnya tergelitik bertanya, Siapa yang lebih tampan, Nabi Muhammad ataukah Yesus Muslim dalam gambar-gambar di atas? Barangkali ada yang mau menyumbang gambar wajah sang Nabi kepada saya?

The Original Dark-Skinned Jesus




Apakah Yesus Tidak Mati Disalibkan?

Bagi umat Islam, soteriologi salib bermasalah dalam banyak segi. Yang merupakan masalah terberat, bagi mereka, adalah Yesus, dalam pandangan mereka, tidak disalibkan. Bagi mereka, pada waktu penyaliban dulu bukan Yesus dari Nazaret yang disalibkan, tetapi seorang lain telah diserupakanatau dipalsukan untuk menggantikan atau menyubstitusi Yesus. Pandangan ini disebut teori substitusi. Jadi, bagi mereka, kalau Yesus sendiri tidak disalibkan, bagaimana soteriologi salib bisa dibangun.

Untuk menunjukkan bahwa mereka benar, umat Islam menunjuk pada Surat an-Nisa 4:156-157 dari Alquran. Teks Alquran ini mengkritik orang Yahudi, sebab mereka
berkata, Kami telah membunuh Isa Al Masih, putera Maryam, rasul Allah, sedangkan mereka sebenarnya tidak membunuh atau menyalibkannya; tetapi dia diserupakan [atau: digantikan orang lain yang serupa dengannya] di hadapan mata mereka .... Dan sudah pasti mereka tidak membunuhnya. Seorang lain yang telah disalibkan menggantikan Yesus itu, dalam pandangan para penafsir Islam, bisa seorang murid Yesus, atau Sergius yang sudah dikenal, atau seorang lain, yakni Yudas, yang parasnya telah diubah sehingga serupa dengan paras Yesus. Selain karena alasan skriptural, umat Islam tidak bisa menerima penyaliban Yesus juga karena mereka memandang seorang nabi atau hamba Allah yang benar tidak mungkin mati dibunuh dengan kejam. Tetapi alasan moral ini, to the point saja, tidak bisa diterima, karena faktanya banyak nabi atau hamba Allah dalam berbagai agama juga mati karena dibunuh. Yohanes Pembaptis, misalnya, seorang nabi Yahudi yang suci dan benar dan mungkin juga menjadi mentor Yesus, mati dengan kepalanya dipenggal oleh Raja Herodes Antipas (Markus 6:14-29).

Nah, dalam tulisan ini, tulisan kesembilan dari rangkaian tulisan tentang masalah-masalah dalam soteriologi salib, akan diperlihatkan tentunya bukan bahwa soteriologi salib benar atau valid (pembaca tahu, saya, berdasarkan sejumlah argumen lain, sudah tegas menolak validitas soteriologi ini!), melainkan bahwa umat Islam salah kalau mereka memandang Yesus tidak mati disalibkan, sebab ada sekian dokumen kuno independen, yang satu tidak bergantung pada yang lainnya, namun satu suara menyatakan bahwa Yesus mati disalibkan. Akan juga diperlihatkan, bahwa mendahului Alquran (yang ditulis pada abad ketujuh) sudah ada beberapa teks keagamaan Kristen gnostik dari abad-abad kedua dan ketiga yang memuat pandangan yang sejalan dengan pandangan Alquran. Semua teks ini tidak melaporkan sejarah, tetapi mengetengahkan pandangan teologis Kristen gnostik.

Kalaupun ada yang dapat diragukan kesejarahannya di sekitar kematian Yesus, yang patut diragukan ini bukanlah penyaliban Yesus, tetapi jalan sengsara (
via dolorosa) Yesus, mulai dari gedung pengadilan sampai di bukit Golgota. Apakah mungkin Yesus, sambil tertatih-tatih kepayahan memikul salibnya sendirian, bisa digiring dan disiksa di sepanjang perjalanannya, sementara ada sangat banyak orang Yahudi dari seluruh wilayah Palestina maupun dari banyak negeri lain di luar tanah Israel berkumpul di Yerusalem pada masa perayaan Paskah tahunan? Kalau kita bisa mempercayai sejarawan Yahudi, Flavius Yosefus, bisa ada sampai 3 juta orang terhimpun di Yerusalem pada perayaan Paskah (Jewish War, 6.420-427; 2.280). Menurut sejumlah pakar, angka yang diajukan Yosefus ini terlalu fantastis; sebagai gantinya, mereka mengajukan angka yang lebih bisa dipercaya, yakni sekitar 300 ribu sampai 400 ribu orang. Dengan ratusan ribu orang Yahudi terhimpun di Yerusalem, dan dari antara mereka adalah orang-orang yang menjadi pengikut fanatis Yesus, baik yang berasal dari Galilea maupun dari Yudea, apakah tindakan pasukan Romawi menggiring dan menyiksa Yesus, yang sebelumnya sudah diklaim orang banyak sebagai sang Mesias Yahudi yang akan menegakkan kembali kerajaan Daud, tidak malah menyulut kerusuhan dan gerakan perlawanan bangsa Yahudi terhadap cengkeraman kolonial Roma? Harus kita ingat, perayaan Paskah Yahudi diadakan untuk memperingati kemerdekaan nenek moyang mereka dari penjajahan dan perbudakan di Mesir dulu. Perayaan ini jelas selalu membangkitkan nasionalisme dan patriotisme mereka, suatu perayaan yang berbahaya bagi keamanan, ketertiban dan stabilitas masyarakat yang harus dijaga dan dipertahankan Roma. Flavius Yosefus melaporkan sedikitnya sudah pernah terjadi dua kerusuhan massal yang besar pada masa perayaan Paskah Yahudi, yakni pada tahun 4 SM (Jewish War 2.10-13; Jewish Antiquities 17.204) dan pada masa Ventidius Cumanus memerintah wilayah Palestina (48-52 M) (Jewish War 2.224; Jewish Antiquities 20.106-112). Apakah Yesus digiring dan disiksa dengan pengawalan ekstra ketat oleh tentara Roma dalam jumlah yang sangat besar, demi mengimbangi kekuatan orang Yahudi yang sedang berhimpun di Yerusalem, yang sewaktu-waktu bisa merusak keamanan dan ketertiban kota Yerusalem? Ataukah Yesus dilarikan dengan cepat oleh pasukan berkuda Romawi ke bukit Kalvari? Ataukah kita harus beranggapan bahwa, karena kelihaian Pilatus dalam mengendalikan masa, orang banyak yang mengenal Yesus tiba-tiba saja berbalik pro-Roma dan melawan Yesus ketika dia sedang diadili, lalu dijatuhi hukuman mati, kemudian diseret dan didorong-dorong paksa sementara dia terus memikul kayu salibnya? Sekarang saya biarkan pertanyaan-pertanyaan ini tetap terbuka.

Berikut ini fokus kita alihkan ke soal apakah penyaliban Yesus tidak pernah ada dalam sejarah, seperti diyakini umat Islam.

Dalam pandangan saya, penyaliban Yesus adalah suatu peristiwa sejarah yang tidak dapat disangkal, karena, sudah dikatakan di atas, ada beragam bukti literer (dokumen) kuno yang independen yang memberitakan peristiwa ini. Dalam hal ini, suatu
kriterion autentisitas penting dalam mengevaluasi Yesus diterapkan: bahwa bahan-bahan bukti literer autentik (authentic literary evidence) tentang Yesus harus ditemukan di lebih dari satu sumber, dan sumber-sumber yang multiple ini harus independen, yang satu tidak bergantung pada yang lainnya; ini adalah kriterion yang diberi nama criterion of multiple independent attestation (yang juga dipakai dalam kasus-kasus pembuktian fakta-fakta di dalam suatu pengadilan negara atas perkara-perkara pidana dan perdata).

Bukti literer pertama (tertua) adalah dokumen-dokumen Kristen Perjanjian Baru yang seluruhnya dengan satu suara memberitakan penyaliban Yesus. Jika penyaliban Yesus hanya diberitakan oleh penulis-penulis Kristen, kita bisa menyatakan bahwa peristiwa penyaliban Yesus itu bisa saja ciptaan para penulis Kristen sendiri untuk menunjang suatu teologi Kristen tentang penebusan melalui salib Yesus. Tetapi, masalahnya adalah: Apa perlunya para penulis Kristen perdana merekayasa tulisan-tulisan yang menyaksikan penyaliban Yesus, sementara penyaliban Yesus itu sendiri merupakan suatu peristiwa yang memalukan kekristenan perdana, memalukan karena sang pemimpin mereka dihukum mati dengan cara yang (dalam pandangan Yahudi) sangat aib dan terkutuk, yakni dihukum dengan penyaliban sebagai seorang kriminal menurut hukum Romawi. Jadi, penyaliban Yesus sebagai suatu peristiwa sejarah memenuhi suatu kriterion autentisitas lainnya:
criterion of embarrassment: jika suatu peristiwa dalam kehidupan Yesus memalukan atau menjatuhkan pamor kekristenan perdana, maka pengisahan atau pelaporan peristiwa ini pastilah bukan dibuat-buat, melainkan pelaporan suatu peristiwa sejarah yang tidak bisa ditutup-tutupi. Jadi, tidak ada alasan lain, selain alasan sejarah, kalau para penulis Kristen perdana sampai melaporkan penyaliban Yesus.

Selain itu, hukuman penyaliban adalah sesuatu yang sudah umum dan sering dilakukan oleh para penguasa asing terhadap para revolusioner Yahudi, dengan tatacara yang sudah dibakukan. Penangkapan Yesus juga sudah diatur dengan sangat profesional, sehingga mustahil terjadi salah tangkap. Jadi, masuk akal, jika Yesus dari Nazaret akhirnya dihukum mati melalui penyaliban mengingat dia memang telah menimbulkan gangguan baik terhadap otoritas Yahudi mau pun terhadap otoritas Roma. Dia dihukum mati karena suatu tuduhan bahwa dia mengklaim takhta Daud dan dengan demikian menjadikan dirinya raja Yahudi di suatu kawasan yang dijajah Roma. Tuduhan ini dituliskan pada
titulus yang dipancang pada balok/kayu salibnya.

Bukti-bukti literer lainnya berasal dari dokumen-dokumen non-Kristen, yakni dokumen-dokumen Yahudi dan non-Yahudi, serta dokumen-dokumen Romawi. Karena para penulis dokumen-dokumen ini adalah orang-orang non-Kristen, maka tidak ada kepentingan atau alasan apa pun dalam diri mereka, selain alasan melaporkan suatu peristiwa sejarah, ketika mereka memberitakan Yesus telah mati disalibkan.

Dokumen Yahudi yang pertama adalah tulisan seorang sejarawan Yahudi yang bernama Flavius Yosefus (atau Yosef ben Matthias), yang hidup 37/38-setelah tahun 100. Di dalam suatu karya besarnya,
Antiquitates Judaicae (Jewish Antiquities), pada bagian 18.63-64 (bagian ini, biasa disebut sebagaiTestimonium Flavianum = kesaksian atau testimoni Flavius Yosefus tentang Yesus; lebih jauh tentang testimoni ini, klik di sini) kita baca kesaksian berikut (kata-kata yang ditempatkan dalam tanda kurung adalah tambahan belakangan dari seorang editor Kristen):
Kira-kira pada waktu ini, hiduplah Yesus, seorang yang bijaksana, (jika memang orang harus menyebutnya seorang manusia). Sebab dia adalah seorang yang telah melakukan tindakan-tindakan luar biasa, dan seorang guru bagi orang-orang yang telah dengan senang menerima kebenaran darinya. Ia telah memenangkan banyak orang Yahudi dan banyak orang Yunani. (Ia adalah sang Messias). Setelah mendengar dia dituduh oleh orang orang-orang terkemuka dari antara kita, maka Pilatus menjatuhkan hukuman penyaliban atas dirinya. Tetapi orang-orang yang mula-mula telah mengasihinya itu tidak melepaskan kasih mereka kepadanya. (Pada hari ketiga dia menampakkan diri kepada mereka dan membuktikan dirinya hidup. Nabi-nabi Allah telah menubuatkan hal ini dan hal-hal ajaib lainnya tentang dirinya yang tidak terhitung banyaknya). Dan bangsa Kristen ini, disebut demikian dengan mengikuti namanya, sampai pada hari ini tidak lenyap.
Berbeda dari Flavius Yosefus yang memberi catatan simpatik tentang Yesus, sumber-sumber rabinik Yahudi (yang ditulis dalam periode Tannaitik, sampai dengan tahun 220) tentang Yesus berisi catatan-catatan penolakan sebagai reaksi Yahudi terhadap provokasi-provokasi yang dibuat orang-orang Kristen perdana terhadap Yudaisme. Sejumlah pakar menilai ada tradisi-tradisi tua dan dapat dipercaya sebagai sumber sejarah tentang Yesus dalam Talmud Babilonia, di antaranya bSanhedrin 43a, yang bunyinya demikian: Pada Sabat perayaan Paskah, Yeshu orang Nazareth digantung. Sebab selama empat puluh hari sebelum eksekusi dijalankan, muncul seorang pemberita yang mengatakan: Inilah Yesus orang Nazareth, yang akan dirajam dengan batu sebab dia telah mempraktikkan sihir dan mejik [bdk. Markus 3:22] dan memengaruhi orang Israel untuk murtad. Barangsiapa yang dapat mengatakan sesuatu untuk membelanya, hendaklah tampil dan membelanya. Tetapi karena tidak ada sesuatu pun yang tampil untuk membelanya, dia pun digantung pada sore Paskah [ini sejalan dengan kronologi dalam Injil Yohanes]....

Seorang filsuf stoik kebangsaan Syria, yang berasal dari Samosata, bernama Mara bar Sarapion, menulis surat kepada anaknya, Sarapion, dari tempatnya di sebuah penjara Roma, mungkin segera setelah tahun 73. Di dalamnya dia menegaskan bahwa satu-satunya yang paling berharga untuk dimiliki dan diperjuangkan adalah kebijaksanaan, dan bahwa kendati pun orang bijak itu dapat dianiaya, kebijaksanaan itu tetap kekal. Sebagai model orang-orang bijak, dia mengutip Sokrates dan Phytagoras, dan juga Yesus meskipun nama Yesus tidak disebutnya:
Perbuatan baik apa yang dilakukan orang-orang Atena ketika mereka membunuh Sokrates, yang mengakibatkan mereka dihukum dengan bahaya kelaparan dan penyakit menular? Manfaat apa yang diperoleh orang-orang Samian ketika mereka membakar Phytagoras, karena kemudian negeri mereka seluruhnya dikubur pasir dalam sekejap saja? Atau apa keuntungannya ketika orang-orang Yahudi membunuh raja mereka yang arif, karena kerajaan mereka setelah itu direnggut dari mereka [mengacu ke Perang Yahudi I tahun 66-73/74]? Allah telah dengan adil membalas perbuatan-perbuatan jahat yang telah dilakukan kepada tiga orang bijaksana ini. Orang-orang Atena mati kelaparan; bangsa Samian dilanda banjir dari laut; orang-orang Yahudi dibunuh dan diusir dari kerajaan mereka, lalu tinggal di tempat-tempat lain dalam perserakan. Sokrates itu tidak mati; tetapi tetap hidup melalui Plato; begitu juga Phytagoras, karena patung Hera. Demikian juga raja yang bijak itu tidak mati, karena setelah dia tidak ada muncul hukum baru yang dia telah berikan.

Seorang satiris yang bernama Lucian dari Samosata (sekitar tahun 115-200), dalam tulisannya
The Passing of Peregrinus mengisahkan tentang orang-orang Kristen yang sangat terpikat pada Peregrinus sehingga mereka menyembahnya sebagai suatu allah; selanjutnya Lucian menulis: ... sesungguhnya, selain dia, juga orang yang disalibkan di Palestina karena memperkenalkan kultus baru ini ke dalam dunia, kini masih mereka sembah.Lucian juga menggambarkan orang-orang Kristen sebagai orang-orang yang menyembah sofis yang disalibkan itu sendiri dan hidup di bawah hukum-hukumnya.

Cornelius Tacitus (55/56-sekitar 120) adalah seorang senator dan sejarawan Roma yang termasyur karena dua karya sejarahnya,
Histories (sekitar 105-110) dan Annals (sekitar 116/117). Seperti dilaporkan Tacitus dalam Annals 15.38-44, untuk membelokkan kecurigaan dan dakwaan terhadap dirinya sendiri atas terbakarnya kota Roma selama sembilan hari dalam tahun 64, Kaisar Nero (54-68) menjadikan orang-orang Kristen di sana sebagai kambing hitam. Dalam konteks inilah Tacitus menyebut nama Kristussebagai pendiri gerakan Kristen yang dihukum mati: Karena itu, untuk menepis kabar angin itu, Nero menciptakan kambing hitam dan menganiaya orang-orang yang disebut orang-orang Kristen [Chrestianos], yaitu sekelompok orang yang dibenci karena tindakan-tindakan kriminal mereka yang memuakkan. Kristus, dari mana nama itu berasal, telah dihukum mati (supplicio adfectus) dalam masa pemerintahan Tiberius [14-37] di tangan salah seorang prokurator kita, Pontius Pilatus [26-36], dan takhayul yang paling merusak itu karenanya untuk sementara dapat dikendalikan, tetapi kembali pecah bukan saja di Yudea, sumber pertama dari kejahatan ini, tetapi juga di Roma, di mana segala sesuatu yang buruk, menjengkelkan dan yang menimbukkan kebencian dari segala tempat di dunia ini bertemu dan menjadi populer. (Annals 15.44).

Nah, beragam sumber independen yang telah dikutip di atas (sumber Kristen, dan sumber Yahudi maupun non-Yahudi) dengan bulat menyatakan bahwa Yesus dari Nazaret telah mati disalibkan oleh otoritas Roma, dengan juga melibatkan otoritas Yahudi. Tidak ada alasan lain yang masuk akal, selain alasan sejarah, kalau para penulis dokumen-dokumen di atas itu, secara independen, sampai melaporkan peristiwa penyaliban Yesus.

Tetapi ada satu pertanyaan penting yang masih harus dijawab: Dari mana datangnya tradisi yang melaporkan bahwa Yesus dari Nazaret tidak mati disalibkan, atau bahwa bukan Yesus, tetapi orang lain yang diserupakan dengannya, yang mati disalibkan? Dokumen tertua yang memuat tradisi semacam ini, sudah dikatakan di atas, bukan Alquran, melainkan beberapa dokumen kuno lain, yang jauh lebih tua dari Alquran.

Mendahului Alquran, gagasan tentang ada dua orang yang terlibat dalam penyaliban, dengan yang satu menggantikan atau menyubstitusi yang lain, dijumpai dalam dua dokumen Kristen gnostik dari abad kedua dan abad ketiga.

Sebuah dokumen Nag Hammadi yang berjudul
Apokalipsis Petrus (NHC VII,3; dari abad ketiga), menyatakan bahwa Rasul Petrus melihat ada dua sosok yang terlibat dalam penyaliban: sosok yang satu sedang dipaku oleh para algojo pada tangan dan kakinya, sedangkan yang satunya lagi sedang berada di atas sebuah pohon, bergembira sambil menertawakan apa yang sedang berlangsung. Selanjutnya ditulis, Sang Penyelamat berkata kepadaku, Dia yang engkau lihat ada di atas sebuah pohon, bergembira dan tertawa, adalah Yesus yang hidup. Tetapi yang satunya lagi, yang kaki dan tangannya dipantek paku adalah bagian ragawi dari dirinya. Sosok yang ragawi ini, sosok yang lahir dengan memakai parasnya, sedang dipermalukan menggantikannya (81.7-25).

Dalam sebuah dokumen Nag Hammadi lainnya, yang berjudul
Traktat Kedua Seth Agung (NHC VII,2; dari abad kedua), Yesus menyatakan bagaimana dia bisa ada di dalam dunia: Aku mengunjungi suatu tempat kediaman ragawi. Aku menyingkirkan penghuni pertama yang ada di dalamnya, lalu aku masuk.... Dan Akulah yang sekarang berada di dalamnya, dan aku tidak sama dengan penghuni pertama yang ada di dalamnya. Sebab penghuni pertamanya adalah seorang manusia bumi, sedangkan Aku, Aku datang dari atas, dari surga (51.20-52.3). Dengan demikian, bagi kalangan gnostik aliran Basilides yang menyusun traktat ini, ada dua Yesus, yakni Yesus yang ragawi, yang jasmaniah, dan Yesus surgawi atau Yesus rohani. Bahkan dalam dokumen ini dikatakan bahwa Yesus terus-menerus mengubah rupanya, berubah dari satu rupa ke rupa lainnya (56.20-24). Keadaan jati diri ganda Yesus yang semacam ini menimbulkan kebingungan pada diri orang yang berada di luar komunitas gnostik ini khususnya ketika mereka mau memahami kesengsaraan dan penyaliban Yesus.

Pada bagian 56.5-20 dari
Traktat Kedua Seth Agung, Yesus berkata, Mereka melihat aku; mereka menghukum aku. Namun orang lainlah, yakni bapak mereka, yang meminum anggur yang dicampur empedu; bukanlah aku... melainkan seorang lain, Simon, yang memikul salib di pundaknya. Orang lainlah yang mengenakan mahkota duri. Sedangkan aku berada di tempat yang maha tinggi, dan menertawakan semua hal berlebihan yang telah dilakukan para penguasa dan buah kekeliruan dan tipu daya mereka. Aku menertawakan kebodohan mereka. Ketika seorang pemimpin gereja dari abad kedua yang bernama Irenaeus menulis (Adv. haer. 1.24.4) tentang seorang pemimpin Kristen gnostik yang bernama Basilides, dia menyatakan bahwa Basilides memandang bukan Yesus yang disengsarakan, melainkan seorang yang bernama Simon dari Kirene dipaksa untuk memikul salib Yesus menggantikannya... dan karena ketidaktahuan dan kesalahan, yang disalibkan bukan Yesus tetapi Simon ini. Jelas, Irenaeus di sini sedang mengacu secara tidak langsung pada dokumen Traktat Kedua Seth Agung. Jika tradisi tentang penyaliban Simon dari Kirene ini sudah beredar pada abad pertama, bisa jadi inilah alasannya mengapa penulis Injil Yohanes meniadakan Simon dari Kirene dalam tuturan injilnya dan Yesus digambarkan memikul salibnya sendiri (Yohanes 19:17), berbeda dari tuturan dalam injil-injil sinoptik bahwa Simonlah yang menggantikan Yesus memikul salibnya (Markus 15:21 dan par.).

Pertanyaan terakhir yang muncul adalah dari mana asal tradisi yang menyatakan bahwa Yesus memiliki
kembaran, yang parasnya serupa dengan paras Yesus, sehingga terjadi kekeliruan dalam penyaliban Yesus: bukan Yesus yang disalibkan tetapi orang lain kembarannya itu.

Tradisi tentang
kembaran Yesus ini muncul dari orang Kristen Syria, khususnya dari wilayah Edessa. Mereka keliru menyamakan Rasul Tomas, yang disebut tiga kali dalam Injil Yohanes sebagai Kembaran (Didimus) (Yohanes 11:16; 20:24; 21:2), dengan Yudas yang dalam Markus 6:3 dan Matius 13:55 disebut sebagai salah seorang dari empat saudara pria Yesus. Dari sinilah tercipta sosok Yudas Tomas, kembaran Yesus, sebuah potret yang populer di kalangan gnostik; lihat Kitab Tomas Si Petarung (NHC II,7; 138.2,4); Injil Tomas (NHC II,2; 32.11) dan Kisah Tomas 1. Potret ini jelas salah; sebab faktual historisnya Yesus tidak memiliki saudara kembar. Bunda Maria tidak pernah mengandung anak kembar; ketika dia melahirkan bayi Yesus, hanya satu bayi yang keluar dari rahimnya.

Gagasan kekristenan Tomas ini bahwa Yesus memiliki seorang kembaran adalah salah satu faktor penyebab munculnya kepercayaan bahwa seorang lain yang separas dengan Yesus telah disalibkan menggantikan dirinya. Dalam lingkungan Kristen gnostik, gagasan tentang kembaran Yesus ini melahirkan sebuah pemikiran teologis bahwa yang disalibkan itu adalah Yesus yang ragawi atau Yesus bumi, sedangkan Yesus yang sesungguhnya (Yesus yang sepenuhnya rohani, atau Yesus surgawi), junjungan kaum Kristen gnostik, tidak bisa disalibkan. Kepercayaan ini muncul karena bagi kalangan gnostik, Yesus yang sejati adalah Yesus yang rohani, Yesus surgawi, sehingga dia tidak bisa disalibkan. Tetapi, karena penyaliban sudah faktual terjadi, orang Kristen gnostik harus menyimpulkan bahwa yang telah disalibkan itu pastilah orang lain, orang yang parasnya serupa dengan paras Yesus, bukan Yesus junjungan mereka, Yesus surgawi.

Jadi, gagasan bahwa yang mati disalibkan bukan Yesus, tetapi kembarannya, adalah gagasan teologis yang dibuat untuk, pada satu pihak, menerima fakta penyaliban Yesus, sementara pada pihak lain untuk mempertahankan ketidakmungkinan Yesus gnostik, Yesus surgawi, mati disalibkan. Karena orang gnostik memandang rendah pada daging/raga (mentalitas sarkofobik), maka Yesus yang mereka sembah bukanlah Yesus ragawi, tetapi Yesus surgawi, Yesus rohani, yang tidak bisa disalibkan dan tidak bisa mati.

Kesimpulannya sudah jelas: pandangan Alquran bahwa bukan Yesus yang mati disalibkan, tetapi orang lain yang
serupa (atau diserupakan) dengan dirinya, adalah kelanjutan dari tradisi Kristen gnostik abad kedua dan abad ketiga yang memegang pandangan yang sama, yang masuk ke dalam Alquran pada waktu Kitab Suci ini ditulis dan disusun oleh Nabi Muhammad (abad ketujuh). Pandangan Kristen gnostik ini bukan mau menyatakan bahwa secara historis Yesus dari Nazaret tidak mati disalibkan; tetapi justru karena Yesus benar-benar mati disalibkan, mereka perlu mencari seorang korban pengganti demi menyelamatkan dan mempertahankan keyakinan mereka bahwa Yesus yang mereka sembah adalah Yesus surgawi, Yesus rohani, yang tidak bisa mati disalibkan. Jika umat Islam mengubah sebuah pandangan teologis menjadi sebuah laporan sejarah, tentu saja pengubahan semacam ini adalah suatu kesalahan. Dengan demikian, harus ditegaskan kembali bahwa Yesus dari Nazaret sungguh-sungguh telah mati melalui penyaliban. Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa soteriologi salib valid, sebab berdasarkan sejumlah argumen lainnya telah diperlihatkan bahwa soteriologi ini tidak valid.
Sumber : http://ioanesrakhmat2009.blogspot.com/search/label/Alquran

Seluk-beluk Studi Yesus Sejarah



Jesus said to the disciples, “O, disciples, do not cast pearls before swine, for the swine can do nothing with them. Do not impart wisdom to one who does not desire it, for wisdom is more precious than pearls and whoever rejects wisdom is worse than a swine.” (a hadith from Ahmad ibn Hanbal, al-Zuhd, p. 144, no. 477)

Penulis: Ioanes Rakhmat

Sabda Yesus, “Cari dan temukanlah diriku di antara sedimen bebatuan tua dan sedimen teks-teks kuno.


Pendahuluan

Kekristenan selama ini telah terlanjur menekankan bahwa Yesus itu Allah 100 persen; padahal pada sisi lainnya Kitab Suci Kristen dan ajaran Kristen Ortodoks juga dengan sangat kuat menegaskan bahwa Yesus itu seorang manusia juga. Pada satu pihak, di dalam Injil Yohanes 1:1 memang ditegaskan bahwa Yesus itu adalah sang Firman (ho logos) yang adikodrati, yang telah ada “pada mulanya” dan telah ada “bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah” ; tetapi, pada pihak lain, di dalam Yohanes 1:14 dinyatakan juga bahwa “sang Firman itu telah menjadi daging (maksudnya: menjadi manusia) dan diam di antara kita”. Harus dicatat, kekristenan Ortodoks tidak pernah hanya menegaskan bahwa Yesus itu Allah, melainkan merumuskan bahwa Yesus itu “Allah sepenuhnya dan manusia sepenuhnya.” Dalam Perjanjian Baru ditegaskan bahwa sang Firman yang telah ada “pada mulanya” itu telah tampil dalam tubuh, masuk ke dalam sejarah dunia ini, sehingga ia dapat “dilihat dan disaksikan dengan mata” dan dapat “didengar” dan dapat “diraba dengan tangan” (1 Yohanes 1:1-4). Jika orang menolak realitas kedagingan Yesus dalam sejarah dunia ini, orang itu dikategorikan sebagai “anti-Kristus” dan “penyesat” (1 Yohanes 4:2-3; 2 Yohanes 7). Selain itu, kemanusiaan dan kebersejarahan Yesus juga dikokohkan oleh dipakainya bentuk sastra berupa Injil-injil Kristen intrakanonik (Markus, Matius, Lukas dan Yohanes) sebagai narasi-narasi teologis biografis historis tentang Yesus yang hidup dalam dunia ini, tentang ajaran-ajaran, karya-karyanya dalam dunia nyata ini semasa ia hidup dan tentang peristiwa-peristiwa penting yang bermuara pada kematiannya. Narasi-narasi biografis historis tentang Yesus yang menjadi bagian dari kanon Kitab Suci Kristen ini memang telah diabaikan begitu saja oleh kalangan-kalangan dalam kekristenan yang hanya mau melihat dan memercayai Yesus sebagai Allah, dan melupakan kemanusiaannya yang sebenarnya (kalangan yang pada masa kekristenan perdana disebut sebagai kalangan Kristen doketis).

Jadi, kekristenan sendiri sebenarnya mengakui bahwa Yesus itu seorang manusia juga. Pengakuan ini membuka jalan bagi kekristenan untuk meneliti atau melakukan pengkajian terhadap Yesus sebagai seorang figur insani yang hidup dalam sejarah manusia. Kalau Yesus adalah Allah yang ada di sorga, yang tidak bersentuhan dengan realitas sejarah dunia manusia, ilmu manusia apa pun tidak akan bisa menjangkaunya. Yesus hanya bisa diteliti kalau ia seorang manusia yang hidup dalam sejarah dunia ini; bahwa Yesus itu seorang manusia, tidaklah ditolak oleh kekristenan. Jadi, penelitian atas Yesus sebagai manusia dalam sejarah juga adalah tugas kekristenan sendiri. Melakukan studi terhadap Yesus sebagai seorang manusia dengan demikian sejalan juga dengan kepercayaan gereja. Sebetulnya, bukan itu saja. Pengkajian ilmiah terhadap manusia Yesus akan mambawa kekristenan pada pengenalan lebih mendalam dan meluas terhadap Yesus, seorang pemuda Yahudi dari Nazaret yang meyakini dirinya menerima tugas pengutusan dari Tuhan Allah sendiri.

Istilah teknis: Yesus sejarah
Dalam Injil-injil intrakanonik Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes (yang ditulis dalam rentang waktu tahun 70 sampai akhir abad pertama) terkandung teologi masing-masing penulis kitab Injil atau teologi yang berasal dari tradisi-tradisi pra-Injil (pra-Markus), dan elemen-elemen sejarah yang dapat diasalkan/dikaitkan pada (attributable to) Yesus dari Nazareth. Studi Yesus sejarah, dengan demikian, berusaha untuk memanfaatkan seefektif mungkin dan seilmiah mungkin bahan-bahan sejarah yang tersedia tentang Yesus untuk menghasilkan gambar-gambar atau potret-potret alternatif tentang Yesus, selain yang telah diberikan oleh para penulis kitab Injil atau penulis-penulis lainnya dalam Perjanjian Baru. Dengan demikian, frasa “Yesus sejarah” adalah suatu istilah teknis yang mengacu pada Yesus dari Nazareth yang berhasil direkonstruksi dari bahan-bahan sastra dan sumber-sumber material yang tersedia, dengan memakai metode penelitian ilmiah interdisipliner yang dapat diandalkan.

Dalam metode merekonstruksi Yesus sejarah ini tercakup unsur-unsur berikut: penentuan awal bahan-bahan tulisan apa saja yang dapat digunakan; kriteria (atau tolok-tolok ukur) untuk menentukan keaslian atau autentisitas bahan-bahan tulisan tentang Yesus (the Jesus material); pemakaian disiplin-disiplin ilmu yang saling mengisi (antara lain: kritik teks, sejarah, antropologi dan arkeologi) untuk menghasilkan suatu potret tentang Yesus yang tajam fokusnya; penentuan epistemologi yang digunakan, yakni, penentuan apakah suatu gambar sejarah itu bisa betul-betul objektif seratus persen (epistemologi positivis atau objektivis atau historisis), atau malah subjektif seratus persen (epistemologi subjektivis atau fenomenalis atau narcissis atau solipsisme historis), atau merupakan hasil interaksi berimbang antara objektivitas faktual dan subjektivitas si perekonstruksi fakta sejarah (epistemologi interaktivis); pengidentifikasian teologi si sejarawan peneliti Yesus sejarah yang pasti berperan dalam ia merekonstruksi siapa Yesus dari Nazareth itu sebenarnya. Unsur-unsur metodologis ini akan diuraikan; lalu setelahnya usaha-usaha menemukan relevansi kajian Yesus sejarah bagi kehidupan Kristen di masa kini juga akan diketengahkan.

Sumber-sumber Sastra Kristen
Sumber utama bagi pengkajian Yesus sejarah adalah ketiga Injil Sinoptik (Markus, Matius, Lukas) dalam Perjanjian Baru. Dari pembandingan antar ketiga Injil Sinoptik ini, dapat diketahui adanya tiga sumber lain: yakni Injil “Q”
[1]; sumber “M” (sumber yang khusus dipakai Matius); dan sumber “L” (sumber yang khusus dipakai Lukas). Di luar Injil-injil intrakanonik, tulisan-tulisan rasul Paulus juga dipakai sebagai sumber. Karena sorotan utama teologi Paulus adalah kematian dan kebangkitan Yesus, maka dari dalam tulisan-tulisannya ditemukan tidak banyak bahan yang dapat dikaitkan dengan ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan Yesus.[2] Ada sejumlah tradisi parenetis/wejangan di dalam surat Yakobus (misalnya 5:12; bdk. Matius 5:34-37) dan surat 1 Petrus yang kurang lebih paralel dengan ucapan-ucapan Yesus.[3] Ada sedikit rujukan kepada Yesus dalam surat Ibrani (7:14; juga 5:7-8; bdk. Markus 14:32-34 par.; juga Yohanes 12:27-36a). Dalam Wahyu Yohanes ditemukan gambaran-gambaran apokaliptik yang sudah muncul dalam ucapan-ucapan eskatologis apokaliptis Yesus dalam Injil-injil (lihat Wahyu 3:3; 16:15; dan Q 12:39 [Matius 24:43]).[4]

Sejenis dengan Injil “Q” adalah Injil Thomas (disusun paling telat tahun 140 M; edisi pertamanya beredar pada abad pertama) yang berisi 114 ucapan yang diasalkan pada Yesus, yang susunannya dibuat berdasarkan asosiasi kata. Injil ini adalah salah satu dari sejumlah besar tulisan gnostik (terdiri atas 13 buku, yang mencakup 52 traktat) yang ditemukan tahun 1945 di Nag Hammadi.[5] Separuh dari 114 ucapan ini, meskipun di antaranya ada yang bercorak gnostik, paralel dengan ucapan-ucapan Yesus yang ditemukan dalam Injil-injil Sinoptik. Meskipun paralel, ucapan-ucapan dalam Injil Thomas ini tidak memperlihatkan ketergantungan pada Injil-injil intrakanonik, bahkan beberapa di antaranya tampak lebih tua. Ada juga sedikit ucapan Yesus lainnya dalam Injil ini (seperti logia 97, 98, 113) yang tidak terdapat di dalam Injil-injil intrakanonik, tetapi dipandang sebagai ucapan-ucapan autentik Yesus.

Injil Thomas jelas menjadi salah satu sumber sangat penting bagi studi Yesus sejarah.
[6] Bahkan sekelompok pakar internasional peneliti Yesus sejarah di Amerika Utara yang dikenal sebagai the Jesus seminar (didirikan 1985 oleh Robert W. Funk, dengan mula-mula didukung tiga puluh pakar; kini sudah mencapai dua ratus orang lebih) telah menyatukan Injil Thomas dengan keempat Injil intrakanonik lainnya (Markus, Matius, Lukas, Yohanes) sehingga menjadi lima Injil, dan menerbitkan kelimanya sekaligus dalam satu buku dalam terjemahan baru dalam bahasa Inggris yang disebut terjemahan Scholars Version. Terbitan inovatif ini diberi judul The Five Gospels: The Search for the Authentic Words of Jesus.[7] Orang tidak perlu tersentak kaget dengan penempatan Injil Thomas ini sederajat dengan Injil-injil kanonik, sebab bagi suatu kajian sejarah tentang Yesus, semua sumber yang tersedia, baik yang ada di dalam kanon Kitab Suci (= sastra-sastra intrakanonik) mau pun yang ada di luar kanon Kitab Suci (= sastra-sastra ekstrakanonik), dipandang memiliki nilai historis yang sama dan berkedudukan setara dan diperlakukan sederajat.

Sastra-sastra ekstrakanonik lainnya dari kepustakaan gnostik yang juga dapat digunakan sebagai sumber pengkajian Yesus adalah kitab Yakobus Apokrif
[8] (awal abad kedua), kitab Dialog Sang Penyelamat[9] (abad kedua), dan Injil Orang Mesir (paruhan pertama abad dua).[10] Ketiga tulisan gnostik ini tidak menunjukkan ketergantungan pada Injil-injil Sinoptik.

Injil kanonik yang dapat dikaitkan dengan pandangan (anti-)gnostik adalah Injil Yohanes. Injil ini umumnya tidak dipandang sebagai sumber utama bagi pengkajian Yesus sejarah; bahkan ada yang menyingkirkannya sama sekali, seperti yang dilakukan the Jesus seminar. Tetapi, seperti dicatat Gerd Theissen dan Annette Merz,
[11] ada sejumlah data di dalam Injil ini yang berbeda dari yang disajikan Injil-injil Sinoptik, tetapi dapat merupakan tradisi-tradisi tua, yakni: tradisi tentang murid-murid pertama Yesus yang berasal dari murid-murid Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:35-42); tradisi tentang Petrus, Andreas dan Filipus yang berasal dari Betsaida (1:44); catatan-catatan tentang pengharapan-pengharapan politis yang dibangkitkan Yesus di antara orang banyak dan motif-motif politis yang menyeretnya kepada kematian diungkapkan dengan lebih jelas di dalam Injil Yohanes ketimbang di dalam Injil-injil Sinoptik (bdk. Yohanes 6:15; 11:47-53; 19:12); sebagai ganti suatu pengadilan Yahudi terhadap Yesus, di dalam Yohanes 18:19-24 dilaporkan berlangsungnya suatu pemeriksaan yang dilakukan Sanhedrin terhadap Yesus yang mendahului pengadilan Romawi oleh Pilatus; menurut kronologi dalam Injil Yohanes, Yesus mati saat hari persiapan perayaan Paskah (18:28; 19:31), dan ini dipandang kebanyakan pakar sebagai lebih mungkin ketimbang penyaliban pada hari perayaan itu sendiri.

Terdapat juga fragmen-fragmen tulisan yang berbentuk Injil, yang memuat suatu kombinasi tradisi-tradisi Yohanes dan Sinoptik, yang dapat digunakan dalam pengkajian Yesus sejarah, yakni: Papirus Egerton 2 (ditulis sekitar tahun 200) yang memuat suatu debat antara Yesus dan para ahli Taurat dan para pemuka Yahudi yang menuduh Yesus telah melanggar Taurat, dan debat ini berakhir dengan suatu usaha yang gagal untuk melempari Yesus dengan batu; Injil Markus Rahasia; Injil Petrus (disusun paruhan pertama abad kedua); Papirus Oxyrhynchus 840 (dari abad pertama).
[12]

Ada tiga Injil Kristen Yahudi yang juga dapat dimanfaatkan bagi usaha-usaha menelusuri figur Yesus sejarah,[13] yakni Injil Orang Nazorean yang isinya kurang lebih sama dengan Injil Matius, tetapi ditulis dalam bahasa Aram atau bahasa Syria, pada awal abad dua (antara 80-180); Injil Orang Ebion (abad dua) yang merupakan suatu revisi atas Injil Matius, tetapi juga memakai dan menyunting bahan-bahan dari Injil Markus dan Injil Lukas, tetapi membuang kisah kelahiran Yesus sehingga pengisahan kehidupan Yesus dimulai dari tampilnya Yohanes Pembaptis dan pembaptisan Yesus yang melaluinya Yesus diangkat menjadi anak Allah; Injil Orang Ibrani (disusun dalam paruhan pertama abad dua) yang isinya dekat dengan pandangan gnostik, antara lain menggambarkan bahwa Yesus Kristus dan Ibunya sudah ada sebelum tampak di muka bumi dalam wujud manusia; pada waktu Yesus dibaptis, Yesus disebut sebagai anak, bukan oleh Allah, tetapi oleh Roh (Ruakh) yang ternyata adalah ibunya sendiri.[14]

Bahan-bahan Kristen lainnya yang berasal dari paruhan pertama abad kedua dan yang dapat dipakai untuk menelusuri tradisi-tradisi tentang ajaran-ajaran dan kehidupan Yesus ditemukan dalam tulisan-tulisan para “Bapak Apostolis.”[15] Papias, Uskup dari Hieropolis di Asia Kecil, misalnya, pada permulaan abad dua (sekitar 100-150) menyatakan dirinya sedang mengumpulkan tradisi-tradisi lisan tentang Yesus, dengan cara menanyai orang-orang yang masih mengenal murid-murid perdana Yesus. Tradisi-tradisi yang sedang dikumpulkannya ini dikatakan “berasal dari suara yang hidup dan menetap” yang diturunalihkan dari “para penatua”, yang telah ia “pelajari” dan “ingat.” Hasil penyelidikannya ini disajikannya dalam lima jilid buku yang dinamakan “Tafsiran atas Ucapan-ucapan Tuhan” (logiōn kuriakōn eksēgēsis); tetapi semuanya ini kini telah hilang, dan yang ada pada kita adalah kutipan-kutipan dari buku-buku ini yang ditemukan di dalam tulisan-tulisan Irenaeus dan Eusebius (Historia Ecclesiastica III. 39. 1-17).[16]

Di dalam 1 Klemen 13:1b, 2 kita temukan tujuh ucapan Yesus yang dijadikan satu sebagai bahan pelajaran katekisasi, yang kelihatan dekat dengan sebagian isi Khotbah di Bukit, tetapi tidak memperlihatkan ketergantungan pada Injil Matius, Lukas atau pun Injil Q; bunyinya: “... khususnya kita ingat kata-kata Tuhan Yesus yang disampaikannya ketika ia mengajar tentang kelemah-lembutan dan penderitaan panjang. Sebab ia telah berkata demikian: “Hendaklah kamu rakhmani, supaya kamu beroleh rakhmat. Ampunilah, supaya kamu diampuni. Apa yang kamu lakukan kepada orang lain, itulah juga yang akan dilakukan kepadamu. Apabila kamu memberi, maka kamupun akan diberi. Sebagaimana kamu menghakimi, begitu juga kamu akan dihakimi. Jika kamu berbaik hati, kebaikan akan juga diperlihatkan kepadamu. Ukuran yang kamu pakai, itu juga yang akan dikenakan kepadamu.”[17]

Dalam suratnya, Kepada Jemaat di Smyrna 3.2, Ignatius melaporkan perjumpaan Yesus yang sudah bangkit dengan murid-muridnya dalam suatu bentuk yang dekat dengan Lukas 24:36-43, tetapi tidak menunjukkan ketergantungan: “Dan ketika ia datang kepada mereka bersama Petrus, ia berkata kepada mereka: ‘Peganglah, sentuhlah aku dan lihatlah bahwa aku bukanlah hantu tanpa tubuh.’ Maka mereka segera menyentuhnya dan percaya, bahwa ia tampil utuh sebagai daging dan roh... Dan setelah kebangkitannya, ia makan dan minum bersama mereka sebagai suatu makhluk berjasad, meskipun ia dipersatukan dalam roh dengan sang Bapa.”

Dalam 2 Klemen terdapat kutipan-kutipan gabungan dari Matius dan Lukas atau dari suatu sumber ucapan-ucapan independen; di antaranya ada yang berbunyi demikian, “Karena itulah, jika kamu mengerjakan hal-hal ini, Tuhan katakan, ‘Jika kamu berada dalam dekapan aku, tetapi kamu tidak melakukan perintah-perintahku, aku akan mencampakkan kamu, dan akan berkata kepadamu, ‘Enyahlah dariku, aku tidak tahu darimana asalmu, kamu pelaku kejahatan.’” (2 Klemen 4:5; bdk. 2 Klemen 5:2 dyb.; 8:5; 12:2).

Dalam tulisan-tulisan para “Bapak Apostolis”, ada sekian ucapan yang tidak diklaim berasal Yesus, tetapi dikutip dalam Injil-injil Sinoptis sebagai ucapan-ucapan Yesus: tentang perintah rangkap dua untuk mengasihi (Surat Barnabas 19:2,5; bdk. Markus 13:30 dyb); Hukum Emas (Didakhe 1:2b; bdk. Matius 7:12; Lukas 6:31; 1 Klemen 13:2); tentang kuasa doa (Ignatius, Kepada Jemaat di Efesus 5:2; Gembala Hermas VI, 3, 6b; bdk. Matius 18:19 dyb; Markus 11:22-24 dan par.); tentang dosa melawan Roh Kudus (Didakhe 11:7; bdk. Markus 3:28-29); dan formula baptisan trinitarian (Didakhe 7:1; bdk. Matius 28:19).

Sumber-sumber Sastra Non-Kristen
Sumber non-Kristen pertama yang bermanfaat untuk pengkajian Yesus sejarah adalah rujukan-rujukan pendek dari seorang sejarawan Yahudi, Flavius Yosefus (Yosef ben Matthias; hidup 37/38–setelah tahun 100), kepada Yesus, di dalam bukunya yang selesai ditulis tahun 93/94, Antiquitates Judaicae atau Jewish Antiquities (18.63-64; 20.200). Di dalam Antiquities 20.200, Yosefus menyebut perajaman dengan batu atas diri Yakobus dan orang-orang lain yang telah melanggar Taurat setelah mereka melewati suatu pemeriksaan Sanhedrin di bawah pimpinan imam besar Ananus di tahun 62. Di situ, Yosefus memperkenalkan Yakobus sebagai “saudara dari Yesus yang disebut Kristus”, dan dengan demikian mengidentifikasinya sebagai saudara seorang yang bernama Yesus yang mungkin lebih dikenal, atau karena nama Yesus sudah disebut sebelumnya.

Di dalam buku yang sama, memang sebelum penyebutan pada Yakobus ini, Yosefus sudah memuat catatan-catatan pendek tentang Yesus, yakni dalam 18:63-64 yang dikenal sebagai Testimonium Flavianum (= kesaksian atau testimoni Flavius Yosefus tentang Yesus). Isi testimoni ini selengkapnya berikut ini (dengan bagian-bagian yang ditempatkan dalam dua tanda kurung sebagai bagian-bagian yang ditambahkan belakangan pada teks semula):

“Kira-kira pada waktu ini, hiduplah Yesus, seorang yang bijaksana, (jika memang orang harus menyebutnya seorang manusia). Sebab dia adalah seorang yang telah melakukan tindakan-tindakan luar biasa, dan seorang guru bagi orang-orang yang telah dengan senang menerima kebenaran darinya. Ia telah memenangkan banyak orang Yahudi dan banyak orang Yunani. (Ia adalah sang Messias). Setelah mendengar dia dituduh oleh orang orang-orang terkemuka dari antara kita, maka Pilatus menjatuhkan hukuman penyaliban atas dirinya. Tetapi orang-orang yang mula-mula telah mengasihinya itu tidak melepaskan kasih mereka kepadanya. (Pada hari ketiga ia menampakkan diri kepada mereka dan membuktikan dirinya hidup. Nabi-nabi Allah telah menubuatkan hal ini dan hal-hal ajaib lainnya tentang dirinya yang tidak terhitung banyaknya). Dan bangsa Kristen ini, disebut demikian dengan mengikuti namanya, sampai pada hari ini tidak lenyap.” (Antiquities 18:63-64)[18]
Sumber-sumber sastra non-Kristen lainnya adalah tulisan-tulisan para rabbi/guru Yahudi. Berbeda dari Yosefus yang memberi catatan-catatan simpatik tentang Yesus, sumber-sumber rabbinik (yang ditulis dalam periode Tannaitik, sampai dengan tahun 220) tentang Yesus berisi catatan-catatan penolakan sebagai reaksi Yahudi terhadap provokasi-provokasi yang dibuat orang-orang Kristen terhadap Yudaisme. Sejumlah pakar menilai ada tradisi-tradisi tua dan dapat dipercaya sebagai sumber sejarah tentang Yesus di dalam Talmud[19] Babilonia, di antaranya bSanhedrin 43a yang bunyinya demikian:[20]
“Pada Sabat perayaan Paskah, Yeshu orang Nazareth digantung. Sebab selama empat puluh hari sebelum eksekusi dijalankan, muncul seorang pemberita yang mengatakan: ‘Inilah Yesus orang Nazareth, yang akan dirajam dengan batu sebab ia telah mempraktikkan sihir dan magi [bdk. Markus 3:22] dan memengaruhi orang Israel untuk murtad. Barangsiapa yang dapat mengatakan sesuatu untuk membelanya, hendaklah tampil dan membelanya.’ Tetapi karena tidak ada sesuatu pun yang tampil untuk membelanya, dia pun digantung sehari sebelum Paskah [sejalan dengan kronologi dalam Injil Yohanes]..... Rabi-rabi kami mengajarkan: Yeshu memiliki lima murid, Matthai, Nakai, Nezer, Buni dan Toda. Ketika Matthai dibawa [ke hadapan pengadilan], dia berkata kepada mereka [para hakim]: Akankah Matthai dihukum mati? Bukankah ada tertulis: [matthai] Kapankah aku akan datang dan tampil di hadirat Allah!? [Mazmur 42:3]. Maka mereka pun berkata, Ya, Matthai akan dieksekusi, sebab ada tertulis: Kapankah [matthai], kapankah dia akan dibunuh dan namanya dilenyapkan? [Mazmur 41:6] (permainan kata-kata yang serupa seterusnya muncul untuk empat murid Yesus lainnya)....
Seorang filsuf stoik kebangsaan Syria, yang berasal dari Samosata, bernama Mara bar Sarapion, menulis surat kepada anaknya, Sarapion, dari tempatnya di sebuah penjara Roma, mungkin segera setelah tahun 73. Di dalamnya ia menegaskan bahwa satu-satunya yang paling berharga untuk dimiliki dan diperjuangkan adalah kebijaksanaan, dan bahwa kendati pun orang bijak itu dapat dianiaya, kebijaksanaan itu tetap kekal. Sebagai model orang-orang bijak, dia mengutip Sokrates dan Phytagoras, dan juga Yesus meskipun nama Yesus tidak disebutnya:
“Perbuatan baik apa yang dilakukan orang-orang Athena ketika mereka membunuh Sokrates, yang mengakibatkan mereka dihukum dengan bahaya kelaparan dan penyakit menular? Manfaat apa yang diperoleh orang-orang Samian ketika mereka membakar Phytagoras, karena kemudian negeri mereka seluruhnya dikubur pasir dalam sekejap saja? Atau apa keuntungannya ketika orang-orang Yahudi membunuh raja mereka yang arif, karena kerajaan mereka setelah itu direnggut dari mereka [mengacu ke Perang Yahudi I tahun 66-73/74]? Allah telah dengan adil membalas perbuatan-perbuatan jahat yang telah dilakukan kepada tiga orang bijaksana ini. Orang-orang Athena mati kelaparan; bangsa Samian dilanda banjir dari laut; orang-orang Yahudi dibunuh dan diusir dari kerajaan mereka, lalu tinggal di tempat-tempat lain dalam perserakan. Sokrates itu tidak mati; tetapi tetap hidup melalui Plato; begitu juga Phytagoras, karena patung Hera. Begitu juga raja yang bijak itu tidak mati, karena setelah dia tidak ada muncul hukum baru yang ia telah berikan.”
Ada catatan-catatan pendek sekilas tentang Yesus buah tangan tiga penulis Roma dari periode antara 110 sampai 120, yakni: senator Pliny yang Lebih Muda (61-c.120); Cornelius Tacitus (55/56-c.120), dan C. Suetonius Tranquillus (70-c.130).
[21] Ketiganya menampilkan Yesus dan kekristenan dalam nada-nada yang sangat negatif, sebagai orang dan gerakan yang memercayai takhayul dan berbahaya buat negara.

Pliny yang pada tahun 111 diangkat sebagai gubernur provinsi Bithynia dan Pontus di Asia Kecil, sedang menangani kasus orang-orang Kristen di sana yang diadukan orang kepadanya, dan, untuk meminta nasihat dari kaisar Trajanus (98-117) ia mengirim surat resmi (Pliny, Surat-surat, Buku X). Di dalam suratnya ini ia menyebut nama “Kristus” dua kali, dan menjuluki kekristenan sebagai suatu bentuk “takhayul yang sangat berlebihan.” Sebagai metodenya menangani orang-orang Kristen, dikatakannya dalam suratnya itu bahwa barangsiapa yang telah dengan keliru dituduh sebagai seorang Kristen, dapat menolak tuduhan ini dengan cara memberi hormat kepada patung-patung dewa-dewa dan gambar sang kaisar, dengan mempersembahkan kemenyan dan menuangkan anggur kepada patung-patung dan gambar ini sambil menghujat nama “Kristus” (Christo male dicere), sebab masyarakat telah tahu bahwa orang-orang Kristen sejati tidak dapat dipaksa untuk melakukan hal-hal ini. Pliny juga mencatat bahwa “ ... adalah kebiasaan mereka [orang-orang Kristen itu] untuk pada hari yang sudah ditetapkan berkumpul bersama sebelum fajar dan di saat itu mereka mengulangi kata-kata pengakuan kepada Kristus sebagai suatu allah (Christo quasi deo dicere); dan mereka mengikat diri dengan sumpah, untuk tidak melakukan tindakan kejahatan apa pun, untuk tidak mencuri atau merampok atau berzina, untuk tidak melanggar kata-kata mereka sendiri, ....”

Dengan bantuan Pliny yang Lebih Muda, C. Suetonius Tranquillus diangkat menjadi seorang pejabat tinggi administratif dalam pemerintahan Trajanus dan Hadrianus; dan jabatan ini memungkinkannya untuk mengakses segala arsip yang tersedia untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukannya dalam menyusun karyanya tentang biografi duabelas kaisar, dari Yulius Kaisar sampai Domitianus, dalam delapan jilid (De vita Caesarum), yang ditulis antara 117-122. Dalam konteks peristiwa pengusiran orang-orang Yahudi dari kota Roma di bawah pemerintahan Klaudius (41-54), peristiwa yang disebut juga dalam Kisah Para Rasul 18:2, Suetonius menyebut Kristus: “Karena orang-orang Yahudi itu telah terus-menerus, di bawah pengaruh Krestus [Chresto], menimbulkan keresahan, maka ia [Klaudius] mengusir mereka dari kota Roma.” (Klaudius 25.4).

Cornelius Tacitus adalah seorang senator dan sejarawan Roma yang termasyur karena dua karya sejarahnya, Histories (c.105-110) dan Annals (c.116/117). Untuk membelokkan kecurigaan dan dakwaan terhadap dirinya sendiri atas terbakarnya kota Roma selama sembilan hari dalam tahun 64 (seperti dilaporkan Tacitus dalam Annals 15.38-44), Nero (54-68) menjadikan orang-orang Kristen di sana sebagai “kambing hitam.” Dalam konteks inilah Tacitus menyebut nama “Kristus” sebagai pendiri gerakan Kristen yang dihukum mati: “Karena itu, untuk menepis kabar angin itu, Nero menciptakan kambing-kambing hitam dan menganiaya orang-orang yang disebut orang-orang Kristen [Chrestianos], yaitu sekelompok orang yang dibenci karena tindakan-tindakan kriminal mereka yang memuakkan. Kristus, dari mana nama itu berasal, telah dihukum mati (supplicio adfectus) dalam masa pemerintahan Tiberius [14-37] di tangan salah seorang prokurator kita, Pontius Pilatus [26-36], dan takhayul yang paling merusak itu karenanya untuk sementara dapat dikendalikan, tetapi kembali pecah bukan saja di Yudea, sumber pertama dari kejahatan ini, tetapi juga di Roma, di mana segala sesuatu yang buruk, menjengkelkan dan yang menimbulkan kebencian dari segala tempat di dunia ini bertemu dan menjadi populer.” (Annals 15.44).

Selain tiga nama di atas, seorang satiris yang bernama Lucian dari Samosata (c.115-c.200) perlu juga disebut; orang ini dalam tulisannya The Passing of Peregrinus mengisahkan tentang orang-orang Kristen yang sangat terpikat pada Peregrinus sehingga mereka menyembahnya sebagai suatu allah; selanjutnya ia menulis: “... sesungguhnya, selain dia, juga orang yang disalibkan di Palestina karena memperkenalkan kultus baru ini ke dalam dunia, kini masih mereka sembah.” Lucian juga menggambarkan orang-orang Kristen sebagai orang-orang “yang menyembah sofis yang disalibkan itu sendiri dan hidup di bawah hukum-hukumnya.”
[22]

Kriteria Autentisitas[23]

Kriteria autentisitas adalah kriteria untuk menentukan autentisitas atau keaslian bahan-bahan tulisan tentang Yesus, baik bahan-bahan tentang ucapan-ucapannya, maupun bahan-bahan yang mempersaksikan tindakan-tindakan Yesus dan hal-hal yang dialami dalam hidupnya. Penting dicatat bahwa setiap kriterion autentisitas memiliki kekuatan sekaligus keterbatasan masing-masing. Karena itu, seluruh kriteria ini harus dipakai bersama-sama, saling mengisi dan melengkapi, untuk menghasilkan simpul-simpul konvergensi.

Kriterion “bahan bukti terdapat di berbagai sumber independen”
(the criterion of multiple independent attestation)

Jika suatu ucapan Yesus atau catatan/berita tentang tindakan/perbuatannya muncul di lebih dari satu sumber yang tidak menunjukkan kergantungan yang satu terhadap yang lainnya (= sumber-sumber independen) (misalnya, ditemukan serentak pada Paulus, Markus, Injil “Q”, sumber khusus Matius, sumber khusus Lukas, dan Yohanes), ucapan atau catatan/berita itu dipandang autentik, bukan ciptaan gereja perdana sesudah Yesus. John Dominic Crossan telah membuat sebuah daftar (inventori) tradisi-tradisi tentang Yesus (tentang ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan serta peristiwa-peristiwa dalam hidupnya) yang disusun baik berdasarkan “usia teks” (by chronological stratification), dari yang paling tua (tahun 30-60 M) sampai yang termuda (tahun 120-150 M), maupun berdasarkan frekuensi kemunculannya di dalam sumber-sumber independen yang ada, dari yang muncul di lebih dari tiga sumber (multiple independent attestation), muncul di tiga sumber (triple independent attestation), di dua sumber (double attestation), sampai yang hanya terdapat di satu sumber (single attestation).
[24]

Kriterion “bahan bukti muncul di dalam berbagai bentuk atau jenis sastra” (the criterion of multiple literary forms/genres)
Terdapatnya bahan-bahan tentang Yesus (tentang ucapan-ucapan atau tindakan-tindakannya) dalam lebih dari satu bentuk atau jenis sastra (literary form/genre) menunjukkan bahwa bahan-bahan ini sudah ada sebelum muncul di dalam berbagai bentuk/jenis sastra ini di dalam Injil-injil; dan ini berarti bahwa bahan-bahan ini sangat boleh jadi berasal dari Yesus. Sebagai contoh, misalnya, karena frasa “kerajaan Allah” muncul serentak dalam perumpamaan, ucapan bahagia, doa, aforisme/kata-kata bijak, kisah mujizat, kisah berita, ini menunjukkan bahwa memang Yesus memakai frasa ini dalam ajaran-ajarannya.

Kriterion “bahan memiliki kekhasan atau orisinalitas”
(the criterion of dissimilarity or discontinuity or originality)

Suatu tradisi tentang Yesus yang kontras, berbeda tajam bahkan bertolak-belakang, dengan ajaran dan praktek agama Yahudi zaman Yesus dan dengan kekristenan perdana sesudah Yesus, sangat mungkin berasal dari Yesus. Kontras ini menunjukkan kekhasan atau orisinalitas Yesus. Bahan-bahan yang memenuhi kriterion ini, antara lain, larangan Yesus untuk orang bersumpah (Matius 5:34-37; bdk. Yakobus 5:12); penolakan Yesus untuk murid-muridnya berpuasa (Markus 2:18-22, dan par.), dan penolakannya terhadap perceraian (Markus 10:2-12 dan par.; Lukas 16:18 dan par.). Kriterion ini harus digunakan dengan hati-hati, dan harus bersamaan dengan kriteria lainnya, sebab Yesus bukan saja harus diandaikan “berbeda” dari Yudaisme zamannya dan dari kekristenan perdana, tetapi juga bahwa ia dapat sejalan dan seirama dengan Yudaisme zamannya dan dengan gereja perdana.

Kriterion “bahan yang menyulitkan atau memalukan gereja perdana” (the criterion of embarrassment)

Jika terdapat bahan-bahan atau tradisi-tradisi tentang Yesus yang kemunculannya menyulitkan komunitas-komunitas Kristen perdana dalam berargumentasi dengan lawan-lawan mereka, atau malah mempermalukan gereja perdana sendiri, bahan-bahan itu tentu bukan buatan gereja perdana sendiri, melainkan berasal dari Yesus sendiri atau berasal dari situasi pelayanan Yesus sendiri. Misalnya, tradisi Injil tentang pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis dengan “suatu baptisan pertobatan bagi pengampunan dosa.” Tradisi ini menyulitkan dan mempermalukan gereja perdana sendiri, sebab dengan dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Yesus diperlakukan sebagai orang berdosa, dan dibaptis oleh orang yang oleh gereja perdana dipandang lebih rendah kedudukannya daripada Yesus. Tradisi tentang Yesus yang dibaptis Yohanes Pembaptis ini condong ditekan dan kemudian disingkirkan oleh gereja perdana. Tradisi ini muncul di Markus 1:4-11 tanpa penjelasan teologis; di dalam Matius pembaptisan didahului suatu dialog antara Yohanes Pembaptis dan Yesus, di dalam mana Yohanes Pembaptis menegaskan bahwa bukan Yesus, tetapi dirinya sendirilah yang patut dibaptis, tetapi pembaptisan Yesus dilakukan juga setelah Yesus memintanya untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah (Matius 3:13-17). Di dalam Lukas, sebelum Yesus dibaptis, diceritakan bahwa Yohanes Pembaptis telah dimasukkan ke dalam penjara oleh Herodes Antipas, dan Lukas tidak mencatat oleh siapa Yesus dibaptis (Lukas 3:19-22). Di dalam Injil Yohanes, yang penulisnya terlibat pergumulan menghadapi murid-murid Yohanes Pembaptis yang tidak mau mengakui Yesus sebagai sang Messias, tradisi Yesus dibaptis Yohanes Pembaptis tidak muncul sama sekali. Ucapan Yesus bahwa ia tidak tahu kapan akhir itu tiba, menyulitkan gereja, sehingga ada beberapa manuskrip Yunani yang membuang frasa “dan anakpun tidak [tahu]” yang muncul di dalam Markus (13:32). Sejumlah besar manuskrip Matius mengeliminasi frasa “dan anakpun tidak [tahu]” (Matius 24:36). Dalam Injil Yohanes malah Yesus digambarkan serba tahu tentang hal-hal masa kini dan hal-hal masa depan (Yohanes 5:6; 6:6; 8:14; 9:3; 11:11-15; 13:1-3, 11). Tradisi-tradisi lain yang memalukan gereja perdana antara lain adalah: pengkhianatan Yudas Iskariot dan penyaliban Yesus oleh orang-orang Romawi. Dengan memakai kriterion ini, kedua peristiwa ini harus dipandang historis.

Kriterion “penolakan dan penyaliban Yesus”
(the criterion of rejection and execution)

Karena dalam sejarah, hidup Yesus itu berakhir tragis, ditolak dan dieksekusi di kayu salib oleh orang Romawi yang bekerja sama dengan para pemuka Yahudi, jika terdapat tradisi-tradisi tentang ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan Yesus yang bisa menjelaskan mengapa ia sampai diadili lalu dijatuhi hukuman mati, tradisi-tradisi itu harus dipandang berasal dari Yesus sendiri atau dari konteks kehidupannya sendiri. Dengan demikian, tradisi-tradisi tentang Yesus yang menampilkan Yesus sebagai orang yang kiprah-kiprahnya revolusioner, menantang, mengganggu dan menimbulkan kemarahan orang sehingga akhirnya disusun sebuah rencana untuk membunuhnya, harus dipandang sebagai tradisi-tradisi historis dari masa kehidupan Yesus sendiri.

Kriterion “lingkungan Palestina”
(the criterion of Palestinian environment)
Jika ada ucapan-ucapan Yesus yang mencerminkan adat-istiadat, kepercayaan-kepercayaan, prosedur-prosedur hukum, praktek-praktek perdagangan dan agrikultural, kondisi-kondisi domestik sosial, politik dan kultural, dari dunia sosial Palestina zaman Yesus, ucapan-ucapan itu harus dipandang autentik. Jika dirumuskan negatif, maka jika ada ucapan-ucapan Yesus yang mencerminkan keadaan-keadaan sosial, politis, ekonomis dan religius yang terdapat hanya di luar Palestina (di dunia Yunani-Romawi) atau hanya sesudah kematian Yesus, ucapan-ucapan itu harus dipandang tidak otentik. Sebagai contoh: jika ada bagian-bagian dari perumpamaan-perumpamaan Yesus yang berbicara tentang penundaan kedatangan kembali Yesus (parousia), maka bagian-bagian ini harus dipandang tidak berasal dari Yesus. Demikian juga, jika ada ucapan-ucapan Yesus yang mengarahkan misi gereja ke bangsa-bangsa bukan-Yahudi, ucapan-ucapan ini harus dipandang sebagai produk gereja perdana. Atau juga, jika ada ucapan-ucapan Yesus yang memuat aturan-aturan untuk memimpin jemaat atau untuk memberlakukan disiplin gereja, ucapan-ucapan itu tidak berasal dari Yesus.

Kriterion “linguistik” atau kriterion “jejak-jejak bahasa Aram”
(the criterion of traces of Aramaic)

Karena Yesus berbicara bahasa Aram, dan tradisi-tradisi tentangnya kemudian diteruskan dalam bahasa Yunani atau bahasa-bahasa lainnya, makin dekat suatu tradisi tentang Yesus di dalam Injil-injil kepada gaya bahasa, idiom-idiom dan unsur-unsur linguistik lainnya (kosa kata, tata bahasa, sintaksis, ritme/irama, sajak, bentuk puitis) dari bahasa Aram, makin besar kemungkinannya tradisi itu berasal dari Yesus sendiri. Sebaliknya, makin sulit suatu ucapan dikembalikan ke dalam bahasa Aram, semakin kuat kemungkinannya bahwa ucapan itu bukan ucapan Yesus.

Kriterion “isi yang lebih radikal” (the criterion of

the more radical form)
Jika suatu ucapan atau tindakan Yesus dilaporkan dalam lebih dari satu tradisi atau sumber, dan dengan mengandaikan bahwa tradisi-tradisi tentang Yesus mengalami perubahan dan pelunakan atau “penjinakan” ketika diturunalihkan, maka bentuk atau isi yang “lebih radikal” atau “lebih keras” dipandang sebagai bentuk atau isi yang lebih tua atau lebih mendekati kehidupan Yesus.

Kriterion “kecenderungan tradisi Injil mengalami perkembangan” (the criterion of the tendencies of the developing synoptic tradition)
Umumnya orang berpandangan bahwa ketika suatu tradisi tentang Yesus disebarluaskan dan diturunalihkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, tradisi itu akan menjadi: 1) lebih panjang dan 2) lebih terinci, dan 3) ciri semitisnya (ciri bahasa Aramnya) condong makin melemah dan berkurang, dan cenderung 4) untuk mengganti ucapan tidak langsung menjadi ucapan langsung, dan 5) untuk menggabungkan versi-versi tradisi yang berlainan menjadi satu. Dengan demikian, kalau di antara tradisi-tradisi yang serupa ditemukan tradisi-tradisi yang lebih pendek, lebih sederhana dan tidak rumit, lebih kuat corak semitisnya, dan menggunakan kalimat tidak langsung, maka tradisi-tradisi yang semacam ini harus dipandang “lebih tua” dan karenanya lebih mendekati masa kehidupan Yesus sendiri. Tetapi, ada kasus-kasus yang menunjukkan bahwa hal-hal kebalikannya juga terjadi: ada tradisi-tradisi yang dalam proses transmisinya mengalami penyusutan, bertambah pendek, makin kurang terinci, ciri semitiknya makin menguat. Di dalam Injil-injil sinoptik sendiri, tidak selalu terjadi perubahan dari kalimat tidak langsung menjadi kalimat langsung, ketika suatu tradisi dikutip. Meskipun demikian, pada umumnya memang ditemukan bahwa makin jauh suatu tradisi dari masa kehidupan Yesus, tradisi itu akan makin panjang, makin terinci, dan corak semitisnya makin melemah dan makin condong untuk memakai kalimat langsung dan makin lebih rumit karena merupakan penggumpalan dari pelbagai varian tradisi. Untuk sampai pada tradisi yang lebih tua, tambahan-tambahan redaksional yang dilakukan para penulis Injil terhadap tradisi-tradisi yang mereka terima sebagai sumber-sumber penulisan Injil, harus dikenali. Jika “tambahan-tambahan redaksional” yang sudah bisa diidentifikasi ini dieliminasi, maka tradisi yang lebih tua akan didapati.

Kriterion “penelusuran sejarah tradisi sampai kembali ke bentuk yang paling awal” (the criterion of a plausible “Traditionsgeschichte”)
Untuk sampai kepada bentuknya yang sekarang terdapat dalam Injil-injil, setiap tradisi tentang Yesus telah melewati perjalanan sejarahnya sendiri (dari masa Yesus sendiri, lalu bergerak masuk ke periode lisan, dan akhirnya masuk ke, dan dituliskan, dalam Injil-injil); dengan demikian, setiap tradisi memiliki “silsilah”-nya sendiri. Maka, untuk sampai kepada bentuk terawal yang dipakai oleh Yesus sendiri, sejarah atau “asal-usul” suatu tradisi harus ditelusuri dan direkonstruksi secara diakronik, “melintasi waktu” balik ke belakang. Bentuk terawal atau tertua yang diperoleh dari usaha penelusuran atau rekonstruksi sejarah tradisi ini dapat dipandang sebagai bentuk yang digunakan Yesus sendiri.

Kriterion “hermeneutik yang adekuat” (the criterion of

hermeneutical adequacy)[25]
Karena ada banyak variasi gambaran tentang Yesus dalam Injil-injil, dan ada banyak pula interpretasi yang telah dibuat untuk melahirkan gambaran tentang siapa Yesus, sementara Yesusnya satu, maka kalau bisa dirancangbangun sebuah “gambaran besar” (meganarrative) yang bisa menampung atau menyedot semua gambaran yang bervariasi itu, gambaran besar atau “meganarrative” ini bisa dibayangkan sebagai gambaran dari masa kehidupan Yesus sendiri. Atau, sebuah tradisi yang bisa menjelaskan terjadinya, dan menampung atau menyerap, berbagai macam tradisi lain, adalah tradisi yang otentik dari Yesus.

Kriterion “koherensi” atau “konsistensi” (the criterion of
coherence or consistency)
Kriterion ini digunakan setelah sekian kriteria yang telah disebutkan di atas telah digunakan untuk mendapatkan suatu gambaran tentang Yesus sejarah. Gambaran yang telah diperoleh ini dapat digunakan sebagai “basis data” tentang siapa Yesus itu, tentang apa yang dikatakan dan diperbuatnya. Bahan-bahan lain yang sejalan atau konsisten dengan basis data ini dapat dipandang sebagai bahan-bahan yang bernilai historis, dan selanjutnya dapat digabungkan ke dalam basis data yang tersedia. Tetapi kriterion ini tidak boleh dipergunakan secara negatif untuk menyatakan bahwa tradisi-tradisi tentang Yesus yang tidak sejalan dengan basis data ini pasti bukan dari Yesus.

Pendekatan Lintas-ilmu
Dalam bagian ini, fokus ditujukan kepada John Dominic Crossan, anggota the Jesus seminar, sebab dialah seorang pakar yang telah meneliti Yesus sejarah selama lebih dari tigapuluh tahun, dan yang paling serius menekankan perlunya dibangun sebuah metodologi yang dapat diandalkan, yang bersifat lintasilmu, dalam penelitian Yesus sejarah.

Epistemologi yang Dipilih, dan Peran Teologi
Crossan menolak baik epistemologi objektivis positivis (bahwa pengetahuan tentang kenyataan itu dapat dicapai seratus persen objektif, tanpa keterlibatan subjektif si peneliti), maupun epistemologi subjektivis narcissis (bahwa pengetahuan tentang kenyataan itu tidak akan pernah bersifat objektif, sebab pengetahuan ini tidak lain adalah proyeksi kepentingan-kepentingan subjektif dari si peneliti). Sebagai gantinya, ia mengajukan epistemologi interaktif atau dialektis historis,
[26] bahwa pengetahuan tentang kenyataan itu senantiasa dibentuk dari interaksi atau dialektika berimbang dari objektivitas faktual sebuah fakta (misalnya, fakta bahwa Yesus itu ada sebagai manusia dalam sejarah) dan subjektivitas si peneliti (hipotesis kerja, sudut pandang, prapaham-prapaham, ideologi atau teologi, lokasi sosial dan kepentingan-kepentingan si peneliti dan komunitasnya).

Dengan epistemologi interaktif ini, Crossan mengakui bahwa dalam ia merekonstruksi Yesus sejarah, faktor-faktor subjektif dalam dirinya ikut berperan dalam melahirkan potret tentang Yesus yang direkonstruksinya dari bahan-bahan yang tersedia. Crossan dengan terus terang menyatakan, “Tidak ada seorang pun memulai penelitian terhadap Yesus sejarah tanpa memiliki ide-ide apa pun tentang Yesus sebelumnya. Karena itu sedikit naif jika orang memulai penelitian dengan bertolak dari teks-teks tertentu dan bertindak seolah-olah ia menemukan Yesus sejarah di akhir kegiatan analisisnya. Sesungguhnya ada dan akan selalu ada sebuah hipotesis awal yang orang uji dengan memperhadapkannya pada data yang tersedia.”
[27] Sejalan dengan Crossan, John P. Meier juga menegaskan bahwa “ketika orang menerima atau menyingkirkan dokumen-dokumen tertentu dari daftar mengenai sumber-sumber yang relevan, orang itu sudah mulai dan sedang menentukan ciri-ciri khas dari potret tentang Yesus yang akan dihasilkan.”[28] Begitu juga, N. T. Wright, yang dijuluki Meier sebagai “seorang musuh abadi dari the Jesus Seminar”, berpandangan bahwa “teori-teori tentang Injil-injil selalu berinteraksi, dan akan terus berinteraksi, dengan teori-teori mengenai Yesus.”[29] M. Eugene Boring juga berpendapat bahwa “data yang lolos dari kriteria autentisitas dan juga ‘basis data’ darimana segala hal lainnya muncul, telah dikondisikan (kalau tidak mau dikatakan telah ditentukan) oleh pandangan-pandangan teologis.”[30] Sejalan dengan para pakar ini, John S. Kloppenborg menegaskan bahwa banyak keputusan yang berkaitan dengan “cara para pakar bergerak dari pemilahan bahan-bahan yang otentik tentang Yesus sampai pada usaha menggabung bahan-bahan itu untuk menghasilkan sebuah potret Yesus yang harmonis” adalah “fungsi-fungsi dari komitmen-komitmen teoretis atau ideologis (teologis).”[31]

Jelas, dalam merekonstruksi Yesus sejarah, akan selalu ada interaksi yang harus diupayakan berimbang antara data tekstual dan material yang sedang ditafsir (=objektivitas) dan teologi si perekonstruksi (=subjektivitas). Pertemuan kreatif dan kritis antara subjektivitas dan objektivitas ini melahirkan suatu sosok Yesus sejarah yang pada satu segi setia terhadap sumber-sumber tekstual dan material yang dipakai dan yang pada segi lainnya relevan untuk kehidupan beriman kontemporer. Dengan demikian, setiap pengkajian Yesus sejarah adalah juga sebuah usaha hermeneutik, untuk menemukan Yesus di masa lalu yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan teologis yang diajukan si peneliti terhadap teks-teks yang tersedia, pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari lokasi sosial si peneliti di masa kini. Pendek kata, dalam kerangka epistemologi interaktif, Yesus sejarah adalah hasil interaksi Yesus di masa lalu (Jesus of Nazareth) dan Yesus yang dibutuhkan di masa kini (the risen Lord; atau the Christ of faith). Karena itu, Crossan bisa berkata, bahwa Yesus sejarah itu adalah juga Tuhan yang bangkit, “the Historical Jesus as Risen Lord.” Baginya, jalan “iman” untuk menemukan Yesus yang bangkit untuk kehidupan masa kini adalah jalan “penelitian ilmiah” untuk mendapatkan Yesus sejarah yang ajaran-ajaran dan tindakan-tindakannya dapat diikuti dalam kehidupan masa kini. Crossan mengekspresikan ini, demikian: “Saya hendak katakan bahwa saya tidak lagi dapat membedakan antara doa dan studi. Jika fungsi doa adalah untuk memungkinkan Allah datang kepada anda, maka kini kegiatan meneliti sebagai seorang sarjana (scholarship) adalah tempat di mana itu terjadi pada saya.”
[32] Dengan demikian, baginya, di samping melalui “keadilan dan perdamaian, doa dan liturgi, meditasi dan mistisisme”,[33] usaha merekonstruksi Yesus sejarah adalah juga jalan atau pintu gerbang untuk mengalami perjumpaan dengan Yesus yang bangkit, sang transenden, atau “the Holy as Wholly Other.”[34]

Usaha penelitian Yesus sejarah adalah juga usaha berteologi untuk menemukan potret-potret alternatif tentang Yesus yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan masa kini, yang tidak bisa diberikan oleh konstruksi-konstruksi kristologis yang dihasilkan pada zaman dulu. Usaha-usaha penelitian untuk menemukan gambar-gambar alternatif ini memusatkan perhatian pada tradisi-tradisi atau bahan-bahan yang memuat ajaran-ajaran Yesus dan laporan-laporan tentang tindakan-tindakannya; segala sesuatu yang dikatakan dan diperbuatnya dalam masa hidupnya di dunia ini. Kata-kata dan tindakan-tindakan Yesus dalam hidupnya sebagai manusia yang riil dan kongkret di dunia inilah yang sangat kurang diperhatikan oleh Rasul Paulus dan yang sama sekali telah diabaikan dalam perumusan dogma-dogma kristologis pada abad-abad empat dan lima (dogma-dogma Nicea-Konstantinopel dan Khalsedon).

Pendekatan Interdisipliner
Dalam bukunya The Historical Jesus (1991), Crossan memakai pendekatan interdisipliner dalam merekonstruksi Yesus sejarah.
[35] Pendekatan ini mencakup tiga langkah analitis yang semuanya bekerjasama sepenuhnya, seimbang dan saling terkait, untuk menghasilkan suatu sintesis yang kokoh dan efektif. Langkah pertama adalah melakukan suatu analisis antropologis lintas-budaya dan lintas-zaman, dengan menerapkan beberapa model dan tipologi antropologis. Langkah kedua, melakukan suatu analisis sejarah zaman Hellenistik dan Yunani-Romawi, dengan memakai kajian-kajian sinkronik dan diakronik atas bahan-bahan yang relevan. Kedua langkah ini dimaksudkan untuk mendapatkan konteks historis dan kontemporer dan sesudahnya (sampai tahun 70) yang di dalamnya Yesus dapat dengan mantap ditempatkan. Langkah ketiga, melakukan suatu analisis tekstual dan literer atas bahan-bahan tentang Yesus; langkah ini paling mendasar sebab “setiap kajian tentang Yesus sejarah akan bertahan atau gugur tergantung pada bagaimana si peneliti menangani langkah analisis literer atas teks yang ada.”[36]

Duabelas tahun sebelum publikasi The Historical Jesus, Crossan telah mengembangkan sebuah metode yang serupa di dalam karyanya Finding Is the First Act (1979). Dalam karya yang lebih awal ini, ia menafsirkan perumpamaan Yesus tentang Harta Terpendam (Matius 13:44) dengan memakai pendekatan literer, lintas-budaya, lintas-sejarah, sinkronik-sinoptik, dan dengan memakai tradisi Yahudi lainnya tentang harta terpendam sebagai latarbelakang yang terdekat, dan sebagai latarbelakang yang lebih luas ia memakai seluruh tradisi tentang harta terpendam yang tersedia di dalam kisah-kisah rakyat sedunia, melintasi periode-periode sejarah, kawasan-kawasan geografis, dan jenis-jenis sastra.
[37] Dalam tahun 1973, Crossan, dalam bukunya, In Parables,[38] telah menafsir perumpamaan yang sama dan perumpamaan-perumpamaan lainnya, dengan pada umumnya memakai suatu pendekatan diakronik transmisional, dengan menelusuri ke belakang sampai ke bentuk paling awal dari perumpamaan-perumpamaan yang diteliti. Dengan memakai kriterion “dissimilarity”, bentuk paling awal dari setiap perumpamaan dinilai otentisitas historisnya, yang dapat dikaitkan pada Yesus sejarah. Pendekatan diakronik-transmisional ini juga dipakainya dalam bukunya In Fragments (1983).[39]

Di dalam karyanya yang diterbitkan 1998, The Birth of Christianity, Crossan memakai metode interdisipliner yang sama. Dengan memakai kritik sastra, ia mendapatkan lapisan paling tua dari teks-teks tentang Yesus, yang harus dibedakan dari lapisan-lapisan yang lebih kemudian dan yang paling muda. Dengan pendekatan interdisipliner yang mencakup arkeologi kawasan Galilea, sejarah Yahudi-Romawi, dan antropologi lintas-budaya sebagai matriks sosial yang menaungi semuanya, ia merekonstruksi gambaran paling tajam dari konteks kehidupan Yesus. Interseksi atau pertemuan yang paling jelas dan kokoh, yang bisa dengan meyakinkan diperoleh, antara lapisan tertua teks dan gambaran tertajam konteks Yesus, menjadi sangat mutlak menentukan dalam menilai autentisitas dari isu-isu historis apapun mengenai Yesus dan kelanjutan paling awal dari gerakannya sesudah dan kendati pun ia sudah dihukum mati. Crossan menegaskan bahwa “metodenya mulai bukan dengan teks, tetapi dengan konteks”, sebab konteks yang diperolehnya akan mendisiplinkannya untuk tidak menafsirkan “data hampir semaunya.”[40] Buku mutakhir Crossan tentang Yesus sejarah, yang direkonstruksinya dengan memakai bantuan arkeologi, telah diterbitkan, dengan ditulis bersama arkeolog Jonathan L. Reed, berjudul Excavating Jesus: Beneath the Stones, Behind the Texts.[41]

Sumbangan bagi Kehidupan Kristen Masa Kini
Sudah pasti bahwa usaha-usaha para pakar dari pelbagai bangsa yang berbiaya mahal untuk meneliti Yesus sejarah selama ini telah dan akan terus memberikan sumbangan-sumbangan penting bagi pembentukan kehidupan Kristen masa kini, kehidupan Kristen perorangan maupun kehidupan gereja-gereja. Berikut ini akan diajukan lima pokok pendahuluan penting yang dihasilkan dari kajian-kajian tentang Yesus sejarah yang akan bisa memberi sumbangan penting bagi pembaruan kehidupan Kristen di masa kini, kehidupan internal maupun kehidupan eksternal. Tentu saja masih banyak pokok penting lainnya yang perlu diperhatikan; tetapi untuk sekarang ini, apa yang diberikan berikut ini cukuplah.

Pentingnya Kata-kata dan Perbuatan-perbuatan Yesus
bagi Perumusan Kristologi Masa Kini
Perlu ditegaskan kembali bahwa gereja-gereja di Indonesia masa kini umumnya masih kuat berpegang pada kredo-kredo atau pengakuan-pengakuan iman yang dirumuskan pada abad-abad empat dan lima, yang perumusannya mengabaikan sama sekali suatu fakta yang sudah sangat tidak bisa terbantahkan bahwa Yesus itu betul-betul seorang manusia di bumi ini, yang kata-kata dan tindakan-tindakannya dapat ditemukan kembali dengan lebih dapat diandalkan melalui kajian-kajian Yesus sejarah.
[42] Pengkajian-pengkajian Yesus sejarah telah memberikan sumbangan penting dan berharga berupa penemuan kembali kekayaan-kekayaan kearifan dan spiritual dari ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan Yesus. Ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan Yesus semasa ia hidup―bukan hanya kematian dan kebangkitannya, dan juga bukan hanya “kepraadaannya”―juga mampu membawa orang ke dalam pengalaman-pengalaman keselamatan, pengalaman pertemuan dengan Allah, Bapa yang diberitakannya, yang mendatangkan pembebasan dan pembaruan hidup. Untuk merumuskan kredo-kredo atau pengakuan-pengakuan iman Kristen dan kristologi-kristologi masa kini, ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan Yesus jelas perlu diperhatikan dengan bersungguh-sungguh. Seperti diingatkan Stephen J. Patterson, “Apa yang membuat Yesus, dan agama Yesus, unik dan mendesak, adalah tidak lain daripada kata-kata yang ia ucapkan dan hal-hal yang ia kerjakan.”[43] Tentu saja, suatu figur Yesus yang muncul dari kajian-kajian Yesus sejarah ini akan secara radikal berbeda dari figur yang ditampilkan oleh bahasa-bahasa konfesional yang termuat di dalam kredo-kredo Kristen zaman abad-abad pertama.[44]

Ada alat-alat bantu yang praktis untuk menemukan mana ucapan-ucapan yang betul-betul Yesus ucapkan, dan mana tindakan-tindakan atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul dilakukan dan dialaminya. Yakni dua buku tebal yang diterbitkan oleh the Jesus Seminar. Seperti sudah dicatat di atas, yang pertama adalah buku The Five Gospels yang kini sudah dilengkapi dengan buku kedua, The Acts of Jesus.[45] Yang pertama, fokusnya adalah ucapan-ucapan Yesus; yang kedua, tindakan-tindakan Yesus.

Dalam buku The Five Gospels, semua ucapan Yesus yang terdapat dalam Injil-injil Markus, Matius, Lukas, Yohanes dan Injil Thomas diberi salah satu warna dari empat warna ini: merah, merah muda, abu-abu, dan hitam. Warna “merah” (red) berarti Yesus pasti mengatakan hal ini atau sesuatu yang sangat menyamai ini; warna “merah muda” (pink) berarti Yesus mungkin sekali mengatakan sesuatu seperti ini; warna “abu-abu” (gray) menunjukkan Yesus tidak mengatakan hal ini, tetapi gagasan-gagasan yang terdapat di dalamnya dekat dengan gagasan-gagasannya sendiri; warna “hitam” (black) menyatakan Yesus sama sekali tidak mengatakan hal ini; ucapan-ucapan yang termuat di situ menampilkan pandangan atau isi dari suatu tradisi yang berbeda atau yang lebih kemudian.
[46] Untuk lebih mudah diingat, warna “merah” dapat diungkapkan sebagai “Itulah Yesus!”; warna “merah muda”, sebagai “Ya, kedengaran seperti Yesus!”; warna “abu-abu” sebagai “Ya, mungkin.”; warna “hitam” sebagai “Telah terjadi kesalahan.”[47] Dalam buku The Acts of Jesus, semua peristiwa dan tindakan Yesus, dan kejadian-kejadian lainnya apa pun yang terjadi dalam kaitan dengan kisah-kisah tentang Yesus, juga diberi warna-warni, seperti dalam The Five Gospels. Selain berisi Injil-injil Markus, Matius, Lukas, Yohanes dan Injil Thomas, The Acts of Jesus memuat juga Injil Q dan Injil Petrus, serta kisah-kisah intrakanonik dan ekstrakanonik tentang kubur kosong, penampakan serta kenaikan Yesus sesudah kematiannya, dan kisah-kisah kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus. Dalam The Acts Jesus, warna “merah” menunjukkan bahwa bagian ini memuat informasi yang kesejarahannya dapat dipercaya dan pasti karena didukung oleh bukti yang berlimpah; warna “merah muda” berarti bahwa bagian ini memuat informasi yang kesejarahannya mungkin dapat dipercaya; informasi ini cocok dengan bukti lain yang dapat diperiksa; warna “abu-abu” menunjukkan bahwa informasi ini mungkin saja tetapi tidak dapat dipercaya, sebab kekurangan bukti pendukung; warna “hitam” menegaskan bahwa informasinya sama sekali tidak mungkin; tidak cocok dengan bukti yang dapat diperiksa; sebagian besar atau seluruhnya fiktif.[48] Tentu saja, sebagai karya-karya ilmiah, kedua buku tebal ini tidak boleh diperlakukan, seperti diingatkan Marcus J. Borg, sebagai kata-kata final yang sudah menyelesaikan segala perkara yang berkaitan dengan Yesus.[49] Paling tidak, kedua buku ini dapat digunakan untuk “menimbulkan kesadaran yang lebih besar di antara warga gereja mengenai penelitian ilmiah terhadap Alkitab dan untuk memulai suatu percakapan serius di antara orang-orang Kristen tentang apa itu Alkitab”; atau, dengan kata lain, kedua buku ini dapat berfungsi sebagai sarana-sarana bagi warga gereja untuk mereka dapat menjadi Kristen sekaligus cerdas dan paham apa itu Alkitab.[50]

Alkitab Harus Dipahami Lain
Metodologi penelitian lintasilmu yang dikembangkan dalam pengkajian Yesus sejarah, prapaham-prapaham yang dipakai mengenai hubungan antara kitab-kitab Injil, kriteria penentuan autentisitas bahan-bahan tentang Yesus, serta pemakaian luas sumber-sumber ekstrakanonik, menimbulkan implikasi-implikasi luas terhadap pemahaman tradisional tentang apa itu Alkitab.
[51] Pandangan bahwa Alkitab adalah firman Tuhan yang tidak bisa berisi kesalahan apapun dalam bidang apa pun, jelas sudah meninggalkan terlalu jauh apa hakikat Alkitab yang sebenarnya itu, yakni kumpulan beranekaragam teologi yang dibuat oleh umat Israel kuno dan gereja-gereja perdana. Pembatasan isi Alkitab dalam 66 kitab sebagai kanon juga harus diperhadapkan pada kenyataan bahwa ada sekian informasi tentang Yesus yang juga bisa diperoleh dari luar Perjanjian Baru. Tentu saja, pembatasan jumlah kitab dalam kanon ada manfaat praktisnya, yakni mencegah kesimpangsiuran sumber-sumber ajaran; tetapi kenyataan bahwa kajian-kajian Yesus sejarah juga memakai sumber-sumber di luar kanon Kitab Suci setidaknya membuat orang dapat bertanya, apakah tidak dimungkinkan bagi gereja-gereja Protestan untuk memperluas sedikit jumlah kitab dalam kanon Kitab Suci mereka.

Superiorisme dan Triumfalisme Kristen Ditumbangkan
Sangat relevan untuk merenungi kembali posisi kekristenan di hadapan agama-agama dunia lainnya. Kalau diperhatikan, ternyata hampir semua ucapan Yesus dalam Injil Yohanes dalam The Five Gospels diberi warna “hitam”; padahal Injil ini adalah Injil yang paling disukai kalangan Kristen superior dan triumfalistis. Hanya Yohanes 4:44 (“Seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri”) diberi warna “merah muda”; Yohanes 12:24-25 diwarnai “abu-abu”; dan Yohanes 13:20 juga mendapat warna “abu-abu.” Nas triumfalistik dan eksklusif seperti Yohanes 14:6 jelas diberi warna “hitam”; artinya Yesus sama sekali tidak mengucapkan kata-kata di situ. Dalam buku yang sama, nas triumfalistis, ekspansionistis dan proselitis Matius 28:18-20 juga diberi warna hitam; artinya nas ini bukan berasal dari Yesus. Data ini menunjukkan bahwa superiorisme, triumfalisme, eksklusivisme dan praktek-praktek proselitisasi Kristen sama sekali tidak berdasar pada kehidupan Yesus dari Nazareth. Selain itu, kajian tentang Yesus sejarah juga berhasil mengungkapkan bahwa Yesus dalam seluruh ajaran dan kehidupannya tidak memberitakan dirinya sendiri, melainkan seluruh pengajaran dan tindakannya dipusatkannya pada pemerintahan atau kerajaan kerahiman Allah yang diberitakan dan diperlihatkannya sedang mendatangi orang banyak yang mengikutnya dan mau menerima undangan-undangannya untuk masuk ke dalam pemerintahan ini. Pemerintahan kerahiman ilahi membentuk jati diri Yesus dari Nazareth. Dengan demikian, dengan berpusat pada pemerintahan kerahiman ilahi ini, dan dengan meninggalkan superiorisme, triumfalisme, eksklusivisme dan praktek-praktek proselitisasi Kristen, setiap orang Kristen masa kini bisa menjadi mitra-mitra yang rendah hati dan terbuka dalam kegiatan-kegiatan dialog antaragama, yang akan bermuara pada usaha-usaha bersama untuk membawa umat manusia di dunia ini ke dalam perjumpaan dengan Allah yang sedang memerintah dalam kerahiman-Nya.

Pentingnya Hidup di Masa Kini dan di Dunia Ini
Kajian-kajian Yesus sejarah yang diadakan oleh the Jesus Seminar telah membuktikan bahwa dalam masa pelayanannya, Yesus dari Nazareth menekankan respon manusia kepada Allah yang sedang memerintah dengan kerahimannya di dalam dunia manusia sekarang ini. Visi eskatologis apokaliptis tentang masuknya manusia ke “surga” sebagai suatu “dunia lain” di masa depan di akhir sejarah dunia, bukanlah visi Yesus sejarah.
[52] Dengan beritanya yang diwujudkan dalam kiprah-kiprahnya bahwa Allah kini sedang memerintah dalam kerahimannya di dunia ini, Yesus telah membetot “surga” dari tempatnya di atas dan di masa depan, lalu membawanya masuk ke dalam dunia bagi kehidupan masa kini. Para pengikut Yesus tidak dimintanya untuk menunggu intervensi akhir Allah di ujung waktu, tetapi didorong untuk ambil-bagian aktif di dalam pemerintahan Allah yang sedang datang dalam dunia ini. Visi etikal Yesus yang semacam ini tentu akan mendorong setiap orang Kristen untuk memandang penting kehidupan di masa kini di dunia ini, sebagai kesempatan berharga satu-satunya untuk mengalami dan meneruskan pengalaman hidup dalam pemerintahan kerahiman Allah. Dunia masa kini sudah begitu dipenuhi banyak persoalan yang sama sekali tidak bisa diselesaikan hanya oleh pandangan ke atas, ke “surga”, yang akan dimasuki di masa depan di akhir sejarah dunia; ini adalah eskapisme dangkal yang egoistik dan kekanak-kanakan. Tetapi persoalan-persoalan dunia ini ini akan dapat dikurangi dengan cukup berarti jika setiap orang Kristen, dalam mengikut Yesus sejarah, menaruh perhatian penuh pada tanggungjawab etikal untuk mendatangkan perbaikan-perbaikan dan perubahan-perubahan dalam dunia ini, seiring dengan pekerjaan kerahiman Allah di dalam dunia ini sekarang ini. Suatu kredo atau pengakuan iman Kristen yang baik adalah suatu kredo yang salah satu unsurnya adalah pengakuan akan pentingnya kehidupan masa kini di dunia ini sekarang ini, yang bukan hanya menekankan kepercayaan pada kebangkitan orang mati di akhir zaman.

Yesus itu manusia, Utusan Allah
Seluruh pengkajian Yesus sejarah bermuara pada ditemukannya kembali Yesus sebagai seorang manusia, yang hidup di Palestina pada pertigaan pertama abad pertama Masehi; Yesus sebagai seorang manusia yang karena menaruh komitmen penuh pada kehadiran Allah dalam dunia masa kini, mengisi kehidupannya dengan menabur kasih dan kerahiman ilahi kepada semua orang, khususnya kepada orang-orang yang dalam masyarakat Yahudi zaman Yesus disingkirkan sebagai orang-orang rendahan dan terbuang. Visi dan program manusia Yesus untuk mendatangkan dan mewujudkan kerahiman dan kerahmanian ilahi bagi semua orang adalah juga visi dan program Islam untuk menebar kerahiman ilahi bagi seluruh alam. Jadi, jika umat Islam di Indonesia berkepentingan untuk makin mengenal manusia yang bernama Isa Al-Masih, maka mereka dan orang-orang Kristen akan bisa membangun hubungan yang lebih bermutu jika orang-orang Kristen juga menaruh perhatian penuh pada Yesus dari Nazaret, yang kata-kata dan perbuatan-perbuatannya sedang ditemukan kembali dalam pengkajian-pengkajian ilmiah terhadap Yesus sejarah.

Catatan-catatan:

[1] Dari kata Jerman Quelle = “sumber”, yaitu Injil yang berisi hanya ucapan-ucapan Yesus, yang digunakan bersama oleh Matius dan Lukas, di samping mereka juga memakai Markus sebagai sumber utama. Isi Q dapat direkonstruksi dari ucapan-ucapan Yesus yang pararel yang terdapat baik dalam Injil Matius maupun dalam Injil Lukas. Di dalam Injil Q, tidak terdapat kisah kesengsaraan dan kisah kebangkitan Yesus. Keselamatan dihayati sebagai pembebasan yang didatangkan oleh ucapan-ucapan hikmat Yesus.

[2] Tentang ini, lihat John P. Meier, A Marginal Jew: Rethinking the Historical Jesus. Volume 1: The Roots of the Problem and the Person (New York, etc.: Doubleday, 1991) 45-47; Gerd Theissen & Annette Merz, The Historical Jesus: A Comprehensive Guide (E.T. by John Bowden; Minneapolis: Fortress Press, 1998) 54f.; lihat juga usaha untuk membandingkan dan mengaitkan Yesus dengan Paulus dalam David Wenham, Paul: Follower of Jesus or Founder of Christianity? (Grand Rapids/Michigan: W. B. Eerdmans, 1995).

[3] Untuk Surat Yakobus, lihat Helmut Koester, Ancient Christian Gospels: Their History and Development (London/Philadelphia: SCM Press/Trinity Press International, 1990) 71-75; untuk 1 Petrus, lihat Koester, Ancient, 64-66.

[4] John P. Meier, A Marginal Jew, 47.

[5] Lih. James M. Robinson, ed., The Nag Hammadi Library in English (revised edition; San Francisco: Harper & Row, 19903) 124-138.

[6] Theissen & Merz, Historical Jesus, 37-41.

[7] Robert W. Funk, Roy A. Hooever and the Jesus Seminar, The Five Gospels. The Search for the Authentic Words of Jesus (Polebridge Press Book; New York/Don Mills, Ontario: Macmillan Publishing Co., 1993).

[8] James M. Robinson, ed., Nag Hammadi Library, 29-37.

[9] James M. Robinson, ed., Nag Hammadi Library, 244-255.

[10] James M. Robinson, ed., Nag Hammadi Library, 208-219; Theissen & Merz, Historical Jesus, 42-43.

[11] Lihat Theissen & Merz, Historical Jesus, 36-37.

[12] Lihat Theissen & Merz, Historical Jesus, 43-51; Robert J. Miller, ed., The Complete Gospels. Annotated Scholars Version (Sonoma, California: Polebridge Press, 1994) 399-421; Wilhelm Schneemelcher & R. McL. Wilson, eds., New Testament Apocrypha. Vol. I: Gospels and Related Writings (Cambridge/ Louisville: James Clarke/ Westminster/ John Knox Press, 1991) 94-95, 96-99, 106-109, 216-227.

[13] Theissen & Merz, Historical Jesus, 51-54.

[14] Tentang tiga Injil Kristen Yahudi ini, lihat Philipp Vielhauer and Georg Stecker, dalam Wilhelm Schneemelcher & R. McL. Wilson, eds., New Testament Apocrypha, 153-178; Robert J. Miller, ed., The Complete Gospels, 425-446.

[15] Tentang ini, lihat Theissen & Merz, Historical Jesus, 56-58.

[16] Lihat: Ulrich H.J. Körtner, Papias von Hierapolis: Ein Beitrag zur Geschichte des frühen Christentums (Göttingen: Vandenhoeck & Ruprecht, 1983) 159, 182-184. Untuk teks lengkap fragmen Papias dalam Eusebius, Hist. Eccl. III, 39.1-17, dan komentar atas teks ini, lihat Josef Khrzinger, Papias von Hierapolis und die Evangelien des Neuen Testaments (Eichstätter Materialien Band 4; Abteilung Philosophie und Theologie; Regensburg: Verlag Friedrich Pustet, 1983) 98-103; Körtner, Papias von Hierapolis, 54-59, 78-79, 114-132, 144-150, 182-184. Teks Papias dalam bahasa Yunani (dari Hist. Eccl. III, 39. 1-7, 14-17) telah dimasukkan ke dalam Synopsis Quattuor Evangeliorum (ed. Kurt Aland; Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1995 (cet. 14) [1963 (cet.1)]) 531.

[17] Tentang tradisi-tradisi mengenai Yesus di dalam surat 1 Klemen yang tidak bergantung kepada Injil-injil Sinoptik, lihat lebih jauh Koester, Ancient, 66-71.

[18] Lihat teks Yunaninya dalam Josephus: Jewish Antiquities, Buku XVIII-XX, diterjemahkan, disunting dan dianotasi Louis H. Feldman (Cambridge, Massachusetts/ London: Harvard Univ. Press/William Heinemann, 1969 [19651]) 48-51, dalam Loeb Classical Library (LCL) 9 (9 vols; diterjemahkan, disunting dan dianotasi oleh Henry St. John Thackeray, Ralph Marcus, Allen Wikgren dan Louis H. Feldman); lihat juga Louis. H. Feldman, “Flavius Josephus Revisited: the Man, His Writings, and His Significance”, Aufstieg und Niedergang der römischen Welt II. 21.2, ed. W. Haase & H. Temporini (Berlin/New York: de Gruyter, 1984) 763-862. Lihat pembahasan perihal otentisitas rujukan-rujukan Yosefus terhadap Yesus ini dalam Theissen & Merz, Historical Jesus, 64-74; Meier, A Marginal Jew, 56-88; idem, “Jesus in Josephus: A Modest Proposal”, Catholic Biblical Quarterly 52 (1990) 76-103, khususnya 81f.; bdk. Zvi Baras, “Testimonium Flavianum: The State of Recent Scholarship”, dalam Michael Avi-Yonah and Zvi Baras (eds), Society and Religion in the Second Temple Period (London: W.H. Allen, 1977) 303-13, 378-85; idem, “The Testimonium Flavianum and the Martyrdom of James” in Louis H. Feldman and Gohei Hata (eds.), Josephus, Judaism and Christianity (Leiden: E.J. Brill, 1987) 338-348, khususnya 339; Steve Mason, Josephus and the New Testament (Peabody, Massachusetts: Hendrickson, 1992) 163-175.

[19] Gabungan tradisi-tradisi lisan para rabbi Yahudi disebut “Mishna” dan tafsiran-tafsiran atas Mishna itu disebut “Gemara”.

[20] Penilaian atas historisitas sumber rabbinik ini, lihat Theissen & Merz, Historical Jesus, 74-76.

[21] Lihat Theissen & Merz, Historical Jesus, 79-84.

[22] Meier, A Marginal Jew, 92.

[23] Tentang pokok ini, lihat antara lain: M. Eugene Boring, “The Historical-Critical Method’s ‘Criteria of Authenticity’: The Beatitudes in Q and Thomas as A Test Case”, Semeia 44 (1988) 9-44; Dennis Polkow, “Method and Criteria for Historical Jesus Research”, Society of Biblical Literature 1987 Seminar Papers No. 26, ed. Kent H. Richards (Atlanta, Georgia: Scholars Press, 1987) 336-356; Robert H. Stein, “The ‘Criteria’ for Authenticity” in R. T. France & David Wenham, eds., Gospel Perspectives: Studies of History and Tradition in the Four Gospels, volume 1 (Sheffield: JSOT, 19832) 225-263; John P. Meier, A Marginal Jew, 167-195.

[24] John D. Crossan, The Historical Jesus: The Life of a Mediterranean Jewish Peasant (New York: HarperCollins, 1992) 427-450.

[25] Tentang ini, lihat juga Crossan, “Divine Immediacy and Human Immediacy: Towards a New First Principle in Historical Jesus Research”, Semeia 44 (1988) 125 [121-140], idem, “Aphorism in Discourse and Narrative”, Semeia 43 (1988) 134 [121-140]; idem, “Materials and Methods in Historical Jesus Research” in Forum 4/4 (1988) 11 [3-24].

[26] Lihat Crossan, The Birth of Christianity: Discovering What Happened in the Years Immediately After the Execution of Jesus (New York: HarperCollins, 1998) 40-46, 211-213; idem, “Historical Jesus as Risen Lord” di dalam Crossan, Luke Timothy Johnson, dan Werner H. Kelber, The Jesus Controversy: Perspectives in Conflict (Harrisburg, PA: 1999) 3; idem, The Dark Interval. Towards a Theology of Story (Niles, Illinois: Argus Communications, 1975) 37; bdk. idem, A Fragile Craft: The Work of Amos Niven Wilder (SBL # 3, Centennial 1980; Chico, CA: Scholar Press, 1981) 69.

[27] “Materials and Methods in Historical Jesus Research,” Forum 4/4 (1988) 10.

[28] John P. Meier, “Dividing Lines in Jesus Research Today” in Interpretation 50/4 (1996) 356 [355-372].

[29] N.T. Wright, “Doing Justice to Jesus. A Response to J. D. Crossan: ‘What Victory? What God?’” dalam Scottish Journal of Theology 50:3 (1997) 363 [ 359-379]; bdk. idem, Jesus and the Victory of God; vol. 2 of Christian Origins and the Question of God (Minneapolis: Fortress, 1996) 51, 51n. 107. Buku ini telah dipopularisasikan dengan judul The Challenge of Jesus. Rediscovering Who Jesus Was and Is (Downers Grove, Illinois: IVP, 1999); lihat juga Wright, Who Was Jesus? (London: SPCK, 19932 [1992]) khususnya 93-103.

[30] M. Eugene Boring, “The ‘Third Quest’ and the Apostolic Faith,” 347.

[31] John S. Kloppenborg Verbin, “The Life and Sayings of Jesus” in The New Testament Today, ed. Mark Allan Powell (Louisville: Westminster John Knox Press, 1999) 18. Demikian pula, Kloppenborg menyatakan bahwa tidak ada “hubungan unidireksional antara fase teknis memilah-milah tradisi tentang Yesus sejarah dan usaha-usaha rekonstruksi untuk menghasilkan potret-potret gabungan; dalam praktek yang sebenarnya, orang tidak pernah masuk ke dalam fase teknis ini tabula rasa, dan, sebaliknya, hasil-hasil dari kritik sejarah memiliki potensi untuk memengaruhi komitmen-komitmen ideologis seseorang.” (28 n. 37).

[32] Crossan in Who Is Jesus? Answers to Your Questions about the Historical Jesus (Louisville, Kentucky: Westminster John Knox Press,1996) 142.

[33] Crossan, Birth of Christianity, 39.

[34] Crossan, Raid on the Articulate. Comic Eschatology in Jesus and Borges (New York, etc.: Harper & Row, 1976) 43-50. Lihat juga, Crossan, Finding Is the First Act: Trove Folktales and Jesus’ Treasure Parable (Semeia Supplements 9. Philadelphia/ Missoula: Fortress Press/Scholar Press, 1979) 4; idem, The Dark Interval. Towards a Theology of Story (Niles, Illinois: Argus Communications, 1975) 38-50.

[35] Historical Jesus, xxviii-xxxiv.

[36] Historical Jesus, xxix.

[37] Crossan, Finding Is the First Act.

[38] Crossan, In Parables: The Challenge of the Historical Jesus (New York: Haper & Row, 19731; Sonoma, California: Polebridge Press, 1992) 37, 38, 53, 81.

[39] Crossan, In Fragments. The Aphorisms of Jesus (San Francisco: Harper & Row, 1983), khususnya 29-34.

[40] Birth of Christianity, 213.

[41] Crossan and Jonathan L. Reed, Excavating Jesus: Beneath the Stones, Behind the Texts (SanFrancisco: HarperSanFrancisco, 2001).

[42] Bdk. Charles W. Hedrick, “The ‘Good News’ about the Historical Jesus”, dalam the Jesus Seminar, The Historical Jesus Goes to Church (Santa Rosa, CA: Polebridge Press, 2004) 95 [91-103].

[43] Stephen J. Patterson, “If You Give a Mouse a Cookie ... What the Quest Holds in Store for the Church” dalam the Jesus Seminar, Historical Jesus Goes, 40 [31-41, 124-125].

[44] Roy W. Hoover, “The Art of Gaining and Losing Everything” di dalam the Jesus Seminar, Historical Jesus Goes, 16 [11-29, 123-124].

[45] Robert W. Funk dan the Jesus Seminar, The Acts of Jesus: What Did Jesus Really Do? The Search for the Authentic Deeds of Jesus (SanFrancisco: HarperSanFrancisco, 1998).

[46] Robert J. Miller, The Jesus Seminar and Its Critics (Santa Rosa, CA: Polebridge Press, 1999) 48; Funk dan the Jesus Seminar, Five Gospels, 36.

[47] Funk dan the Jesus Seminar, Five Gospels, 37; Marcus J. Borg, “The Jesus Seminar and the Church”, bab 8 dari bukunya, Jesus in Contemporary Scholarship (Harrisburg, PA: Trinity Press International) 162.

[48] Funk dan the Jesus Seminar, Acts of Jesus, 36-37.

[49] Marcus J. Borg, Jesus in Contemporary Scholarship, 172.

[50] Marcus J. Borg, Jesus in Contemporary Scholarship, 178.

[51] Lihat Stephen J. Patterson, “If You Give a Mouse a Cookie” dalam the Jesus Seminar, Historical Jesus Goes, 32-35 [31-41, 124-125].

[52] Perdebatan tentang pokok ini antara para pakar dalam the Jesus Seminar dan seorang pakar lain di luarnya, lihat Robert J. Miller, ed., The Apocalyptic Jesus: A Debate (Santa Rosa, CA: Polebridge Press, 2001).
Sumber : http://www.ioanesrakhmat.com/2008/02/seluk-beluk-studi-yesus-sejarah.html


Asal-usul Penetapan 25 Desember sebagai Hari Kelahiran Yesus Kristus

oleh Ioanes Rakhmat

(Versi diperpendek tulisan ini terbit di koran Jurnal Nasional 24 Desember 2009 di rubrik Opini; atau klik di sini)

Sesungguhnya, tidak seorang pun tahu kapan persisnya Yesus dari Nazaret dilahirkan ke dalam dunia ini. Tidak ada suatu Akta Kelahiran zaman kuno yang menyatakan dan membuktikan kapan dia dilahirkan. Tidak ada seorang saksi hidup yang bisa ditanyai.

Berlainan dari tuturan kisah-kisah kelahiran Yesus yang dapat dibaca dalam pasal-pasal permulaan Injil Matius dan Injil Lukas, sebetulnya pada waktu Yesus dilahirkan, bukan di Betlehem, tetapi di Nazaret, tidak banyak orang menaruh perhatian pada peristiwa ini. Paling banyak, ya selain ayah dan ibunya, beberapa tetangganya juga ikut sedikit disibukkan oleh kelahirannya ini, di sebuah kampung kecil di provinsi Galilea, kampung Nazaret yang tidak penting.

Baru ketika Yesus sesudah kematiannya diangkat menjadi sang Mesias Kristen agung oleh gereja perdana, atau sudah dipuja dan disembah sebagai sang Anak Allah, Raja Yahudi, dan Juruselamat, disusunlah kisah-kisah kelahirannya sebagai kelahiran seorang besar yang luar biasa, seperti kita dapat baca dalam pasal-pasal awal Injil Matius dan Injil Lukas (keduanya ditulis sekitar tahun 80-85 M). Penulis Injil Kristen tertua intrakanonik, yakni Injil Markus (ditulis tahun 70 M), sama sekali tidak memandang penting untuk menyusun sebuah kisah kelahiran Yesus.

Dalam tuturan penulis Injil Lukas, kelahiran Yesus diwartakan sebagai kelahiran seorang tokoh Yahudi yang menjadi pesaing Kaisar Agustus, yang sama ilahi dan sama berkuasanya, yang kelahiran keduanya ke dalam dunia merupakan “kabar baik” (euaggelion) untuk seluruh bangsa karena keduanya adalah “Juruselamat” (sōtēr) dunia (bdk Lukas 2:10,11 dan prasasti dekrit Majelis Provinsi Asia tentang Kaisar Agustus yang dikeluarkan tahun 9 M). Dalam tuturan penulis Injil Matius, kanak-kanak Yesus yang telah dilahirkan, yang diberitakan sebagai kelahiran seorang Raja Yahudi, telah menimbulkan kepanikan pada Raja Herodes Agung yang mendorongnya untuk memerintahkan pembunuhan semua anak di Betlehem yang berusia dua tahun ke bawah (Matius 2:2, 3, 16).

Dalam kisah-kisah kelahiran Yesus dalam kedua injil inipun, bahkan dalam seluruh Perjanjian Baru, tidak ada suatu catatan historis apapun yang menyatakan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Jika demikian, bagaimana tanggal 25 Desember bisa ditetapkan sebagai hari kelahiran Yesus, hari Natal? Dalam kebudayaan kuno Yahudi-Kristen dan Yunani-Romawi, ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan hari kelahiran Yesus.

Cara pertama

Seperti dicatat dalam dokumen Yahudi Rosh Hashana (dari abad kedua), sudah merupakan suatu kelaziman di kalangan Yahudi kuno untuk menyamakan hari kematian dan hari kelahiran bapak-bapak leluhur Israel. Dengan sedikit dimodifikasi, praktek semacam ini diikuti oleh orang-orang Kristen perdana ketika mereka mau menetapkan kapan Yesus Kristus dilahirkan. Sebetulnya, praktek semacam ini berlaku hampir universal dalam orang menetapkan hari kelahiran tokoh-tokoh besar dunia yang berasal dari zaman kuno. Dalam kepercayaan para penganut Buddhisme, misalnya, hari kelahiran, hari pencapaian pencerahan (samma sambuddha) dan hari kematian (parinibbana) Siddharta Gautama sang Buddha dipandang dan ditetapkan (pada tahun 1950 di Sri Langka) terjadi pada hari yang sama, yakni Hari Waisak atau Hari Trisuci Waisak.

Ketika orang-orang Kristen perdana membaca dan menafsirkan Keluaran 34:26b (bunyinya, “Janganlah engkau memasak anak kambing dalam susu induknya”), mereka menerapkannya pada Yesus Kristus. “Memasak anak kambing” ditafsirkan oleh mereka sebagai saat orang Yahudi membunuh Yesus; sedangkan frasa “dalam susu induknya” ditafsirkan sebagai hari pembenihan atau konsepsi Yesus dalam rahim Bunda Maria. Dengan demikian, teks Keluaran ini, setelah ditafsirkan secara alegoris, menjadi sebuah landasan skriptural untuk menetapkan bahwa hari kematian Yesus sama dengan hari pembenihan janin Yesus dalam kandungan ibunya, sekaligus juga untuk menuduh orang Yahudi telah bersalah melanggar firman Allah dalam teks Keluaran ini ketika mereka membunuh Yesus.

Kalau kapan persisnya hari kelahiran Yesus tidak diketahui siapapun, hari kematiannya bisa ditentukan dengan cukup pasti, yakni 14 Nisan dalam penanggalan Yahudi kuno, dan ini berarti 25 Maret dalam kalender Gregorian. Sejumlah bapak gereja, seperti Klemen dari Aleksandria, Lactantius, Tertullianus, Hippolytus, dan juga sebuah catatan dalam dokumen Acta Pilatus, menyatakan bahwa hari kematian Yesus jatuh pada tanggal 25 Maret. Demikian juga, Sextus Julianus Afrikanus (dalam karyanya Khronografai, terbit tahun 221), dan Santo Agustinus (menulis antara tahun 399 sampai 419), menetapkan 25 Maret sebagai hari kematian Yesus. Dengan demikian, hari pembenihan janin Yesus dalam rahim Maria juga jatuh juga pada 25 Maret.

Kalau 9 bulan ditambahkan pada hari konsepsi Yesus ini, maka hari kelahiran Yesus adalah 25 Desember. Sebuah traktat yang mendaftarkan perayaan-perayaan besar keagamaan, yang ditulis di Afrika dalam bahasa Latin pada tahun 243, berjudul De Pascha Computus, menyebut tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Hippolytus, dalam Tafsiran atas Daniel 4:23 (ditulis sekitar tahun 202), menyebut tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Sebuah karya yang ditulis dengan tangan, dalam bahasa Latin, pada tahun 354 di kota Roma, yang berjudul Khronografi, juga menyebut 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus.

Meskipun banyak dokumen dari abad ketiga sampai abad keempat menyebut tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, tidak semua orang pada waktu itu menyetujui adanya perayaan hari Natal. Origenes, teolog Kristen dari Aleksandria, misalnya, dalam karyanya Homili atas Kitab Imamat, menyatakan bahwa “hanya orang-orang berdosa seperti Firaun dan Raja Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka.” Begitu juga, seorang penulis Kristen bernama Arnobus pada tahun 303 memperolok gagasan untuk merayakan hari kelahiran dewa-dewi.

Pada sisi lain, kalangan Montanus menolak kalau kematian Yesus jatuh pada 25 Maret; bagi mereka Yesus wafat pada 6 April. Dengan demikian 6 April juga hari konsepsi Yesus dalam kandungan Maria, ibunya. Kalau setelah 6 April ditambahkan 9 bulan, maka hari kelahiran Yesus jatuh pada 6 Januari. Di kalangan Gereja Timur (yang berbahasa Yunani), berbeda dari Gereja Barat (yang berbahasa Latin), hari Natal tidak dirayakan pada 25 Desember, tetapi pada 6 Januari.

Cara kedua

Sebelum kekristenan lahir dan tersebar di seantero kekaisaran Romawi dan kemudian dijadikan satu-satunya agama resmi (religio licita) kekaisaran melalui dekrit Kaisar Theodosius pada tahun 381, orang Romawi melakukan penyembahan kepada Matahari (= heliolatri).

Dalam heliolatri ini, Dewa Matahari atau Sol menempati kedudukan tertinggi dan ke dalam diri Dewa Sol ini terserap dewa-dewa lainnya yang juga disembah oleh banyak penduduk kekaisaran, antara lain Dewa Apollo (dewa terang), Dewa Elah-Gabal (dewa matahari Syria) dan Dewa Mithras (dewa perang bangsa Persia).

Heliolatri, yakni pemujaan dan penyembahan kepada Dewa Sol sebagai Dewa Tertinggi, menjadi sebuah payung politik-keagamaan untuk mempersatukan seluruh kawasan kekaisaran Romawi yang sangat luas, dengan penduduk besar yang menganut berbagai macam agama dan mempercayai banyak dewa.

Pada tahun 274 oleh Kaisar Aurelianus Dewa Sol ditetapkan secara resmi sebagai Pelindung Ilahi satu-satunya atas seluruh kekaisaran dan atas diri sang Kaisar sendiri dan sebagai Kepala Panteon Negara Roma. Menyembah Dewa Sol sebagai pusat keilahian berarti menyentralisasi kekuasaan politik pada diri sang Kaisar Romawi yang dipandang dan dipuja sebagai titisan atau personifikasi Dewa Sol sendiri.

Dalam heliolatri ini tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai hari perayaan religius utama untuk memuja Dewa Sol, hari perayaan yang harus dirayakan di seluruh kekaisaran Romawi.
Pada saat winter solstice, saat musim dingin ketika matahari (Latin: sol) tampak diam tak bergeming (Latin: sistere) di titik terendah di kaki langit Eropa sejak tanggal 21 Desember, pada tanggal 25 Desember matahari mulai sedikit terangkat dari kaki langit dan mulai sedikit demi sedikit beranjak naik ke atas, seolah sang Sol ini hidup atau lahir kembali. Peristiwa astronomikal ini ditafsir secara religius sebagai saat Dewa Sol tak terkalahkan, bangkit dari kematian, yang dalam bahasa Latinnya disebut sebagai Sol Invictus (=Matahari Tak Terkalahkan). Dengan demikian, tanggal 25 Desember dijadikan sebagai Hari Kelahiran Dewa Sol Yang Tak Terkalahkan, Dies Natalis Solis Invicti. Karena Kaisar dipercaya sebagai suatu personifikasi Dewa Sol, maka sang Kaisar Romawi pun menjadi Sang Kaisar atau Sang Penguasa Tak Terkalahkan, Invicto Imperatori, seperti diklaim antara lain oleh Kaisar Septemius Severus yang wafat pada tahun 211.

Nah, ketika kekristenan disebarkan ke seluruh kekaisaran Romawi, para pemberita injil dan penulis Kristen, sebagai suatu taktik misiologis mereka, mengambil alih gelar Sol Invictus dan mengenakan gelar ini kepada Yesus Kristus sehingga Yesus Kristus menjadi Matahari Tak Terkalahkan yang sebenarnya. Mereka memakai teks-teks Mazmur 19:5c-6 (“Ia memasang kemah di langit untuk Matahari yang keluar bagaikan Pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya.”), Maleakhi 4:2 (“… bagimu akan terbit Surya Kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya.”) dan Lukas 1:78-19 (“Oleh rakhmat dan belas kasihan Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya Pagi dari tempat yang tinggi.”) sebagai landasan skriptural untuk menjadikan Yesus Kristus sebagai Sol Invictus yang sebenarnya.

Dengan jadinya Yesus Kristus sebagai Sol Invictus baru, maka tanggal 25 Desember sebagai hari natal Dewa Sol juga dijadikan hari Natal Yesus Kristus. Seorang penulis Kristen perdana, Cyprianus, menyatakan, “Oh, betapa ajaibnya: Allah Sang Penjaga, Pemelihara dan Penyelenggara telah menjadikan Hari Kelahiran Matahari sebagai hari di mana Yesus Kristus harus dilahirkan.” Demikian juga, Yohanes Krisostomus, dalam khotbahnya di Antikohia pada 20 Desember 386 (atau 388), menyatakan, “Mereka menyebutnya sebagai ‘hari natal Dia Yang Tak Terkalahkan’. Siapakah yang sesungguhnya tidak terkalahkan, selain Tuhan kita…?”

Selanjutnya, mulai dari Kaisar Konstantinus yang (menurut sebuah mitologi Romawi) pada 28 Oktober 312 melihat sebuah tanda salib dan sebuah kalimat In Hoc Signo Vinces (=“Dengan tanda ini, kamu menang”) di awan-awan, perayaan keagamaan yang memuja Sol Invictus pada 25 Desember diubah menjadi perayaan keagamaan untuk merayakan hari Natal Yesus Kristus. Dengan digantinya Dewa Sol dengan Yesus Kristus sebagai Sol Invictus yang sejati, dan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal Yesus Kristus, sang Kaisar berhasil mengonsolidasi dan mempersatukan seluruh wilayah negara Roma yang di dalamnya warga yang terbesar jumlahnya adalah orang Kristen, yang, menurut Eusebius, adalah warga “Gereja Katolik yang sah dan paling kudus” (Eusebius, Historia Ecclesiastica 10.6).

Dan sejak itu juga, para uskup/paus sama-sama mengendalikan seluruh kekaisaran Roma di samping sang Kaisar sendiri; ini melahirkan apa yang disebut Kaisaropapisme. Kalau sebelumnya heliolatri menempatkan Dewa Sol sebagai Kepala Panteon yang menguasai seluruh dewa-dewi yang disembah dalam seluruh negara Romawi dan sebagai pusat kekuasaan politik, maka ketika Yesus Kristus sudah menjadi Sol Invictus pengganti, sang Kristus inipun mulai digambarkan sebagai sang Penguasa segalanya (=Pantokrator), yang telah menjadi sang Pemenang (=Kristus Viktor) di dalam seluruh kekaisaran Romawi.

Penutup

Jelas sudah, tanggal 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Seperti telah dinyatakan pada awal tulisan ini, kembali perlu ditekankan bahwa sesungguhnya tidak ada seorang pun di dunia pada zaman kuno dan pada masa kini mengetahui kapan persisnya Yesus dari Nazaret dilahirkan. Ketika Yesus baru dilahirkan, dia bukanlah seorang penting apapun. Hanya beberapa orang saja yang memedulikannya. Hanya ketika dia sudah diangkat menjadi sang Kristus gereja dan dipercaya sebagai sang Juruselamat dunia, dia baru menjadi penting dan kisah-kisah hebat tentang kelahirannya pun disusun.

Pada zaman gereja awal dulu, orang tidak sepakat kapan persisnya Yesus dilahirkan, meskipun berbagai cara penghitungan telah diajukan; dan juga orang tidak selalu sependapat bahwa hari kelahiran Yesus Kristus perlu dirayakan. Siapapun, dengan suatu pertimbangan teologis kultural, pada masa kini dapat menetapkan sendiri hari Natal Yesus Kristus buat dirinya dan buat komunitas gerejanya. Sebetulnya, cara merayakan Natal Yesus Kristus yang sebenarnya adalah dengan menjelmakan kembali dirinya, terutama bela rasanya, dalam seluruh gerak kehidupan orang yang menjadi para pengikutnya di masa kini.

Sumber http://www.ioanesrakhmat.com/

DARI DIMENSI NOL KE DIMENSI 6


Dari Dimensi Nol ke Dimensi 6 (Dimensi Roh)

By brother in His name: Bode Haryanto Tarigan

Pendahuluan

Artikel ini menceritakan ide bahwa manusia telah dirancang Tuhan dari sejak didalam kandungan, hingga menjadi manusia (dari dimensi nol ke 3) manusia hidup di dimensi 3; hidup dalam ruang dan waktu. Dan di dalam Yesus, manusia dapat mengalahkan waktu (dimensi 4), yaitu mengalahkan kematian. Menjadi manusia-roh (dimensi 5/dimensi spt cahaya/nur) dan naik ke surga (dimensi 6/dimensi Tuhan).

Bagi pembaca yang belum mengetahui hal pendekatan dimensi dapat dibaca di http://filsafat.kompasiana.com/2010/01/23/teori-dimensi-dan-ketuhanan-alam-roh/

Ilustrasi seorang bayi: Nadi lagi belajar merangkak, koleksi pribadi.

Dari Dimensi Nol ke Dimensi 3

Didalam mazmur pujian raja Daud (King David) yaitu Mazmur 139: 13 mengatakan, Tuhan menenun manusia sejak dari dalam kandungan, menenun adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan baris demi baris, matrix demi matrix, seorang penenun melakukan setiap langkah dengan hati-hati dan teratur berdasarkan pola warna dan desain yang diinginkan. Tuhan menenun manusia berarti Tuhan mengetahu manusia disetiap helai sel manusia bahkan hingga ke setiap gen manusia. Tuhan merancang manusia dengan berbagai bentuk hitam putih, kuning, merah dan kombinasi dari itu semua.

Secara dimensi dapat diartinya Tuhan/Allah bekerja mempersiapkan seorang manusia sejak dari nol, sejak dari ayah dan ibunya. Saat terjadi hubungan itu, kemudia bertemu sperma dan indung telur, lalu hasil pembuahan menjadi janin, kemudia bertumbuh besar dan menjadi seorang bayi/manusia. Manusia itu bertumbuh di dalam dimensi ruang dan waktu. Dari paragraf di atas dapat diartikan bahwa Tuhan menciptakan manusia dari dimensi nol hingga menjadi manusia di dimensi tiga (3). Tuhan merancang orang yang berkenan dihadapannya dari Bapak dan Ibunya dan ini terjadi pada banyak orang didalam alkitab diantaranya seperti Samuel, Yohanes Pembabtis dan Yesus, juga kepada setiap orang yang berkenan dihadapan Tuhan.

Dari Dimensi 3 ke Dimensi 6

Dalam kebangkitan Yesus, manusia mengenal kebangkitan daging/tubuh. Namun itu bukan sembarang Tubuh, itu adalah Tubuh-roh, karena setelah kebangkitan Yesus dapat mengalahkan Ruang. Manusia- roh spt Yesus yang bangkit yang mengalahkan ruang dapat didefenisikan berada dalam dimensi 5.

Ilustrasi Yesus bertemu murid-murid setelah bangkit.

Setelah bangkit dan beraktifitas kembali, dimana murid-murid berkumpul didalam suatu ruangan yang terkunci, tiba-tiba Yesus hadir entah dari mana. Dapat dibayangkan Yesus saat itu memiliki dimensi seperti hantu yang dapat memasuki ruangan dengan bebas. Dalam dimensi ini Yesus hanya 40 hari saja, menanti dimuliakan oleh Allah/Bapa.

Yesus akan naik ke surga setelah 40 hari kebangkitannya, yang dikenal dengan kenaikan Isa Almaseh. Yesus naik ke surga masuk ke dimensi Roh, ke dimensi Tuhan yang adalah Roh (Allah adalah Roh adanya). Yesus berubah dari manusia-roh menjadi roh adanya. Yesus masuk ke dimensi Tuhan adalah masuk ke dimensi ABADI karena dimensi ROH MENGALAHKAN RUANG DAN WAKTU. Naik kesurga menjadi ke dimensi 6 (minimal dimensi 6) menjadi satu dengan Bapa secara Ro-Roh (Komunitas Tuhan). Dikatakan mengalahkan ruang dan waktu karena tenyata TUHAN yang ada di dalam surga, juga berada didalam hati orang yang berkenan kepadaNya. Tuhan ada disetiap ruang dan waktu yang berkenan kepadaNya.

Ilustrasi Yesus Naik ke Surga

Kesimpulan

Hal ini menunjukkan didalam kehidupan manusia dan di dalam Yesus, bahwa 1. Manusia adalah rancangan yang khas. 2. Manusia dikenal Tuhan dari sejak kandungan (bagi yang berkenan dihadapanNya) 3. Manusia dirancang dari dimensi nol ke dimensi 6. Dari penciptaan manusia sampai kekehidupan yang kekal/kedimensi rohani.
Baca juga http://filsafat.kompasiana.com/2010/03/26/cerita-alkitab-tentang-akhir-zaman/



1 komentar:

  1. DEKLARASI PERANG PENEGAKKAN DINUL ISLAM
    DISELURUH DUNIA
    Bismillahir Rahmanir Rahiim
    Dengan Memohon Perlindungan dan Izin
    Kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
    Rabb Pemelihara dan Penguasa Manusia,
    Raja Manusia yang Berhak Disembah Manusia.
    Rabb Pemilik Tentara Langit dan Tentara Bumi


    Pada Hari Ini : Yaumul Jum'ah 6 Jumadil Akhir 1436H
    Markas Besar Angkatan Perang
    Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu

    Mengeluarkan Pengumuman kepada
    1. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Afrika
    2. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Eropa
    3. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Asia
    4. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Asia Tenggara
    5. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Amerika
    6. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Australia
    7. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di Kutup Utara
    8. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di Kutup Selatan
    9. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) diseluruh Dunia

    PENGUMUMAN DEKLARASI PERANG SEMESTA
    Terhadap Seluruh Negara yang Tidak
    Menggunakan Hukum Berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.
    Perang Penegakkan Dinuel Islam ini Berlaku disemua Pelosok Dunia.

    MULAI HARI INI
    YAUMUL JUM'AH 6 JUMADIL AKHIR 1436H
    BERLAKULAH PERANG AGAMA
    BERLAKULAH PERANG DINUL ISLAM ATAS DINUL BATHIL
    BERLAKULAH HUKUM PERANG ISLAM DISELURUH DUNIA
    MEMBUNUH DAN TERBUNUH FISABILILLAH

    "Dan BUNUHLAH mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan USIRLAH mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.”
    (Q.S: al-Baqarah: 191-193).

    BUNUH SEMUA TENTARA , POLISI, INTELIJEN , MILISI SIPIL ,HAKIM DAN
    BUNUH SEMUA PEJABAT SIPIL Pemerintah Negara Yang Memerintah dengan Hukum Buatan Manusia (Negara Kufar).

    BUNUH SEMUA MEREKA-MEREKA MENDUKUNG NEGARA-NEGARA KUFAR DAN MELAKUKAN PERMUSUHAN TERHADAP ISLAM.
    JANGAN PERNAH RAGU MEMBUNUH MEREKA sebagaimana mereka tidak pernah ragu untuk MEMBUNUH, MENGANIAYA DAN MEMENJARAKAN UMMAT ISLAM YANG HANIF.

    INTAI, BUNUH DAN HANCURKAN Mereka ketika mereka sedang ada dirumah mereka jangan diberi kesempatan lagi.
    GUNAKAN SEMUA MACAM SENJATA YANG ADA DARI BOM SAMPAI RACUN YANG MEMATIKAN.

    JANGAN PERNAH TAKUT KEPADA MEREKA, KARENA MEREKA SUDAH SANGAT KETERLALUAN MENENTANG ALLAH AZZIZUJ JABBAR , MENGHINA RASULULLAH SAW, MENGHINA DAN MEMPERBUDAK UMMAT ISLAM.
    BIARKAN MEREKA MATI SEPERTI KELEDAI KARENA MEREKA ADALAH THOGUT DAN PENYEMBAH THOGUT

    HANCURKAN LULUHKAN SEMUA PENDUKUNG PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA KUFAR
    DARI HULU HINGGA HILIR


    HANYA SATU UNTUK KATA UNTUK BERHENTI PERANG,
    MEREKA MENYERAH DAN MENJADI KAFIR DZIMNI.
    DAN BERDIRINYA KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH.
    KHALIFAH IMAM MAHDI.

    Kemudian jika mereka berhenti dari memusuhi kamu, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
    Maha Penyayang.

    Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan sehingga ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.
    Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu),
    maka tidak ada permusuhan (lagi),
    kecuali terhadap orang-orang yang zalim.
    Al-Baqarah : 192-193

    SAMPAIKAN PESAN INI KESELURUH DUNIA,
    KEPADA SEMUA ORANG YANG BELUM TAHU ATAU BELUM MENDENGAR

    MARKAS BESAR ANGKATAN PERANG
    KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
    PANGLIMA ANGKATAN PERANG PANJI HITAM
    Kolonel Militer Syuaib Bin Sholeh

    BalasHapus