Sabtu, 01 Mei 2010

MANUSIA & ALAM

Manusia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.

Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.

Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.

Tokoh adalah istilah untuk orang yang tenar (misalnya 'tokoh politik', 'tokoh yang tampil dalam film', 'tokoh yang menerima penghargaan', dll).

Biologi

?Manusia[1]
Rentang fosil: 0.2–0 Ma
Pleistocene - belakangan ini
Manusia berjenis kelamin laki- laki dan perempuan
Manusia berjenis kelamin laki- laki dan perempuan
Status konservasi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mamalia
Ordo: Primate
Famili: Hominidae
Upafamili: Homininae
Bangsa: Hominini
Genus: Homo
Spesies: H. sapiens
Nama trinomial
Homo sapiens sapiens
Linnaeus, 1758

Ciri-ciri Fisik

Dalam biologi, manusia biasanya dipelajari sebagai salah satu dari berbagai spesies di muka Bumi. Pembelajaran biologi manusia kadang juga diperluas ke aspek psikologis serta ragawinya, tetapi biasanya tidak ke kerohanian atau keagamaan. Secara biologi, manusia diartikan sebagai hominid dari spesies Homo sapiens. Satu-satunya subspesies yang tersisa dari Homo Sapiens ini adalah Homo sapiens sapiens. Mereka biasanya dianggap sebagai satu-satunya spesies yang dapat bertahan hidup dalam genus Homo. Manusia menggunakan daya penggerak bipedalnya (dua kaki) yang sempurna. Dengan ada nya kedua kaki untuk menggerakan badan, kedua tungkai depan dapat digunakan untuk memanipulasi obyek menggunakan jari jempol (ibu jari).

Rata-rata tinggi badan perempuan dewasa Amerika adalah 162 cm (64 inci) dan rata-rata berat 62 kg (137 pound). Pria umumnya lebih besar: 175 cm (69 inci) dan 78 kilogram (172 pound). Tentu saja angka tersebut hanya rata rata, bentuk fisik manusia sangat bervariasi, tergantung pada faktor tempat dan sejarah. Meskipun ukuran tubuh umumnya dipengaruhi faktor keturunan, faktor lingkungan dan kebudayaan juga dapat mempengaruhinya, seperti gizi makanan.

Anak manusia lahir setelah sembilan bulan dalam masa kandungan, dengan berat pada umumnya 3-4 kilogram (6-9 pound) dan 50-60 centimeter (20-24 inci) tingginya. Tak berdaya saat kelahiran, mereka terus bertumbuh selama beberapa tahun, umumnya mencapai kematangan seksual pada sekitar umur 12-15 tahun. Anak laki-laki masih akan terus tumbuh selama beberapa tahun setelah ini, biasanya pertumbuhan tersebut akan berhenti pada umur sekitar 18 tahun.


Sebuah kerangka manusia.

Warna kulit manusia bervariasi dari hampir hitam hingga putih kemerahan. Secara umum, orang dengan nenek moyang yang berasal dari daerah yang terik mempunyai kulit lebih hitam dibandingkan dengan orang yang bernenek-moyang dari daerah yang hanya mendapat sedikit sinar matahari. (Namun, hal ini tentu saja bukan patokan mutlak, ada orang yang mempunyai nenek moyang yang berasal dari daerah terik dan kurang terik; dan orang-orang tersebut dapat memiliki warna kulit berbeda dalam lingkup spektrumnya.) Rata-rata, wanita memiliki kulit yang sedikit lebih terang daripada pria.

Perkiraan panjang umur manusia pada kelahiran mendekati 80 tahun di negara-negara makmur, hal ini bisa tercapai berkat bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jumlah orang yang berumur seratus tahun ke atas di dunia diperkirakan berjumlah [1] sekitar 50,000 pada tahun 2003. Rentang hidup maksimal manusia diperhitungkan sekitar 120 tahun.

Sementara banyak spesies lain yang punah, Manusia dapat tetap eksis dan berkembang sampai sekarang. Keberhasilan mereka disebabkan oleh daya intelektualnya yang tinggi, tetapi mereka juga mempunyai kekurangan fisik. Manusia cenderung menderita obesitas lebih dari primata lainnya. Hal ini sebagian besar disebabkan karena manusia mampu memproduksi lemak tubuh lebih banyak daripada keluarga primata lain. Karena manusia merupakan bipedal semata (hanya wajar menggunakan dua kaki untuk berjalan), daerah pinggul dan tulang punggung juga cenderung menjadi rapuh, menyebabkan kesulitan dalam bergerak pada usia lanjut. Juga, manusia perempuan menderita kerumitan melahirkan anak yang relatif (kesakitan karena melahirkan hingga 24 jam tidaklah umum). Sebelum abad ke-20, melahirkan merupakan siksaan berbahaya bagi beberapa wanita, dan masih terjadi di beberapa lokasi terpencil atau daerah yang tak berkembang di dunia saat ini.

Ciri-Ciri Mental

Banyak manusia menganggap dirinya organisme terpintar dalam kerajaan hewan, meski ada perdebatan apakah cetaceans seperti lumba-lumba dapat saja mempunyai intelektual sebanding. Tentunya, manusia adalah satu-satunya hewan yang terbukti berteknologi tinggi. Manusia memiliki perbandingan massa otak dengan tubuh terbesar di antara semua hewan besar (Lumba-lumba memiliki yang kedua terbesar; hiu memiliki yang terbesar untuk ikan; dan gurita memiliki yang tertinggi untuk invertebrata). Meski bukanlah pengukuran mutlak (sebab massa otak minimum penting untuk fungsi "berumahtangga" tertentu), perbandingan massa otak dengan tubuh memang memberikan petunjuk baik dari intelektual relatif. (Carl Sagan, The Dragons of Eden, 38)

Kemampuan manusia untuk mengenali bayangannya dalam cermin, merupakan salah satu hal yang jarang di temui dalam kerajaan hewan. Manusia adalah satu dari empat spesies yang lulus tes cermin untuk pengenalan pantulan diri - yang lainnya adalah simpanse, orang utan, dan lumba-lumba. Pengujian membuktikan bahwa sebuah simpanse yang sudah bertumbuh sempurna memiliki kemampuan yang hampir sama dengan seorang anak manusia berumur empat tahun untuk mengenali bayangannya di cermin.

Pengenalan pola (mengenali susunan gambar dan warna serta meneladani sifat) merupakan bukti lain bahwa manusia mempunyai mental yang baik.

Kemampuan mental manusia dan kepandaiannya, membuat mereka, menurut Pascal, makhluk tersedih di antara semua hewan. Kemampuan memiliki perasaan, seperti kesedihan atau kebahagiaan, membedakan mereka dari organisme lain, walaupun pernyataan ini sukar dibuktikan menggunakan tes hewan. Keberadaan manusia, menurut sebagian besar ahli filsafat, membentuk dirinya sebagai sumber kebahagiaan.

Lihat pula Berpikir, IQ, Ingatan, Penemuan, IPA, Filsafat, Pengetahuan, Pendidikan, Kesadaran

Habitat

Pandangan konvesional dari evolusi manusia menyatakan bahwa manusia berevolusi di lingkungan dataran sabana di Afrika. (lihat Evolusi manusia). Teknologi yang disalurkan melalui kebudayaan telah memungkinkan manusia untuk mendiami semua benua dan beradaptasi dengan semua iklim. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, manusia telah dapat mendiami sementara benua Antartika, mendiami kedalaman samudera, dan ruang angkasa, meskipun pendiaman jangka panjang di lingkungan tersebut belum termasuk sesuatu yang hemat. Manusia, dengan populasi kurang lebih enam milyar jiwa, adalah salah satu dari mamalia terbanyak di dunia.

Sebagian besar manusia (61%) berkediaman di daerah Asia. Mayoritas sisanya berada di Amerika (14%), Afrika (13%) dan Eropa (12%), dengan hanya 0.3% di Australia.

Gaya hidup asli manusia adalah pemburu dan pengumpul, yang diadaptasikan ke sabana, adegan yang disarankan dalam evolusi manusia. Gaya hidup manusia lainnya adalah nomadisme (berpindah tempat; terkadang dihubungkan dengan kumpulan hewan) dan perkampungan menetap yang dimungkinkan oleh pertanian yang baik. Manusia mempunyai daya tahan yang baik untuk memindahkan habitat mereka dengan berbagai alasan, seperti pertanian, pengairan, urbanisasi dan pembangunan, serta kegiatan tambahan untuk hal-hal tersebut, seperti pengangkutan dan produksi barang.

Perkampungan manusia menetap bergantung pada kedekatannya dengan sumber air dan, bergantung pada gaya hidup, sumber daya alam lainnya seperti lahan subur untuk menanam hasil panen dan menggembalakan ternak atau, sesuai dengan musim tersedianya mangsa/makanan. Dengan datangnya infrastruktur perdagangan dan pengangkutan skala besar, kedekatan lokasi dengan sumber daya tersebut telah menjadi tak terlalu penting, dan di banyak tempat faktor ini tak lagi merupakan daya pendorong bertambah atau berkurangnya populasi.

Habitat manusia dalam sistem ekologi tertutup di lingkungan yang tidak akrab dengannya (Antartika, angkasa luar) sangatlah mahal dan umumnya mereka tak dapat tinggal lama, dan hanya untuk tujuan ilmiah, militer, atau ekspedisi industri. Kehidupan di angkasa sangatlah sporadis, dengan maksimal tiga belas manusia di ruang angkasa pada waktu tertentu. Ini adalah akibat langsung dari kerentanan manusia terhadap radiasi ionisasi. Sebelum penerbangan angkasa Yuri Gagarin tahun 1961, semua manusia 'terkurung' di Bumi. Di antara tahun 1969 dan 1974, telah ada dua manusia sekaligus yang menghabiskan waktu singkatnya di Bulan. Sampai tahun 2004, tak ada benda angkasa lain telah dikunjungi manusia. Sampai tahun 2004, telah ada banyak keberadaan manusia di ruang angkasa berkelanjutan sejak peluncuran kru perdana untuk meninggali Stasiun Luar Angkasa Internasional, pada 31 Oktober 2000.

Populasi

Dalam kurun waktu 200 tahun dari 1800 sampai 2000, populasi dunia telah bertambah pesat dari satu hingga enam milyar. Diperkirakan mencapai puncaknya kira-kira sepuluh milyar selama abad ke-21. Sampai 2004, sebuah minoritas yang cukup besar — sekitar 2.5 dari jumlah 6.3 milyar jiwa — tinggal di sekeliling daerah perkotaan. Urbanisasi diperkirakan akan melonjak drastis selama abad ke-21. Polusi, kriminal dan kemiskinan hanyalah beberapa contoh dari masalah yang dihadapi oleh manusia yang tinggal di kota dan pemukiman pinggiran kota.

Asal Mula

Evolusi manusia

Hewan terdekat dengan manusia yang masih bertahan hidup adalah simpanse; kedua terdekat adalah gorila dan ketiga adalah orang utan. Sangat penting untuk diingat, namun, bahwa manusia hanya mempunyai persamaan populasi nenek moyang dengan hewan ini dan tidak diturunkan langsung dari mereka. Ahli biologi telah membandingkan serantaian pasangan dasar DNA antara manusia dan simpanse, dan memperkirakan perbedaan genetik keseleruhan kurang dari 5% [2]. Telah diperkirakan bahwa garis silsilah manusia bercabang dari simpanse sekitar 5 juta tahun lalu, dan dari gorila sekitar 8 juta tahun lalu. Namun, laporan berita terbaru dari tengkorak hominid berumur kira-kira 7 juta tahun sudah menunjukkan percabangan dari garis silsilah kera, membuat gagasan kuat adanya percabangan awal silsilah tersebut.

Berikut beberapa gejala penting dalam evolusi manusia:

  • perluasan rongga otak dan otak itu sendiri, yang umumnya sekitar 1,400 cm³ dalam ukuran volumnya, dua kali lipat perluasan otak simpanse dan gorila. Beberapa ahli antropologi, namun, mengatakan bahwa alih-alih perluasan otak, penyusunan ulang struktur otak lebih berpengaruh pada bertambahnya kecerdasan.
  • pengurangan gigi taring.
  • penggerak bipedal (dua kaki)
  • perbaikan laring / pangkal tenggorokan (yang memungkinkan penghasilan bunyi kompleks atau dikenal sebagai bahasa vokal).

Bagaimana gejala-gejala ini berhubungan, dengan cara apa mereka telah menyesuaikan diri, dan apa peran mereka dalam evolusi organisasi sosial dan kebudayaan kompleks, merupakan hal-hal penting dalam perdebatan yang berlangsung di antara para ahli antropologi ragawi saat ini.

Selama tahun 1990an, variasi dalam DNA mitochondria manusia diakui sebagai sumber berharga untuk membangun ulang silsilah manusia dan untuk melacak perpindahan manusia awal. Berdasarkan perhitungan-perhitungan ini, nenek moyang terakhir yang serupa manusia modern diperkirakan hidup sekitar 150 milenium lalu, dan telah berkembang di luar Africa kurang dari 100.000 tahun lalu. Australia dijelajahi relatif awal, sekitar 70.000 tahun lalu, Eropa +/- 40.000 tahun lalu, dan Amerika pertama didiami secara kasarnya 30.000 tahun lalu, serta kolonisasi kedua di sepanjang Pasifik +/- 15.000 tahun lalu (lihat Perpindahan manusia).

Macam-macam kelompok agama telah menyatakan keberatan atas teori evolusi umat manusia dari sebuah nenek moyang bersama dengan hominoid lainnya. Alhasil, muncullah berbagai perbedaan pendapat, percekcokan, dan kontroversi. Lihat penciptaan, argumen evolusi, dan desain kepandaian untuk melihat pola pikir yang berlawanan.

Kerohanian dan Agama

Bagi kebanyakan manusia, kerohanian dan agama memainkan peran utama dalam kehidupan mereka. Sering dalam konteks ini, manusia tersebut dianggap sebagai "orang manusia" terdiri dari sebuah tubuh, pikiran, dan juga sebuah roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh itu sendiri dan bahkan kematian. Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak ragawi) adalah letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa otak memiliki pengaruh penting terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia tak dibuktikan ataupun ditegaskan; konsep tersebut disetujui oleh sebagian orang dan ditolak oleh lainnya. Juga, adalah perdebatan di antara organisasi agama mengenai benar/tidaknya hewan memiliki jiwa; beberapa percaya mereka memilikinya, sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya milik manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa kelompok yang diadakan oleh komunitas hewani dan bukanlah individu. Bagian ini akan merincikan bagaimana manusia diartikan dalam istilah kerohanian, serta beberapa cara bagaimana definisi ini dicerminkan melalui ritual dan agama.

Animisme

Animisme adalah kepercayaan bahwa obyek dan gagasan termasuk hewan, perkakas, dan fenomena alam mempunyai atau merupakan ekspresi roh hidup. Dalam beberapa pandangan dunia animisme yang ditemukan di kebudayaan pemburu dan pengumpul, manusia sering dianggap (secara kasarnya) sama dengan hewan, tumbuhan, dan kekuatan alam. Sehingga, secara moral merupakan kewajiban untuk memperlakukan benda-benda tersebut secara hormat. Dalam pandangan dunia ini, manusia dianggap sebagai penghuni, atau bagian, dari alam, bukan sebagai yang lebih unggul atau yang terpisah darinya. Dalam kemasyarakatan ini, ritual / upacara agama dianggap penting untuk kelangsungan hidup, karena dapat memenangkan kemurahan hati roh-roh sumber makanan tertentu, roh tempat bermukim, dan kesuburan serta menangkis roh berhati dengki. Dalam ajaran animisme yang berkembang, seperti Shinto, ada sebuah makna yang lebih mendalam bahwa manusia adalah sebuah tokoh istimewa yang memisahkan mereka dari segenap benda dan hewan, sementara masih pula menyisakan pentingnya ritual untuk menjamin keberuntungan, panen yang memuaskan, dan sebagainya.

Kebanyakan sistem kepercayaan animisme memegang erat konsep roh abadi setelah kematian fisik. Dalam beberapa sistem, roh tersebut dipercaya telah beralih ke suatu dunia yang penuh dengan kesenangan, dengan panen yang terus-menerus berkelimpahan atau bahkan permainan yang berlebih-lebih. Sementara di sistem lain (misal: agama Nawajo), roh tinggal di bumi sebagai hantu, seringkali yang berwatak buruk. Kemudian tersisa sistem lain yang menyatukan kedua unsur ini, mempercaya bahwa roh tersebut harus berjalan ke suatu dunia roh tanpa tersesat dan menggeluyur sebagai hantu. Upacara pemakaman, berkabung dan penyembahan nenek moyang diselenggarakan oleh sanak yang masih hidup, keturunannya, sering dianggap perlu untuk keberhasilan penyelesaian perjalanan tersebut.

Ritual dalam kebudayaan animisme sering dipentaskan oleh dukun atau imam (cenayang), yang biasanya tampak kesurupan tenaga roh, lebih dari atau di luar pengalaman manusia biasa.

Pemraktekan tradisi penyusutan kepala sebagaimana ditemukan di beberapa kebudayaan, berasal dari sebuah kepercayaan animisme bahwa seorang musuh perang, jika rohnya tak terperangkap di kepala, dapat meloloskan diri dari tubuhnya dan, setelah roh itu berpindah ke tubuh lain, mengambil bentuk hewan pemangsa dan pembalasan setimpal.

Mistikme

Barangkali merupakan praktek kerohanian dan pengalaman, tetapi tidak harus bercampur dengan theisme atau lembaga agama lain yang ada di berbagai masyarakat. Pada dasarnya gerakan mistik termasuk Vedanta, Yoga, Buddhisme awal (lihat pula Kerajaan manusia), tradisi memuja Eleusis, perintah mistik Kristiani dan pengkhotbah seperti Meister Eckhart, dan keislaman Sufisme. Mereka memusatkan pada pengalaman tak terlukiskan, dan kesatuan dengan supranatural (lihat pencerahan, kekekalan). Dalam mistikme monotheis, pengalaman mistik memfokuskan kesatuan dengan Tuhan.

Politheisme

Konsep dewa sebagai makhluk yang sangat kuat kepandaiannya atau supernatural, kebanyakan dikhayalkan sebagai anthropomorfik atau zoomorfik, yang ingin disembah atau ditentramkan oleh manusia dan ada sejak permulaan sejarah, dan kemungkinan digambarkan pada kesenian Zaman Batu pula. Dalam masa sejarah, tatacara pengorbanan berevolusi menjadi adat agama berhala dipimpin oleh kependetaan (misal: agama Vedik, (pemraktekan kependetaan berkelanjutan dalam Hinduisme, yang namun telah mengembangkan teologi monotheis, seperti penyembahan berhala theisme monistik, Mesir, Yunani, Romawi dan Jerman). Dalam agama tersebut, manusia umumnya diciri-cirikan dengan kerendahan mutunya kepada dewa-dewa, terkadang dicerminkan dalam masyarakat berhirarki diperintah yang oleh dinasti-dinasti yang menyatakan keturunan sifat ketuhanan/kedewaan. Dalam agama yang mempercayai reinkarnasi, terutama Hinduisme, tak ada batasan yang kedap di antara hewan, manusia, dan dewa, karena jiwa dapat berpindah di seputar spesies yang berbeda tanpa kehilangan identitasnya.

Monotheisme

Gagasan dari suatu Tuhan tunggal yang menggabungkan dan malampaui semua dewa-dewa kecil tampak berdiri sendiri dalam beberapa kebudayaan, kemungkinan terwujud pertama kali dalam bida’ah / klenik Akhenaten (lebih dikenal sebagai Henotheisme, tahap umum dalam kemunculan Monotheisme). Konsep dari kebaikan dan kejahatan dalam sebuah pengertian moral timbul sebagai sebuah konsekuensi Tuhan tunggal sebagai otoritas mutlak. Dalam agama Yahudi, Tuhan adalah pusat dalam pemilihan orang Yahudi sebagai rakyat, dan dalam Kitab Suci Yahudi, takdir komunitas dan hubungannya dengan Tuhan mempunyai hak istimewa yang jelas (harus diutamakan) di atas takdir individu. Kekristenan bertumbuh keluar dari agama Yahudi dengan menekankan takdir individual, khususnya setelah kematian, dan campur tangan pribadi Tuhan dengan adanya inkarnasi, yaitu dengan menjadi manusia selama sementara. Islam, walaupun menolak kepercayaan kristiani untuk Tritunggal dan inkarnasi ketuhanan, sangatlah mirip dengan Kekristenan dalam melihat manusia sebagai wali / wakil dari Tuhan dan satu-satunya makhluk inkarnasi yang memiliki kehendak bebas (atau dapat berdosa) atau melakukan hal yang bertentangan dengan alam. Dalam semua agama Abraham, manusia adalah penguasa, atau pengurus, di atas seluruh muka Bumi dan semua makhluk lain, sedikit lebih rendah daripada malaikat (lihat Rantaian Makhluk-Makhluk), dan memiliki moral hati nurani yang unik. Hinduisme, juga belakangan mengembangkan teologi monotheis seperti theisme monistik, yang berbeda dari pikiran Barat mengenai monotheis. Agama monotheistik mempunyai kemiripan dalam kepercayaan bahwa umat manusia diciptakan oleh Tuhan, diikat oleh kewajiban kasih sayang, dan dirawat oleh pemeliharaan baik kaum / pihak ayah.

Lihat pula: Tuhan, Jiwa, Atman, Karma, Mistik, Ritual, Kegembiraan meluap, Pengorbanan, Korban, Keselamatan, Kebangkitan, Inkarnasi, Reinkarnasi, Doa, Pemujaan, Moralitas, Hati nurani.

Sang Individu

Manusia individu adalah subyek yang mengalami kondisi manusia. Ini diikatkan dengan lingkungannya melalui indera mereka dan dengan masyarakat melalui kepribadian mereka, jenis kelamin mereka serta status sosial. Selama kehidupannya, ia berhasil melalui tahap bayi, kanak-kanak, remaja, kematangan dan usia lanjut. Deklarasi universal untuk hak asasi diadakan untuk melindungi hak masing-masing individu.

Hati dan kesadaran

Pengalaman subyektif dari seorang individu berpusat di sekitar kesadarannya, kesadaran-diri atau pikiran, memperbolehkan adanya persepsi eksistensinya sendiri dan dari perjalanan waktu. Kesadaran memberikan naiknya persepsi akan kehendak bebas, meskipun beberapa percaya bahwa kehendak bebas sempurna adalah khayalan yang menyesatkan, dibatasi atau dilenyapkan oleh penentuan takdir atau sosial atau biologis. Hati manusia diperluas ke luar kesadaran, mencakup total aspek mental dan emosional individu. Ilmu pengetahuan psikologi mempelajari hati manusia (psike), khususnya alam bawah sadar (tak sadar). Praktek psikoanalisis yang dirancang oleh Sigmund Freud mencoba menyingkap bagian dari alam bawah sadar. Freud menyusun diri manusia menjadi Ego, Superego, dan Id. Carl Gustav Jung memperkenalkan pemikiran alam bawah sadar kolektif / bersama dan sebuah proses pengindividuan, menuangkan keragu-raguan untuk ketepatan pendefinisian individu ‘yang dapat diartikan’.

Emosi

Individu manusia terbuka terhadap emosi yang besar mempengaruhi keputusan serta tingkah laku mereka. Emosi menyenangkan seperti cinta atau sukacita bertentangan dengan emosi tak menyenangkan seperti kebencian, cemburu, iri hati atau sakit hati.

Seksualitas

Seksualitas manusia, di samping menjamin reproduksi, mempunyai fungsi sosial penting, membuat ikatan / pertalian dan hirarki di antara individu. Hasrat seksual dialami sebagai sebuah dorongan / keinginan badani, sering disertai dengan emosi kuat positif (seperti cinta atau luapan kegembiraan) dan negatif (seperti kecemburuan / iri hati atau kebencian).

Tubuh

penampilan fisik tubuh manusia adalah pusat kebudayaan dan kesenian. Dalam setiap kebudayaan manusia, orang gemar memperindah tubuhnya, dengan tato, kosmetik, pakaian, perhiasan atau ornamen serupa. Model rambut juga mempunyai pengertian kebudayaan penting. Kecantikan atau keburukan rupa adalah kesan kuat subyektif dari penampilan seseorang.

Kebutuhan individu terhadap makanan dan minuman teratur secara jelas tercermin dalam kebudayaan manusia (lihat pula ilmu makanan). Kegagalan mendapatkan makanan secara teratur akan berakibat rasa lapar dan pada akhirnya kelaparan (lihat juga malnutrisi).

Rata-rata waktu tidur adalah 8 jam per hari untuk dewasa dan 9–10 jam untuk anak-anak. Orang yang lebih tua biasanya tidur selama 6–7 jam. Sudah umum, namun, dalam masyarakat modern bagi orang-orang untuk mendapat waktu tidur kurang dari yang mereka butuhkan.

Tubuh manusia diancam proses penuaan dan penyakit. Ilmu pengobatan adalah ilmu pengetahuan yang menelusuri metode penjagaan kesehatan tubuh.

Kelahiran dan kematian

Kehidupan subyektif individu berawal pada kelahirannya, atau dalam fase kehamilan terdahulu, selama janin berkembang di dalam tubuh ibu. Kemudian kehidupan berakhir dengan kematian individu. Kelahiran dan kematian sebagai peristiwa luar biasa yang membatasi kehidupan manusia, dapat mempunyai pengaruh hebat terhadap individu tersebut. Kesulitan selama melahirkan dapat berakibat trauma dan kemungkinan kematian dapat menyebabkan rasa keberatan (tak mudah) atau ketakutan (lihat pula pengalaman hampir meninggal). Upacara penguburan adalah ciri-ciri umum masyarakat manusia, sering diinspirasikan oleh kepercayaan akan adanya kehidupan setelah kematian. Adat kebiasaan warisan atau penyembahan nenek moyang dapat memperluas kehadiran sang individu di luar rentang usia fisiknya. (lihat kekekalan).

Masyarakat

Meskipun banyak spesies berprinsip sosial, membentuk kelompok berdasarkan ikatan / pertalian genetik, perlindungan-diri, atau membagi pengumpulan makanan dan penyalurannya, manusia dibedakan dengan rupa-rupa dan kemajemukan dari adat kebiasaan yang mereka bentuk entah untuk kelangsungan hidup individu atau kelompok dan untuk pengabadian dan perkembangan teknologi, pengetahuan, serta kepercayaan. Identitas kelompok, penerimaan dan dukungan dapat mendesak pengaruh kuat pada tingkah laku individu, tetapi manusia juga unik dalam kemampuannya untuk membentuk dan beradaptasi ke kelompok baru.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menjelaskan interaksi antar manusia.

Bahasa

Kecakapan berpidato adalah sebuah unsur pendefinisian umat manusia, mungkin mendahului pemisahan populasi modern filogenetik (lihat Asal usul bahasa). Bahasa adalah pusat dari komunikasi antar manusia. Kata Yahudi untuk "binatang" (behemah) berarti "bisu", menggambarkan manusia sebagai "binatang berbicara" (kepandaian bercakap hewani). Bahasa adalah pusat dari sentuhan identitas ‘khas’ berbagai kebudayaan atau kesukuan dan sering diceritakan mempunyai status atau kekuatan supernatural (lihat Sihir / Gaib, Mantra, Vac). Penemuan sistem penulisan sekitar 5000 tahun lalu, yang memungkinkan pengabadian ucapan, merupakan langkah utama dalam evolusi kebudayaan. Ilmu pengetahuan Linguistik (ilmu bahasa) menjelaskan susunan bahasa, dan keterkaitan antara bahasa-bahasa berbeda. Diperkirakan ada 6000 bahasa yang diucapkan manusia saat ini. Manusia yang kekurangan kemampuan berkomunikasi melalui ucapan, umumnya bercakap-cakap menggunakan Bahasa Isyarat.

Agama

Dalam setiap kebudayaan manusia, kerohanian dan ritual mendapat ekspresi dalam bentuk tertentu. Elemen-elemen ini dapat menggabungkan secara penting pengalaman pribadi dengan pengalaman penyatuan dan komunal, seringkali membangkitkan emosi yang sangat kuat dan bahkan luapan kegembiraan. Kekuatan pengikat yang kuat dari pengalaman tertentu dapat terkadang menimbulkan kefanatikan atau agresi kepada manusia lain yang tidak termasuk dalam kelompok agamanya, berakibat perpecahan atau bahkan perang. Teokrasi adalah masyarakat yang dibentuk secara dominan oleh agama, diperintah oleh pemimpin suci atau oleh seorang pemuka agama. Agama dapat pula berperilaku sebagai alat penyaluran dan pengaruh dari norma budaya dunia dan tingkah laku yang wajar dilakukan manusia.

Keluarga dan teman sepergaulan

Individu manusia dibiasakan untuk bertumbuh menjadi seorang pelengkap yang berjiwa kuat ke dalam suatu kelompok kecil, umumnya termasuk keluarga biologis terdekatnya, ibu, ayah dan saudara kandung.

Sebagai seorang pelengkap berjiwa kuat yang serupa dapat dikelirukan dengan suatu kelompok kecil yang sama, yaitu teman sepergaulan sebaya sang individu, umumnya berukuran antara sepuluh hingga dua puluh individu, kemungkinan berkaitan dengan ukuran optimal untuk gerombolan pemburu. Dinamika kelompok dan tekanan dari teman dapat mempengaruhi tingkah laku anggotanya.

Seorang individu akan mengembangkan perasaan kesetiaan yang kuat kepada kelompok tertentu. Kelakuan manusia yang wajar termasuk seringnya hubungan sosial, dinyatakan dalam obrolan / percakapan, dansa, menyanyi atau cerita (dikenal dengan curhat).

Suku, bangsa dan negara bagian

Kelompok manusia yang lebih besar dapat disatukan dengan gagasan kesamaan nenek moyang (suku, etnis) atau kesamaan fokus budaya atau materi (bangsa atau negara bagian), sering dibagi lebih lanjut menurut struktur kelas sosial dan hirarki. Sebuah suku dapat terdiri dari beberapa ratus individu, sementara negara bagian modern terbesar berisi lebih dari semilyar. Konflik kekerasan di antara kelompok-kelompok besar disebut peperangan. Kesetiaan / pengabdian untuk kelompok yang besar seperti ini disebut nasionalisme atau patriotisme. Dalam keekstriman, perasaan pengabdian terhadap sebuah lembaga atau kewenangan dapat mencapai keekstriman pathologi, yang berakibat hysteria massa (gangguan syaraf) atau fasisme.

Antropologi budaya menjelaskan masyarakat manusia yang berbeda-beda, dan sejarah mencatat interaksi mereka berikut kesuksesan yang dialami. Organisasi dan pemerintahan bentuk modern dijelaskan oleh Ilmu Politik dan Ekonomi.

Kebudayaan dan peradaban

Sebuah peradaban adalah sebuah masyarakat yang telah mencapai tingkat kerumitan tertentu, umumnya termasuk perkotaan dan pemerintahan berlembaga, agama, iptek, sastra serta filsafat. Perkotaan paling awal di dunia ditemukan di dekat rute perdagangan penting kira-kira 10.000 tahun lalu (Yeriko, Çatalhöyük). Kebudayaan manusia dan ekspresi seni mendahului peradaban dan dapat dilacak sampai ke palaeolithik (lukisan goa, arca Venus, tembikar / pecah belah dari tanah). Kemajuan pertanian memungkinkan transisi dari masyarakat pemburu dan pengumpul atau nomadik menjadi perkampungan menetap sejak Milenium ke-9 SM. Penjinakan hewan menjadi bagian penting dari kebudayaan manusia (anjing, domba, kambing, lembu). Dalam masa sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang bahkan lebih pesat (lihat Sejarah iptek).

Renungan diri

Umat manusia selalu mempunyai perhatian yang hebat akan dirinya sendiri. Kecakapan manusia untuk mengintrospeksi diri, keinginan individu untuk menjelajahi lebih mengenai intisari diri mereka, tanpa terkecuali menghasilkan berbagai penyelidikan mengenai kondisi manusia merupakan pokok jenis manusia secara keseluruhan. Renungan diri adalah dasar dari filsafat dan telah ada sejak awal pencatatan sejarah. Artikel ini misalnya, karena ditulis oleh manusia, dengan sendirinya tak dapat luput dari contoh refleksi diri.

Manusia kerap menganggap dirinya sebagai spesies dominan di Bumi, dan yang paling maju dalam kepandaian dan kemampuannya mengelola lingkungan. Kepercayaan ini khususnya sangat kuat dalam kebudayaan Barat, dan berasal dari bagian dalam cerita penciptaan di Alkitab yang mana Adam secara khusus diberikan kekuasaan atas Bumi dan semua makhluk. Berdampingan dengan anggapan kekuasaan manusia, kita sering menganggap ini agak radikal karena kelemahan dan singkatnya kehidupan manusia (Dalam Kitab Suci Yahudi, misalnya, kekuasaan manusia dijanjikan dalam Kejadian 1:28, tetapi pengarang kitab Pengkhotbah meratapi kesia-siaan semua usaha manusia).

Ahli filsafat Yahudi, Protagoras telah membuat pernyataan terkenal bahwa "Manusia adalah ukuran dari segalanya; apa yang benar, benarlah itu; apa yang tidak, tidaklah itu". Aristotle mendeskripsikan manusia sebagai "hewan komunal" (ζωον πολιτικον), yaitu menekankan pembangunan masyarakat sebagai pusat pembawaan alam manusia, dan "hewan dengan sapien" (ζωον λογον εχων, dasar rasionil hewan), istilah yang juga menginspirasikan taksonomi spesies, Homo sapiens.

Pandangan dunia dominan pada abad pertengahan Eropa berupa keberadaan manusia yang diciri-cirikan oleh dosa, dan tujuan hidupnya adalah untuk mempersiapkan diri terhadap pengadilan akhir setelah kematian. Pencerahan / pewahyuan digerakkan oleh keyakinan baru, bahwa, dalam perkataan Immanuel Kant, "Manusia dibedakan di atas semua hewan dengan kesadaran-dirinya, yang mana ia adalah 'hewan rasionil'". Pada awal abad ke-20, Sigmund Freud melancarkan serangan serius kepada positivisme mendalilkan bahwa kelakuan manusia mengarah kepada suatu bagian besar yang dikendalikan oleh pikiran bawah sadar.

Dari titik pandang ilmiah, Homo sapiens memang berada di antara spesies yang paling tersama-ratakan di Bumi, dan hanya ada sejumlah kecil spesies tunggal yang menduduki lingkungan beraneka-ragam sebanyak manusia. Rupa-rupa usaha telah dibuat untuk mengidentifikasikan sebuah ciri-ciri kelakuan tunggal yang membedakan manusia dari semua hewan lain, misal: Kemampuan untuk membuat dan mempergunakan perkakas, kemampuan untuk mengubah lingkungan, bahasa dan perkembangan struktur sosial majemuk. Beberapa ahli antropologi berpikiran bahwa ciri-ciri yang siap diamati ini (pembuatan-perkakas dan bahasa) didasarkan pada kurang mudahnya mengamati proses mental yang kemungkinan unik di antara manusia: kemampuan berpikir secara simbolik, dalam hal abstrak atau secara logika. Adalah susah, namun, untuk tiba pada suatu kelompok atribut yang termasuk semua manusia, dan hanya manusia, dan harapan untuk menemukan ciri-ciri unik manusia yang adalah masalah dari renungan-diri manusia lebih daripada suatu masalah zoologi.

Referensi

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Groves, Colin (16 September 2005). Wilson, D. E., dan Reeder, D. M. (eds). ed. Mammal Species of the World (edisi ke-edisi ketiga). Johns Hopkins University Press. ISBN 0-801-88221-4.

Pranala luar


Ras Manusia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Oleh para pakar Ras Manusia disebut karakteristik luar yang diturunkan secara genetik dan membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya.

Secara tradisional oleh para pakar dibedakan ada tiga ras utama yaitu:

  • Ras Kulit Hitam
  • Ras Kulit Putih
  • Ras Kulit Kuning

Namun setelah diteliti lebih lanjut ternyata pembagian ras manusia dapat dikategorikan secara lebih rinci lagi menjadi:

  • Ras Khoisan (orang Bushmen atau Hottentot dari Afrika Selatan)
  • Ras Australoid (orang Dravida, orang Asia Tenggara "Asli", orang Papua, dan orang Australia)
  • Ras Negroid (Kulit Hitam)
  • Ras Kaukasoid (Kulit Putih)
  • Ras Mongoloid (Kulit Putih)

Pembagian baru ini tidak hanya melihat ke warna kulit saja tetapi juga melihat aspek-aspek lainnya. Ternyata anggota "tertua" ras manusia berada di antara kaum Khoisan, mereka juga berbeda dengan kaum kulit hitam dari Afrika lainnya. Sementara itu sebenarnya hanya ada dua perbedaan utama, yaitu orang Afrika dan orang non-Afrika. Kemudian orang-orang berkulit hitam di daerah Asia Tenggara yang pada zaman dahulu kala mendiami seluruh India Selatan, Asia Tenggara sampai ke Australia, ternyata setelah DNA-nya diteliti lebih mirip dengan orang dari ras Mongoloid daripada Negroid, meski banyak yang berambut keriting dan berkulit hitam. Kesimpulan yang bisa ditarik ialah hanya bahwa pengetahuan kita mengenai ras manusia masih diliputi banyak ketidakjelasan.

Daftar rinci

Di bawah ini disajikan sebuah perincian yang lebih bisa diterima secara umum dan lebih rinci lagi:


(1) Ras Australoid

Ras Australoid adalah nama ras manusia yang mendiami bagian selatan India, Sri Lanka, beberapa kelompok di Asia Tenggara, Papua, kepulauan Melanesia dan Australia.

Untuk kelompok di Asia Tenggara, orang Asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk ras ini.

Ciri khas utama ras ini ialah bahwa mereka berambut keriting hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras ini di Australia berambut pirang dan rambutnya tidaklah keriting melainkan lurus. Selain itu beberapa orang Asli di Malaysia kulitnya juga tidak selalu hitam dan bahkan menjurus putih.


Suku Aborijin Australia

Bangsa Aborigin adalah penduduk asli/awal benua Australia dan kepulauan disekitarnya, termasuk juga mencakup Tasmania dan kepulauan selat Torres.

Definisi

Kata aborigin dalam bahasa Inggris mempunyai arti "penduduk asli/penduduk pribumi", dan mulai digunakan sejak abad ke-17 untuk mengacu kepada penduduk asli Australia saat itu.

Sejarah

Saat ini belum ada teori yang jelas atau berterima tentang asal ras bangsa aborigin Australia. Meskipun mereka bermigrasi ke Australia melalui Asia Tenggara, namun tidak ada keterkaitan dengan populasi suku-bangsa di Asia, dan juga dengan penduduk kepulauan yang berdekatan, seperti Melanesia dan Polinesia.

Sebelum pendudukan Eropa


Peralatan bangsa Aborigin

Saat pertama kali terjadi kontak dengan Eropa, diperkirakan terdapat sekitar 250.000 hingga 1 juta orang tinggal di Australia. Level populasi ini diperkirakan pula telah cukup stabil selama ribuan tahun.

Pasca kolonisasi, populasi aborigin di daerah pantai mulai menghilang, dan terusir dari daerah asalnya. Beberapa aspek tradisi kehidupan aborigin masih dapat bertahan pada daerah yang jarang ditempati oleh pendatang dari Eropa, seperti misalnya daerah Great Sandy Desert.

Dampak pendudukan Eropa

Pada tahun 1770, James Cook mendarat di pantai timur Australia dan mengambilalih daerah tersebut dan menamakannya sebagai New South Wales, sebagai bagian dari Britania Raya. Kolonisasi Inggris di Australia, yang dimulai pada tahun 1788, menjadi bencana besar bagi penduduk aborigin Australia. Wabah penyakit dari eropa, seperti cacar, campak dan influenza menyebar di daerah pendudukan. Para pendatang, menganggap penduduk aborigin Australia sebagai nomad yang dapat diusir dari tempatnya untuk digunakan sebagai kawasan pertanian. Hal ini berakibat fatal, yaitu terputusnya bangsa aborigin dari tempat tinggal, air dan sumber hidupnya. Terlebih lagi dengan kondisi mereka yang lemah akibat penyakit. Kondisi ini mengakibatkan populasi bangsa aborigin berkurang hingga 90% pada periode antara 1788 - 1900. Seluruh komunitas aborigin yang berada pada daerah yang cukup subur di bagian selatan bahkan punah tanpa jejak.

Referensi

  1. ^ Bowern, Claire and Harold Koch (eds.). 2004. Australian Languages: Classification and the comparative method. John Benjamins, Sydney.
  2. ^ Dixon, R.M.W. 1997. The Rise and Fall of Languages. CUP.
  3. ^ Mulvaney, John and Johan Kamminga. 1999. Prehistory of Australia. Smithsonian Institution Press, Washington.

Pranala luar


Dravida

Keluarga Bahasa Dravida terdiri atas kurang lebih 26 bahasa yang wilayah sebarnya di India dan Sri Lanka. Namun kawasan tutur Dravida juga terdapat di wilayah-wilayah tertentu di utara India, Nepal, Pakistan, Afganistan dan Iran. Jumlah penutur bahasa-bahasa Dravida secara keseluruhan diperkirakan mencapai 200 juta jiwa.

Kelompok Dravida tidak ada hubungan sama sekali dengan keluarga bahasa lain yang dikenal di wilayah tersebut, dan ada yang menduga bahwa rumpun bahasa ini memiliki hubungan dengan bahasa Elamit kuno yang berasal dari baratdaya Iran (David MacAlpin (1975)). MacAlpin lalu mengajukan hipotesa tentang rumpun bahasa Elamo-Dravida.

Daftar Bahasa Dravida

Bahasa Nasional India dicetak tebal.

Selatan

Tengah

Barat Laut

Timur Laut


Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea.


Burung endemik Tanah Papua

Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat, sehingga sering disebut sebagai Papua Barat terutama oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), para nasionalis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada di bawah penguasaan Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.

Nama provinsi ini diganti menjadi Papua sesuai UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua. Pada 2003, disertai oleh berbagai protes (penggabungan Papua Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (setahun kemudian menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini.

Kata Papua sendiri berasal dari bahasa melayu yang berarti rambut keriting, sebuah gambaran yang mengacu pada penampilan fisik suku-suku asli.


Pemerintahan

Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) memiliki 52 orang anggota.

Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Asmat Agats
2 Kabupaten Biak Numfor Biak
3 Kabupaten Boven Digoel Tanah Merah
4 Kabupaten Deiyai Tigi
5 Kabupaten Dogiyai Kigamani
6 Kabupaten Intan Jaya Sugapa
7 Kabupaten Jayapura Sentani
8 Kabupaten Jayawijaya Wamena
9 Kabupaten Keerom Waris
10 Kabupaten Kepulauan Yapen Serui
11 Kabupaten Lanny Jaya Tiom
12 Kabupaten Mamberamo Raya Burmeso
13 Kabupaten Mamberamo Tengah Kobakma
14 Kabupaten Mappi Kepi
15 Kabupaten Merauke Merauke
16 Kabupaten Mimika Timika
17 Kabupaten Nabire Nabire
18 Kabupaten Nduga Kenyam
19 Kabupaten Paniai Enarotali
20 Kabupaten Pegunungan Bintang Oksibil
21 Kabupaten Puncak Ilaga
22 Kabupaten Puncak Jaya Kotamulia
23 Kabupaten Sarmi Sarmi
24 Kabupaten Supiori Sorendiweri
25 Kabupaten Tolikara Karubaga
26 Kabupaten Waropen Botawa
27 Kabupaten Yahukimo Sumohai
28 Kabupaten Yalimo Elelim
29 Kota Jayapura -


UU RI Tahun 2008 Nomor 6 adalah dasar hukum pembentukan Kabupaten Nduga di Provinsi Papua, saat ini tidak terdapat jurisdiksi Kabupaten Nduga Tengah.[1]

Daftar gubernur

No. Foto Nama Dari Sampai Keterangan
1.
Sultan Zainal Abidin Syah 1956 1961 Sultan dari Kesultanan Tidore
2.
P. Pamuji 1961 1962
3.
Elizer Bonay 1962 1964
4. Gub II Frans Kaisiepo (64-73).jpg Frans Kaisiepo 1964 1973
5. Acub Zaenal.jpg Brigjen Acub Zaenal 1973 1975
6. Soetran.jpg Brigjen Sutran 1975 1981
7.
Brigjen Busiri Suryowinoto 1981 1982
8. Izaac Hindom.jpg Izaac Hindom 1982 1988
9. Barnabas-suebu.jpg Barnabas Suebu, SH 1988 1993 periode pertama
10.
Jacob Pattipi 1993 1998
11. Freddy Numberi.jpg Laksda Freddy Numberi 1998 2001
12. JP Solossa.gif J.P. Solossa 2001 2005
13. Sodjuangan-situmorang-060809.jpg Sodjuangan Situmorang 2005 2006
14. Barnabas-suebu.jpg Barnabas Suebu, SH 2006 2011 periode kedua


Geografi


Puncak Jaya, titik tertinggi di Indonesia
Luas wilayah
Luas 420.540 km²
Iklim
Curah hujan 1.800 – 3.000 mm
Suhu udara 19-28°C
Kelembapan 80%

Batas wilayah

Utara Samudera Pasifik
Selatan Samudera Hindia, Laut Arafuru, Teluk Carpentaria, Australia
Barat Papua Barat, Kepulauan Maluku
Timur Papua Nugini

Kelompok suku asli di Papua


Pribumi Papua dari Lembah Baliem

Peta menunjukkan kota-kota penting di Irjabar dan Papua

Kelompok suku asli di Papua terdiri dari 255 suku, dengan bahasa yang masing-masing berbeda. Suku-suku tersebut antara lain:

Senjata tradisional

Pisau belati Papua

Salah satu senjata tradisional di Papua adalah Pisau Belati. Senjata ini terbuat dari tulang kaki burung kasuari dan bulunya menghiasi hulu Belati tersebut. senjata utama penduduk asli Papua lainnya adalah Busur dan Panah. Busur tersebut dari bambu atau kayu, sedangkan tali Busur terbuat dari rotan. Anak panahnya terbuat dari bambu, kayu atau tulang kangguru. Busur dan panah dipakai untuk berburu atau berperang.[2]

Referensi dan pranala luar

  1. ^ Sumber: UU RI Tahun 2008 Nomor 6
  2. ^ Buku Pintar Indonesia.2007

(2) Ras Kaukasoid


Sebuah tengkorak tipikal ras Kaukasoid

Ras Kaukasoid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan dan India Utara. Keturunan mereka juga menetap di Australia, Amerika Utara, sebagian dari Amerika Selatan, Afrika Selatan dan Selandia Baru.

Anggota ras Kaukasoid biasa disebut "berkulit putih", namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.


(3) Ras Khoisan

Ras Khoisan adalah ras manusia yang mendiami daerah barat daya Afrika, terutama di Namibia, Botswana dan Afrika Selatan. Meski jumlah anggota ras ini tinggal beberapa ratus ribu, ras ini adalah ras yang sangat menarik sebab dianggap ras tertua atau cabang pertama yang berpisah dari ras utama manusia lainnya.

Varietas DNA ibu (mitochondrial DNA) sangat beragam. Meski begitu mereka tidaklah "lebih primitif" daripada manusia lainnya.


(4) Ras Mongoloid




Tipe orang Asia didalam buku tahun 1914.

Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseania.

Anggota ras Mongoloid biasa disebut "berkulit kuning", namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap.

Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.

Etimologi

Nama ras Mongoloid diambil dari nama negara Mongolia dan diberikan oleh orang Eropa karena kontak mereka dengan anggota ras ini terutama berkaitan dengan orang Mongolia. Namun ironisnya dewasa ini setelah diteliti oleh para pakar orang-orang Mongolia ternyata orang-orang Mongolia adalah anggota ras ini yang memiliki ciri-ciri khas utama ras ini yang paling sedikit.


Sebuah gambar penguasa Mongolia Genghis Khan sebagai contoh anggota subras Mongoloid Utara.

Perincian lebih lanjut

Biasanya oleh para pakar, ras Mongoloid dibagi lebih lanjut menjadi:

Ras Asia Tenggara dianggap anggota Ras Asia Utara yang telah menetap di daerah tropis dan beradaptasi terhadap iklim setempat. Menurut Luigi Luca Cavalli-Sforza, daerah perbatasan tempat permukiman antara ras Asia Tenggara dan ras Asia Utara ialah sungai Yangtze di sebelah selatan Tiongkok. Namun berkat invasi dan juga migrasi dari China Utara, maka anggota ras Asia Utara juga sudah banyak tersebar di Asia Tenggara.

Sedangkan anggota ras Asia Tenggara telah menyebar di Asia Tenggara, Oseania dan bahkan di pulau Madagaskar lepas pantai Afrika bersamaan dengan penyebaran bahasa Austro-Asia dan bahasa Austronesia. Di Asia Tenggara bahkan mereka telah sebagian besar menghapus keberadaan ras Australoid. Keberadaan mereka hanya tinggal di beberapa kantung saja, misalkan orang Asli di Semenanjung Melaka dan orang Negrito di Filipina.


Seorang penari asli Taiwan sebagai contoh anggota subras Asia Tenggara.

seorang Indian Amerika, pada tahun 1890-an sebagai contoh anggota subras Indian Amerika.

(5) Ras Negroid



Sebuah tengkorak tipikal ras Negroid.

Ras Negroid adalah ras manusia yang terutama mendiami benua Afrika di sebelah selatan gurun Sahara. Keturunan mereka banyak mendiami Amerika Utara, Amerika Selatan dan juga Eropa serta Timur Tengah.

Ciri khas utama anggota ras negroid ini ialah kulit yang berwarna hitam dan rambut keriting. Meski begitu anggota ras Khoisan dan ras Australoid, meski berkulit hitam dan berambut keriting tidaklah termasuk ras manusia ini.

Lihat pula


Ringkasan buku How God Changes Your Brain (Andrew Newberg & Mark Robert Waldman [2009])

oleh Ioanes Rakhmat

Andrew Newberg & Mark Robert Waldman, How God Changes Your Brain: Breakthrough Findings From A Leading Neuroscientist (New York: Ballantine Books, 2009).

“Secara pribadi, saya dapati sains lebih memuaskan dan lebih misterius ketimbang filsafat dan teologi. Jadi bagi saya, Allah adalah sebuah metafora, bukan sebuah fakta. Namun saya memandang pencarian seseorang akan Allah adalah suatu pencarian yang mulia, dan mempertanyakan keberadaan Allah adalah suatu bagian esensial dari pencarian itu.” (Mark Robert Waldman)

“Saya memiliki pengharapan dan perasaan bahwa Allah atau suatu realitas dasariah, dalam bentuk apapun yang dapat diambilnya, sebetulnya ada. Saya tidak tahu apakah intuisi saya ini benar, tetapi saya sangat senang dengan ketidakpastian saya ini.” (Andrew Newberg)

“Bagi saya, tidaklah menjadi suatu masalah jika Allah itu sebuah ilusi atau suatu fakta, sebab jika pun Allah itu suatu metafora, Allah merupakan segala sesuatu yang menjadi tujuan kita yang kita mampu capai, suatu ideal yang menawarkan pengharapan kepada jutaan orang di seluruh dunia.” (Andrew Newberg)

Sejak kita dilahirkan, sudah ada suatu “perintah kognitif” yang tertanam secara biologis dalam otak untuk kita berupaya keras belajar sebanyak mungkin tentang dunia ini. Belajar adalah sebuah dorongan dan kesadaran neurologis yang sudah tertanam dalam otak kita. Dalam dunia keagamaan, sejak masa kanak-kanak dini, Allah menjadi ada di dalam otak setiap manusia sebagai suatu kombinasi gagasan-gagasan, gambar-gambar, perasaan-perasaan, sensasi-sensasi, dan hubungan-hubungan. Sejauh menyangkut fungsi mekanis neuron-neuron (= sel-sel saraf otak; jumlahnya 100 milyar) dalam organ otak kita, tidaklah penting apakah yang mengaktifkan bagian-bagian otak kita adalah Allah sebagai suatu konsep (=teologi/dogma/akidah), ataukah Allah sebagai suatu perasaan dalam mental kita (misalnya bahwa Allah adalah cinta), ataukah Allah sebagai suatu pengalaman rohani (misalnya pengalaman mistikal kaum sufi menyatu dengan Allah, atau pengalaman berbahasa lidah di kalangan Kristen pentakostal). Ketika Allah kita pikirkan, atau kita hayati atau kita alami dengan nyata, maka Allah ini mengaktifkan bagian-bagian tertentu otak kita, dan melalui aktivitas neurologis yang terus berulang kepribadian religius kita terbentuk. Berikut ini sketsa struktur-struktur dan sirkuit-sirkuit neurologis penting dalam organ otak manusia yang membentuk persepsi manusia mengenai Allah, dan yang sekaligus membentuk kepribadian kita sebagai manusia.

Sirkuit “Allah” dalam Otak Manusia

(1) Sirkuit occipital-parietal

Sirkuit ini, yang terdapat di bagian belakang otak, mengidentifikasi Allah sebagai suatu objek yang ada di dalam dunia. Sirkuit ini memberikan kemampuan untuk membayangkan Allah secara antropomorfis (=dalam wujud manusia). Anak-anak kecil memandang Allah sebagai sebuah wajah karena otak mereka belum dapat memproses konsep-konsep spiritual yang abstrak. Parietal lobe—bagian otak yang memproses pertanyaan tentang “apa” dan “di mana”— pada kanak-kanak sangat aktif jika mereka sedang memikirkan kodrat Allah. Dalam masa beberapa tahun permulaan kehidupan, kita umumnya membentuk paham kita sendiri yang serupa mengenai realitas spiritual, misalnya bahwa pada masa kita kanak-kanak, Allah kita bayangkan sebagai seorang tua berjenggot yang berdiam di angkasa, di suatu kawasan yang dapat dilihat.

Sejalan dengan pertambahan usia menuju dewasa dan dengan kebebasan manusia untuk menemukan diri dan spiritualitasnya kembali, otak manusia mengalami evolusi neurologis sehingga gambaran-gambaran simbolik yang makin abstrak dan makin merangsang secara emosional mengenai Allah akhirnya muncul. Menurut James Fowler (dalam bukunya Stages of Faith: The Psychology of Human Development [Harper SanFrancisco, 1981]), jika kita merenungi makna kehidupan dengan mendalam, maka gagasan-gagasan kita tentang Allah berevolusi dari gagasan-gagasan yang kongkret pindah ke kepercayaan-kepercayaan mitologis yang lebih abstrak, dan dari sini ke nilai-nilai tanggungjawab sosial yang lebih universal.

Ide-ide tentang Allah (atau ide-ide tentang hal-hal lain apapun) tidak ada yang menetap permanen dalam otak kita, tetapi sejalan dengan neuroplastisitas neuron-neuron otak kita, kita terus mengubah ide-ide ini, dan kemampuan ini menjadikan kita manusia yang unik. Neuron-neuron otak kita tidak bersifat menetap, selama masih sehat, tetapi tetap berubah sepanjang masa, karena otak kita memiliki suatu helaian DNA yang dapat bermutasi. Di samping itu, perilaku kompetitif, pengaruh lingkungan, pendidikan, atau bahkan sebuah khotbah yang membangkitkan semangat, atau sebuah teks dalam kitab suci yang dibaca, dapat memicu pembentukan kembali dengan cepat tenunan sirkuit-sirkuit neurologis dalam otak kita. Tidak ada dua orang yang mempersepsi dunia atau Allah dengan cara yang sama, sebab tidak ada dua otak manusia yang bermula dengan kode genetik yang sama.

Jika occipital lobe dan temporal lobe (berlokasi di bawah parietal lobe, di atas telinga) luka, maka orang akan merasakan sedang melihat atau mendengar segala macam fenomena yang ditafsirnya sebagai fenomena religius, mistikal atau demonik. Di bawah parietal lobe terdapat temporal lobe yang memungkinkan orang mendengar suara-suara Allah.

(2) Sirkuit parietal-frontal

Sirkuit ini membangun sebuah hubungan di antara dua objek yang dikenal sebagai “anda” dan “Allah.” Sirkuit ini menempatkan Allah dalam ruang dan memungkinkan anda mengalami kehadiran Allah. Jika anda mengurangi aktivitas di dalam parietal lobe melalui meditasi atau melalui doa yang khusuk, batas-batas antara anda dan Allah lenyap, dan anda merasakan suatu pengalaman mistikal telah menyatu dengan Allah, memasuki suatu suasana yang tidak dibatasi ruang dan waktu lagi. Anda merasakan suatu kesatuan dengan objek kontemplasi dan dengan kepercayaan-kepercayaan spiritual anda.

Sebaliknya, jika parietal lobe sangat aktif, orang dimungkinkan untuk membayangkan suatu Allah yang terpisah dari dirinya, yang berada di luar batas-batas keberadaan dirinya pribadi. Ketika, misalnya, seorang Kristen pentakostal karismatik terbenam dalam penyembahan intensif kepada Allah dan mulai berbahasa lidah (= glossolalia), aktivitas di sirkuit parietal meningkat tajam, dan dia mulai merasakan ada suatu “kehadiran ilahi” (=Roh Kudus) di sampingnya yang sedang berkomunikasi dengan dirinya. Ketika hal ini terjadi, aktivitas di frontal lobe menurun, tetapi sebaliknya aktivitas di kawasan sistim limbik (tentang ini, lihat di bawah) meningkat sehingga membuatnya makin terbenam ke dalam pengalaman-pengalaman emosional yang memblokir kesadaran kritis rasional.

(3) Frontal lobes

Frontal lobe menjadikan kita manusia yang unik. Di bagian korteks neuron inilah berakar imajinasi, kreativitas, orisinalitas dan kemampuan bernalar dan berkomunikasi dengan orang lain, dan kemampuan untuk menjadi lebih damai, lebih berbelarasa, dan lebih termotivasi. Bagian ini memungkinkan kita untuk membuat sebuah konsep logis mengenai suatu Allah yang rasional, bijaksana dan pengasih. Jika aktivitas frontal lobe meningkat, sementara aktivitas sistim limbik menurun, maka orang akan merasakan kedamaian dan ketenteraman. Semakin orang giat dalam kegiatan intelektual, semakin kuat frontal lobe-nya.

Bagian ini menciptakan dan mengintegrasikan semua gagasan anda tentang Allah—gagasan yang positif atau gagasan yang negatif—termasuk logika yang anda gunakan untuk mengevaluasi kepercayaan-kepercayaan spiritual dan keagamaan anda. Bagian ini memprediksi masa depan anda dalam hubungan anda dengan Allah dan berupaya secara intelektual untuk menjawab semua pertanyaan “mengapa, apa, dan di mana” yang muncul di bidang-bidang spiritual. Orang yang memiliki frontal lobe yang sangat aktif dapat terbenam ke dalam usaha membuktikan keberadaan Allah secara filosofis dan matematis. Berbeda dari sirkuit occipital-parietal otak kanak-kanak, frontal lobe orang dewasa yang sudah matang bertanggungjawab menimbulkan imajinasi, kreativitas dan orisinalitas yang digunakan orang dewasa ketika mereka mencoba menggambarkan sifat-sifat abstrak non-bendawi dan misterius Allah.

(4) Thalamus

Thalamus adalah suatu stasiun pemroses besar dalam organ otak manusia: segala pengindraan, suasana atau modus dan isi pikiran melewati organ otak ini ketika informasi diteruskan ke bagian-bagian lain otak. Semakin anda terbenam ke dalam perenungan tentang suatu objek khusus, semakin aktif thalamus anda. Jika thalamus tidak berfungsi lagi, maka orang akan mengalami keadaan koma. Bahkan kerusakan kecil saja pada thalamus, akan menghambat kinerja bagian-bagian lain otak manusia.

Pada bagian inilah otak kita memberi kita kemampuan untuk merasakan sesuatu yang kita sedang pikirkan sebagai sebuah kenyataan, seolah gagasan-gagasan kita adalah suatu objek yang nyata di dalam dunia ini. Semakin anda memikirkan suatu gagasan berulang kali dan dengan sangat serius, maka thalamus memberi respons berupa sebuah impresi dalam diri anda bahwa gagasan ini adalah suatu objek nyata. Di dalam thalamus inilah makna emosional diberikan kepada pikiran-pikiran kita yang muncul di dalam frontal lobe, sehingga kita tidak ingin dipisahkan dari pikiran-pikiran kita. Sehubungan dengan agama, thalamus memberi suatu makna emosional pada konsep-konsep anda tentang Allah: organ inilah yang membuat anda mencinta Allah anda (atau sebuah gagasan anda tentang Allah) dan tidak ingin dipisahkan darinya. Thalamus memberi anda suatu makna menyeluruh mengenai dunia ini dan tampaknya merupakan suatu organ kunci yang membuat Allah terasa objektif dan nyata.

Jika thalamus terus diaktifkan melalui meditasi (yang di dalamnya kita sungguh-sungguh memikirkan gagasan-gagasan kita sebagai kenyataan riil dalam dunia objektif), maka kita akan memandang kenyataan secara berbeda dari pandangan yang normal dan biasa. Jika seorang praktisi meditasi tingkat tinggi sungguh-sungguh memikirkan dan memandang Allah, ketenteraman dan kesatuan dengan segala yang ada dalam jagat raya sebagai kenyataan-kenyataan riil dalam kehidupannya, maka (salah satu) organ thalamus-nya terus aktif (sekalipun dia tidak sedang bermeditasi) dan keadaan ini memberi kepadanya suatu kesadaran yang melampaui keadaan sadar yang biasa: pikiran-pikiran dan keyakinan-keyakinannya bukan lagi ada hanya dalam dunia gagasan, tetapi betul-betul dialaminya dengan jelas dalam dunia nyata.

(5) Amygdala

Amygdala adalah bagian otak yang paling tua dalam perjalanan sejarah evolusi biologis otak manusia, terbentuk 450 juta tahun yang lalu. Amygdala menjadi suatu bagian dari sistim limbik organ otak. Jika aktivitas amygdala meningkat, maka gelombang rasa takut dan kecemasan menyerbu anda, karena zat-zat neuro-kimiawi yang destruktif mengalir deras masuk ke dalam otak. Jika orang berpikir negatif terhadap dirinya sendiri, atau memandang kehidupan ini dengan negatif, aktivitas di amygdala makin meningkat. Ketika dirangsang secara berlebihan, amygdala menciptakan suatu impresi emosional tentang suatu allah yang menakutkan, autoritatif, dan menghukum, dan menekan serta mematikan kemampuan frontal lobe untuk berpikir logis mengenai Allah.

(6) Striatum

Struktur ini menghambat dan menekan aktivitas dalam amygdala sehingga memungkinkan anda merasa aman di dalam kehadiran Allah, atau di dalam kehadiran objek atau konsep apapun yang anda sedang kontemplasikan. Bersama dengan anterior cingulate (tentang ini, lihat di bawah), striatum mengendalikan amarah dan rasa takut. Jika aktivitas di dalam anterior cingulate dan striatum terhambat, maka amygdala mengambil kendali dan keadaan ini membangkitkan respons “tempur atau mundur” (fight or flight response) yang menyebar ke dalam setiap bagian otak anda.

(7) Anterior cingulate

Korteks ini masih berusia sangat muda, berusia 15 juta tahun dalam perjalanan sejarah evolusi biologis otak manusia, yang berlangsung bersamaan dengan evolusi kebudayaan dan pemikiran keagamaan manusia. Korteks anterior cingulate adalah “jantung” (atau “hati”) dan “jiwa” neurologis manusia. Korteks ini memainkan suatu peran yang menentukan di dalam praktek-praktek spiritual, dan terlibat dalam pembelajaran, memori, perhatian yang terfokus, pengaturan emosi, koordinasi motoris, jumlah detak jantung, pendeteksian kesalahan, pengantisipasian ganjaran, pemonitoran konflik, evaluasi moral, perencanaan strategi, empati dan kasih sayang.

Korteks ini menjadi suatu perantara atau sebuah titik tengah jungkat-jungkit antara perasaan-perasaan dan emosi-emosi yang muncul dalam sistim limbik pada satu pihak dan logika serta nalar yang diproses dalam frontal lobe pada pihak lainnya. Kesadaran sosial dan intuisi juga dibangun dalam korteks ini. Jika bagian otak ini diaktifkan terus-menerus, maka anda akan menjadi seorang yang toleran dan pluralis, dan dapat berumur panjang. Perempuan memiliki struktur anterior cingulate lebih besar ketimbang pria; karena itulah kaum perempuan umumnya lebih empatis, lebih mudah merasakan keadaan diri orang lain, lebih terampil bersosialisasi, tetapi juga lebih reaktif terhadap rangsangan-rangsangan yang menimbulkan ketakutan.

Struktur ini memungkinkan anda mengalami Allah sebagai Allah yang pengasih, penyayang dan berbela rasa. Struktur ini mengurangi kecemasan, rasa bersalah, ketakutan dan kemarahan religius dengan cara menekan aktivitas di dalam amygdala.

(8) Sistim limbik

Sistim ini terdiri atas amygdala, hippocampus, hypothalamus, dan thalamus, selain bagian-bagian lain yang tidak diperlihatkan dalam gambar. Jika sistim limbik makin aktif, intensitas emosional meningkat. Orang yang memiliki sistim limbik yang sangat aktif dapat terbenam ke dalam perenungan tentang ajaran tentang dosa warisan yang bermula dari suatu Allah pemurka terhadap nenek moyang manusia. Allah yang tercipta dalam sistim limbik adalah Allah yang kejam, keras, agresif, pemarah, pendendam, penghukum dan menakutkan. Selain itu, orang yang memiliki sistim limbik yang sangat aktif mudah terserang penyakit jantung dan penyakit otak; dan karenanya akan berumur pendek (tetapi tentu tidak selalu demikian).

Pengalaman spiritual

Pengalaman spiritual seseorang, entah pengalaman yang nyata atau yang dibayang-bayangkan saja, mengubah neuron-neuron di organ otaknya sehingga orang ini memandang kenyataan dan hubungan dirinya dengan dunia berbeda secara signifikan dari sebelumnya. Dibandingkan kemampuan alam sadar yang memproduksi pandangan tentang kenyataan secara terbatas dan terfragmentasi, proses tak sadar dalam otak manusia melahirkan pandangan yang lebih menyeluruh atas kenyataan.

Pengalaman-pengalaman spiritual mendorong bekerjanya sistem saraf otak yang membangkitkan perasaan seseorang (sistem saraf simpatetis) dan yang menenangkan batinnya (sistem saraf parasimpatetis). Pengalaman spiritual sangat beraneka ragam dan distimulasi oleh (dan menstimulasi) beraneka ragam aktivitas neurologis dalam lebih dari satu bagian organ otak manusia. Dan setiap orang memiliki “sidik jari” neurologis yang unik di dalam otaknya yang menggambarkan Allah yang dipercayanya. Hampir tidak ada seorangpun menggunakan kata-kata, frasa-frasa, atau ungkapan-ungkapan yang sama dengan yang dipakai orang lain dalam mendeskripsikan pengalaman spiritual berjumpa dengan suatu Allah. Setiap pengalaman keagamaan dan pengalaman spiritual adalah unik, karena tidak ada satupun helaian DNA otak manusia yang sama dengan helaian DNA otak manusia lainnya dan juga karena perbedaaan kebudayaan yang membesarkan dan membentuk kesadaran kognitif setiap manusia.

Bisa terjadi bahwa teks-teks suci yang berbeda-beda pada hakikatnya menggambarkan suatu pengalaman rohani universal, tetapi ketika pengalaman ini ditulis, penulisannya menggunakan bahasa yang unik, yang diangkat dari kebudayaan dan denominasi organisasi keagamaan masing-masing penulisnya yang berlain-lainan. William James (dalam bukunyaThe Varieties of Religious Experience: A Study in Human Nature [Longman, 1902]) berpendapat bahwa pengalaman-pengalaman spiritual manusia dalam perjalanan sejarah relatif tetap konsisten. Neurosains juga menemukan bahwa otak manusia selama ribuan tahun telah melahirkan secara spontan pengalaman-pengalaman spiritual dan mistikal. Meskipun ada suatu elemen universal dalam setiap agama, namun manusia tidak memiliki kemampuan linguistik untuk mengekspresikan pengalaman-pengalaman ini dengan tingkat akurasi yang tinggi, sehingga terciptalah keanekaragaman gagasan-gagasan teologis.

Orang fundamentalis

Jika orang terlibat terus-menerus dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang terfokus pada kemarahan dan rasa takut yang mengaktifkan organ amygdala dalam otak, seperti terjadi pada kalangan beragama fundamentalis, anterior cingulate akan mengalami kerusakan permanen. Jika hal ini terjadi, seorang fundamentalis religius akan kehilangan rasa peduli pada orang lain dan akan menyerang orang lain dengan sangat agresif. Jika anda mengharapkan suatu kejadian negatif di masa depan yang mengancam nyawa banyak orang, maka aktivitas di anterior cingulate akan menurun dan sebaliknya aktivitas di amygdala meningkat. Keadaan neurologis semacam ini menimbulkan kecemasan dan neurotisisme sangat tinggi. Orang yang menderita keadaan mental semacam ini akan tertarik pada agama-agama fundamentalis karena agama-agama sejenis ini menawarkan suatu sistem kepercayaan religius yang sangat terstruktur yang mengurangi perasaan-perasaan serba tidak pasti, dan yang memungkinkannya untuk menyalurkan semua dorongan agresif yang dibangkitkan oleh amygdala.

Sebaliknya, jika anda ingin memiliki anterior cingulate, frontal cortex dan sistim limbik yang sehat, anda perlu dengan teratur melakukan meditasi atau tekun berdoa, dengan terus-menerus merenungi konsep-konsep yang dapat membawa anda masuk ke dalam cinta kasih, sukacita, toleransi, optimisme dan pengharapan. Dengan bermeditasi secara teratur dan terus-menerus, otak akan semakin sehat, sebab melalui meditasi otak kita melawan kecenderungan biologis manusia untuk bereaksi penuh amarah dan permusuhan terhadap situasi-situasi yang berbahaya dan yang mengancam.

Orang ateis

Jika orang berkontemplasi tentang Allah, Allah dapat dirasakannya tidak bermakna atau tidak bernilai; hal ini disebabkan oleh tidak aktifnya frontal lobe dan sistim limbik dalam otak. Orang dapat tidak beragama atau menjadi ateis jika frontal lobe dan sistim limbik tetap dibiarkan tidak aktif ketika kepadanya diajukan soal-soal spiritual. Kalangan ateis mengalami pola aktivitas neuron otak yang berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya ketika mereka memikirkan konsep tentang Allah. Jadi, apa yang dinamakan “God spot” yang terpatri dalam organ otak kita sebetulnya tidak ada.

Kalau pun terdapat neuron-neuron dalam organ otak kita yang sensitif terhadap Allah, sehingga dapat disebut sebagai “God neuron”, neuron-neuron ini tidak dapat dilokalisasi secara statis dan permanen di satu tempat, tetapi terdapat di tempat-tempat yang berbeda dari orang yang satu ke orang lainnya. Bagi orang yang satu, neuron semacam ini dapat berkaitan dengan perasaan senang dan terpesona; tetapi bagi orang lainnya, dengan perasaan kecewa dan dengan rasa sakit. Ihwal siapa dan bagaimana Allah bagi anda, bergantung pada pola neurologis khas yang terbentuk di otak anda, dan pola ini berkorelasi dengan gaya perilaku emosional pribadi anda. Juga bisa ada orang yang tidak memiliki sirkuit neurologis apa pun yang memungkinkannya mengonstruksi suatu citra positif atau suatu citra negatif mengenai Allah. Untuk orang semacam ini yang tidak memiliki “God neuron”, dia harus mencari makna dan tujuan kehidupannya di bidang-bidang lain, misalnya melalui pengabdian diri dalam dunia sains dan melalui pelayanan karitatif advokatif kepada umat manusia dan semua makhluk hidup lainnya.

“Dua binatang” dalam otak manusia

Memakai sebuah metafora, ada dua binatang di dalam otak kita, yakni satu binatang jahat dan satu binatang baik. Bagaimana sifat otak kita, dan dengan demikian juga bagaimana sifat kepribadian dan orientasi religius kita, ditentukan oleh binatang mana yang kita beri makan paling banyak sehingga menjadi jauh lebih besar dari binatang yang satunya lagi. Binatang jahatnya berdiam dalam sistim limbik otak kita; dan binatang baiknya ada dalam struktur frontal lobes dan anterior cingulate.

Sistim limbik, yang di dalamnya terdapat amygdala, terbentuk sudah sangat lama dalam sejarah evolusi otak manusia, yakni 450 juta tahun yang lalu, dan sudah menguasai kehidupan manusia sejak 150 juta tahun yang lalu. Jika sistim limbik terlalu aktif dan organ amygdala menguasai semua kegiatan neurologis, dan frontal lobe serta anterior cingulate tidak mengambil alih kendali atas kegiatan neurologis dalam otak, maka Allah yang dimunculkan adalah Allah yang keras, kejam, egoistik, agresif, pendendam, pemarah, penghukum, menakutkan dan mematikan; dan orang yang membesarkan Allah semacam ini di otaknya juga tumbuh menjadi seorang fundamentalis yang agresif sebagaimana juga sifat Allah yang dipujanya.

Sebaliknya, jika frontal lobes dan anterior cingulate (yang berusia masih muda dalam sejarah evolusi biologis otak manusia) dilatih terus-menerus untuk aktif mengendalikan semua aktivitas neurologis dalam otak kita, dan kita terus-menerus memberinya makanan berupa konsep-konsep, perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman kehidupan yang berisi cinta kasih, empati, kepercayaan, bela rasa, logika rasional, nalar, toleransi, kesadaran dan tanggungjawab sosial, maka Allah dalam neuron-neuron otak kita adalah Allah yang maha pengasih dan penyayang, penuh kemurahan, empatis, penyabar, pelindung, dan terbuka untuk dikaji dan dipikirkan oleh akal dan dibaharui oleh akal. Orang yang memiliki frontal lobes dan anterior cingulate yang aktif akan menjadi orang beragama yang liberal, kritis, rasionalis, progresif, terbuka, toleran, berbela rasa dan pluralis, dan karenanya akan lebih mungkin berumur panjang (tetapi tentu tidak selalu demikian).

Masa depan Allah

Gagasan tentang Allah terus berevolusi dalam perjalanan sejarah makhluk homo sapiens sapiens: semula nenek moyang makhluk cerdas ini memandang Allah sebagai suatu Allah yang autoritarian dan pemarah serta penghukum, tetapi kemudian gagasan ini lambat laun berevolusi sehingga muncullah konsep tentang Allah yang bijaksana, pengasih dan penyayang. Evolusi kultural pemikiran tentang Allah ini mengikuti evolusi neurologis dalam organ otak manusia. Karena evolusi dalam kebudayaan dan organ otak manusia terus berlangsung, maka gagasan dan pengalaman tentang Allah tidak akan lenyap di masa depan peradaban manusia. Tetapi Allah di masa depan tentu tidaklah harus sama dengan Allah yang digambarkan dalam kitab-kitab suci kita sekarang. Allah masa depan adalah Allah yang penuh misteri, yang tidak dapat ditangkap oleh kata-kata manusia, tetapi dialami oleh manusia dalam suatu pengalaman kesatuan mistikal yang tak dapat diekspresikan oleh kata-kata manusia, dan karenanya orang akan berbicara bukan lagi tentang agama-agama lembaga yang terkotak-kotak, tetapi tentang spiritualitas yang sangat kaya dengan makna, nilai, tujuan, dan simbol-simbol yang dihayati melalui jalan-jalan yang majemuk dan tak terhabiskan. Allah masa depan akan memegang banyak peran dan mentransendir banyak tafsiran tradisional atas teks-teks suci keagamaan. Allah masa depan, karenanya, adalah sebuah metafora yang tak pernah habis dimaknai dan diungkap, jika memang dapat dimaknai dan dapat diungkap, dalam usaha manusia mencari kebenaran dan makna yang paling mendasar buat kehidupannya.

Evaluasi

Sudah menjadi suatu pandangan umum di kalangan orang beragama bahwa sains dan agama tidak bisa dipertemukan, keduanya selalu bertentangan. Sains terfokus pada kajian-kajian terhadap segala sesuatu yang objektif dan empiris; sedangkan agama terfokus pada kepercayaan atau iman tanpa bukti objektif empiris apapun tentang adanya suatu Allah (atau banyak Allah) dan dunia supernatural. Sains berkutat dalam dimensi logismos (=logika), sedangkan agama dalam dimensi pistis (=iman). Pandangan ini sebenarnya sangat keliru, sebab agama dan kepercayaan keagamaan bisa dikaji secara ilmiah. Dewasa ini minimal ada tiga bidang ilmu yang menjadikan agama dan kepercayaan keagamaan sebagai objek-objek kajian ilmiah objektif.

Pertama, adalah kajian di bidang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi agama dan antropologi kultural. Kedua bidang ilmu sosial ini memperlakukan agama dan kepercayaan keagamaan sebagai fenomena sosiologis dan antropologis dan karenanya terbuka untuk dikaji secara ilmiah. Apapun klaim orang beragama tentang agamanya (misalnya bahwa agamanya “diturunkan” dari langit sebagai wahyu ilahi, dan karenanya bukan buatan atau ciptaan manusia), setiap agama, dilihat dari kajian sosial, memiliki unsur-unsur sosiologis antropologis buatan manusia, yang terbuka untuk dikaji secara ilmiah, objektif dan empiris. Secara objektif, setiap agama memiliki lima unsur sosiologis empiris yang membuatnya setara dengan organisasi-organisasi sosial lainnya, yakni 5 unsur K: komunitas sosial, kultus ritual, kanon (= kitab suci), kode etik moral, dan kredo. Kelima unsur ini menjadikan setiap agama terbuka untuk dikaji secara sosial antropologis, yakni mengenai asal-usul sosiologis kulturalnya, sejarahnya, konteks sosio-budayanya, strategi beradaptasinya, strategi pertahanan dirinya, agenda perjuangannya, arah dan tujuannya, ideologi atau pandangan dunia-nya (worldview), nilai-nilai sosio-kulturalnya, tantangannya, kepemimpinannya, perilaku sosial anggota-anggotanya, karya-karyanya, kehidupan ekonomi anggota-anggotanya, relasi antara pengalaman kehidupan sosial, ideologi dan kepercayaannya pada hal-hal supernatural, dlsb.

Kedua, adalah psikologi agama, yang secara ilmiah mengkaji setiap fenomena keagamaan sebagai suatu fenomena yang bersumber pada dan berkaitan dengan kondisi-kondisi psikologis umat (individual maupun kolektif) yang menganutnya, yang hidup dalam suatu konteks sosial yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi psikis ini. Psikologi agama memperlakukan semua pengalaman keagamaan sebagai pengalaman psikologis manusia, inheren dalam jiwa manusia, terlepas dari ada atau tidak adanya suatu Allah supernatural yang dipercaya umat beragama.

Ilmu yang ketiga berkait erat dengan psikologi agama, yakni neurosains (atau neurobiologi). Neurosains adalah suatu kajian ilmiah terhadap otak manusia dan sistim saraf rumit yang bekerja di dalamnya. Kalau neurosains diterapkan pada agama dan semua gejala spiritual, ilmu terapannya ini dinamakan neuroteologi. Nah, buku yang isi pokoknya sudah dikemukakan di atas adalah buku tentang neurosains dan neuroteologi, yang ditulis oleh dua orang neurosaintis terpandang, Andrew Newberg dan Mark Robert Waldman. Kita tentu harus berterima kasih kepada keduanya.

Neurosains dan neuroteologi tidak bisa membuktikan apakah Allah secara objektif ada atau tidak ada sebagai suatu realitas supernatural. Tetapi uraian di atas telah memperlihatkan kepada kita bahwa semua pengalaman keagamaan dan setiap perilaku keagamaan (entah yang bercorak fundamentalis pemberang ataupun yang bercorak liberal pengasih) dapat dicari sumber-sumbernya pada aktivitas neuron-neuron otak manusia dan pada bagian-bagian struktural otak manusia yang sudah terbentuk selama perjalanan panjang evolusi biologis otak manusia. Ada atau tidak adanya Allah secara objektif sebagai suatu realitas adikodrati, otak manusia memampukan manusia untuk membangun sebuah agama dan memikirkan serta memilih sifat-sifat Allah yang diperlukannya, yang dipandangnya dapat membuat dirinya bertahan dalam lingkungan alam dan lingkungan kebudayaannya sendiri.

Karena setiap kehadiran suatu bentuk agama berdampak pada kehidupan masyarakat sepanjang sejarahnya, maka kita yang mencintai kehidupan, bukan kematian dan kehancuran di muka Planet Bumi, tentu perlu mengarahkan kehidupan agama kita ke arah yang benar, yakni agama kita harus menghasilkan ketahanan kehidupan yang baik untuk semua spesies di planet ini. Kita perlu memompa gagasan-gagasan tentang suatu Allah yang maha baik dan maha berbela rasa dan maha bijaksana ke dalam organ otak kita sehingga aktivitas di frontal lobes dan di anterior cingulate terus meningkat, dan aktivitas neurologis kuat di bagian-bagian organ otak ini pada gilirannya semakin membentuk kepribadian sosio-religius kita yang terbuka pada cinta kasih, tanggungjawab sosial, toleransi, empati, pluralisme, kesatuan umat manusia, kemajemukan religiokultural, kecerdasan religius, dan rasionalitas manusia serta sains.

Dr. Ioanes Rakhmat

(Tulisan ini telah dibahas dalam acara bedah buku Komunitas Kristen Progresif di Grand ITC Permata Hijau, Jakarta Selatan, Indonesia, tanggal 09 Agustus 2010)

Anti-rasionalis dalam Beragama

Oleh Ioanes Rakhmat pada 03 September 2010 jam 10:02 (Tulisan ini telah terbit di Koran Tempo edisi pagi ini, 3 September 2010. Untuk lihat, klik di sini)

Dalam otak manusia, terdapat banyak struktur dan sirkuit neurologis rumit yang menjadi suatu objek kajian dari ilmu yang dinamakan neurosains. Ketika fokus neurosains ditujukan pada relasi antara aktivitas sirkuit-sirkuit neurologis dalam otak dan perilaku beragama, muncullah sebuah disiplin ilmu yang dinamakan neuroteologi.

Dua binatang bertempur dalam otak manusia: siapa kuat, dia menang

Menurut neuroteologi, perilaku beragama anti-rasionalis fundamentalis ditimbulkan oleh aktivitas neurologis sangat kuat pada sirkuit amygdala yang menjadi suatu bagian neurologis dari sistim limbik otak manusia. Sebaliknya, perilaku beragama rasionalis ditimbulkan oleh aktivitas yang kuat pada sirkuit frontal lobes dalam organ otak manusia. Jika sirkuit frontal lobes diaktifkan bersamaan dengan sirkuit anterior cingulate, maka orang akan dapat beragama rasionalis sekaligus memiliki cinta, bela rasa dan empati yang tinggi terhadap kehidupan sesama.

Agresif mematikan

Amygdala dan sistim limbik secara keseluruhan adalah suatu bagian otak paling tua dalam sejarah evolusi biologis otak manusia, terbentuk sekitar 450 juta tahun lalu, dan sudah menguasai kehidupan manusia sejak 150 juta tahun yang lalu. Jika aktivitas amygdala meningkat, maka gelombang ketakutan dan kecemasan menyerbu anda, karena zat-zat neuro-kimiawi yang destruktif mengalir deras masuk ke dalam otak. Jika orang berpikir negatif tentang dirinya sendiri, atau memandang kehidupan ini dengan negatif, aktivitas di dalam amygdala makin meningkat. Ketika dirangsang secara berlebihan, amygdala dalam sistim limbik otak menciptakan suatu impresi emosional tentang suatu Allah yang menakutkan, otoritatif, egoistik, agresif, pemaksa, pendendam, pemarah dan penghukum, dan menekan serta mematikan kemampuan frontal lobes untuk berpikir logis mengenai Allah.

Suatu cara neurologis untuk menekan aktivitas berlebihan dari sirkuit amygdala adalah dengan mengaktifkan sirkuit striatum. Struktur striatum menghambat dan menekan aktivitas dalam amygdala sehingga memungkinkan anda merasa aman di dalam kehadiran Allah, atau di dalam kehadiran objek atau konsep apapun, yang anda sedang kontemplasikan. Bersama dengan sirkuit anterior cingulate, striatum mengendalikan amarah, rasa takut dan kebencian.

Jika aktivitas di dalam anterior cingulate dan striatum terhambat, maka amygdala mengambil kendali dan keadaan ini membangkitkan respons “tempur atau mundur” (fight or flight response) yang menyebar ke dalam setiap bagian otak anda, yang mendorong dan meyakinkan diri anda bahwa anda sedang berada dalam suatu pertempuran yang harus anda menangkan apapun taruhannya.

Jika orang terlibat terus-menerus dalam kegiatan keagamaan yang terfokus pada kemarahan dan rasa takut yang mengaktifkan organ amygdala, seperti terjadi pada kalangan beragama fundamentalis, anterior cingulate akan mengalami kerusakan permanen. Jika hal ini terjadi, seorang fundamentalis religius akan kehilangan kepedulian pada orang lain dan akan menyerang orang lain dengan agresif.

Jika anda mengharapkan suatu kejadian negatif di masa depan yang mengancam nyawa banyak orang, maka aktivitas di anterior cingulate akan menurun dan sebaliknya aktivitas di amygdala meningkat. Keadaan neurologis semacam ini menimbulkan kecemasan dan neurotisisme sangat tinggi. Orang yang menderita keadaan mental semacam ini akan tertarik pada agama-agama fundamentalis karena agama-agama jenis ini menawarkan suatu sistem kepercayaan religius yang sangat terstruktur yang mengurangi perasaan serba tidak pasti, dan yang memungkinkannya untuk menyalurkan semua dorongan agresif yang dibangkitkan oleh amygdala.

Supaya kehidupan beragama menjadi rasionalis sekaligus dipenuhi cinta, bela rasa dan empati, orang perlu mengaktifkan terus-menerus dua sirkuit dalam organ otak: frontal lobes dan anterior cingulate.

Rasionalis berbelarasa

Frontal lobes menjadikan kita manusia yang unik, sebagai makhluk cerdas dan pemikir. Semakin orang giat dalam kegiatan intelektual, semakin kuat frontal lobes-nya. Di dalam bagian korteks neurologis inilah berakar imajinasi, kreativitas, orisinalitas dan kemampuan bernalar dan berkomunikasi dengan orang lain, dan kemampuan untuk menjadi lebih damai dan lebih termotivasi. Di dalam bagian otak ini konsep logis mengenai suatu Allah yang rasional, bijaksana dan pengasih, dibangun. Di dalam struktur ini juga berkembang logika yang anda gunakan untuk mengevaluasi kepercayaan-kepercayaan keagamaan anda. Jika aktivitas frontal lobes meningkat, sementara aktivitas sistim limbik menurun, maka orang akan merasakan kedamaian dan ketenteraman.

Korteks anterior cingulate masih berusia sangat muda, berusia 15 juta tahun dalam sejarah evolusi biologis otak manusia. Korteks anterior cingulate adalah sentra “hati” dan “jiwa” neurologis manusia. Korteks ini memainkan suatu peran yang menentukan di dalam kegiatan spiritual, dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, memori, perhatian yang terfokus, pengaturan emosi, koordinasi motoris, jumlah detak jantung, pendeteksian kesalahan, pengantisipasian ganjaran, pemonitoran konflik, evaluasi moral, perencanaan strategi, empati dan kasih sayang. Kesadaran sosial dan intuisi juga dibangun dalam korteks ini.

Struktur anterior cingulate memungkinkan anda mengalami Allah sebagai Allah yang pengasih, penyayang dan berbela rasa. Struktur ini mengurangi kecemasan, rasa bersalah, ketakutan dan kemarahan religius dengan cara menekan aktivitas di dalam amygdala. Jika anterior cingulate diaktifkan terus-menerus, maka anda akan menjadi seorang yang toleran dan pluralis.

Kesimpulan

Memakai sebuah metafora, kita dapat katakan bahwa ada dua binatang dalam otak manusia, yakni binatang jahat berupa amygdala dalam sistim limbik, dan binatang baik berupa sirkuit frontal lobes dan sirkuit anterior cingulate. Mana dari kedua binatang ini yang akan makin tumbuh besar, bergantung pada binatang mana yang anda beri makan paling banyak, melalui lingkungan pergaulan anda, melalui pendidikan yang anda terima, melalui buku-buku yang anda baca, dan melalui pelatihan spiritual yang anda jalani. Yang memberi makan binatang-binatang ini bukanlah Tuhan Allah anda yang berdiam di surga, tetapi diri anda sendiri. Apakah seseorang akan menjadi rasionalis beragama, atau malah menjadi anti-rasionalis fundamentalis beragama, hal ini tidak ditentukan sama sekali oleh kehendak dan penugasan suatu Allah yang bertakhta di atas langit, tetapi oleh ihwal bagaimana dia mengelola organ otaknya sendiri. []

Untuk pendalaman kajian neurosains dan neuroteologi, empat buku berikut ini memberi manfaat besar:

* Andrew Newberg & Mark Robert Waldman, How God Changes Your Brain: Breakthrough Findings from A Leading Neuroscientist (Ballantine Books, 2009).

* Andrew Newberg & Mark Robert Waldman, Born to Believe (The Free Press, 2007).

* Andrew Newberg & Mark Robert Waldman, Why We Believe What We Believe (The Free Press, 2006).

* Andrew Newberg & E. d'Aquili, Why God Won't Go Away (Ballantine Books, 2002).

Sumber http://www.facebook.com/notes/ioanes-rakhmat/anti-rasionalis-dalam-beragama/433756164095


Mengapa Babi itu Haram? Suatu Tinjauan Kritis Historis

Oleh Lutfi As


Seorang ibu rumah tangga di Medan berkirim sur-el kepada saya, demikian bunyinya;

Yth, DR. Lutfi,

Pak Lutfi saya senang sekali membaca tulisan2 dari bapak. Sangat mencerahkan. Saya ada sedikit pertanyaan, pak. Mohon dijawab dengan jelas dan sederhana:

Kenapa babi itu dianggap haram dalam agama Islam?

Saya seorang muslim yang menikah dengan seorang nasrani, tidak ada ganjalan yang berarti bagi saya kecuali ketika saya diundang makan bersama dalam keluarga suami saya. Saya jadi takut kalau-kalau yang kemakan oleh saya itu ternyata mengandung daging babi.

Demikian surat dari saya. Mohon maaf jika merepotkan.

Wassalam.


Sekalian saya jawab saja dalam note ini untuk ibu RP dan para pembaca yang dimuliakan:

Tidak, saya tidak merasa direpotkan. Malahan senang sekali berbagi pencerahan dengan sesama manusia. Saya sendiri salut kepada ibu RP ini berani memperjuangkan cinta untuk menikah dengan seorang ‘kafir’. Dan saya jamin baik kepada ibu RP dan para pembaca bahwa jawaban dari saya belum pernah anda dapatkan dari para ahli kalam manapun dalam khasanah islam. Teori ini orsinil dari saya.

Masalah kenapa babi diharamkan dalam islam selalu mengundang kebingungan, kenapa allah swt nampaknya begitu emoh dengan mahluk ciptaannya sendiri yang bernama babi. Dan tanpa alasan yang jelas kenapa islam begitu alergi dengan babi. Bahkan dengan mudahnya umat Islam membabi-babikan pihak lain yang bersebrangan keyakinannya dengan kita. Seakan-akan babi itu an sich / pada dirinya sendiri adalah kutukan.

Jikalau islam mengharamkan minuman keras, itu jelas alasannya. Minuman keras, bila diteguk secara berlebihan, membuat si peminum kehilangan control dan dapat melakukan apa saja yang berbahaya di luar kesadaran si pelaku. Begitu pula dengan larangan judi, itu jelas bikin orang malas, tidak mau kerja keras.

Tapi kalau dengan babi, apanya yang salah dengan babi? Kita mencari-cari alasan bahwa babi mengandung cacing pita, dan kadar kolestrol yang tinggi. Tahukah anda bahwa kadar kolestrol yang tinggi tidak dikandung dalam jeroan babi, tapi dari telur puyuh? Dan masalah penyakit dalam babi, toh sama saja dengan penyakit yang ada dalam sapi, unggas dsb yg dianggap halal untuk dimakan.

Ada pemikir2 islam yang enteng saja menjawabnya,” Allah swt melarang kita makan babi bukan karena daging babi itu ada apa-apanya, tapi karena ia sayang kepada kita.”

Ah, itu kan alasan yang mengada-ada dari ketidaktahuan saja. Kalau sesuatu itu dilarang, kita berasumsi karena sesuatu itu berdampak buruk atau mengandung keburukan dalam dirinya sendiri. Maka dari itu babi / daging babi layak diperiksa secara medis.

Analisa medis atas daging babi menyarankan bahwa daging babi sama saja seperti halnya daging lain, sama-sama ada kebaikan dan keburukannya. Apakah daging babi membawa prilaku buruk pada pemakannya? Tidak. Sama sekali tidak ada. Makan babi atau pun tidak makan babi – manusia yah sama saja ada yang agresif ada yang lembut, ada yang malas ada juga yang pekerja keras, seperti orang cina. Daging babi sama sekali tidak mempengaruhi sifat manusia.

Jadi apa yang membuat islam mengharamkan daging babi? Inilah jawabannya.

Islam is Judaism-minded in Law and Half Christian Form in rites.

Agama islam adalah agama yang dibentuk dari cara berpikir yahudi dan ritual nasrani. Begitu sedikit orang yang tahu bahwa islam mengambil ritual shalat dari Kristen ortodoks suriah, hal ini dikarenakan wajah nasrani yang kita lihat pada umumnya bukanlah nasrani dimana umat islam awal bersentuhan, tapi nasrani katolik roma dan protestan. Dan sebenarnya, Siriah adalah rahim dimana teks-teks islam awal ditulis pada abad ke-9 M, 200 tahun setelah apa yang kita kira jaman kelahiran Muhammad. 1 00 azma allah swt itu diambil abis dari nasroni siriah. Dari gaya bahasa dan bentuk penulisan aramik-suryani inilah kisah-kisah dalam alquran dan hadist nabi ditulis. Maka dari itu orang arab sendiri kesulitan memahaminya dan berdalih alquran itu adalah ‘firman yang tak terselami oleh otak’. Lha iyalah lha wong itu bukan orsinil arab.

Dan sebenarnya Kristen ortodoks suriah ini melakuan ritualnya mengambil bentuk dari ibadah yahudi yaitu shemma. Kata shalat kemungkinan berasal dari kata ‘sela’, yang dalam bahasa ibrani berarti sujud. Orang yahudi sujud menghadap yerusalem 7 kali dalam sehari. Dan ini ditiru oleh orang Kristen suriah yang nantinya ditiru lagi oleh islam dan diaku- aku sebagai hasil tawar menawar nabi kita dengan tuhan, karena allah meminta umatnya shalat 1000 kali sehari, maka Muhammad menawar sampai hanya 5 x sehari saja. Bisakah anda merasakan kejanggalan mitos ini? Mosok ada tuhan yang gila hormat sampai musti dipuji2 manusia 1000 kali dalam sehari dan mau tawar menawar dengan manusia?

The bottom line adalah akar dari islam itu adalah agama yahudi. Kita mengambil tauhid mereka, kita mengambil cerita2 mereka dan mendamprat mereka sesuka hati karena mereka tidak mengakui kenabian Muhammad. Lha iya lah islam mengajar yahudi itu ibarat anak itik yang baru bisa berenang petantang – petenteng di depan ikan hiu. Yahudi jauh lebih memahami apa itu kenabian, apa itu sasta dalam kitab-kitab dsb. Dan cara berpikir yahudi itu sudah lebih mapan ribuan tahun dari pada islam. Jadi bagaimana mungkin mereka mau tunduk terhadap islam dalam tauhidnya? Terhadap arogansi Kristen yang bombastis itu saja yang mengaku ada tuhan jadi manusia mereka tidak mau menyerah koq? “Tuhanmu itu cuman seorang nabi dari ratusan nabi dalam agama kami”, demikian kata orang yahudi kepada orang nasrani.

Dari agama yahudi inilah kepercayaan tentang haram dan halal itu berasal.

Pada mulanya adalah mitos.

Menurut tourat bangsa israil berasal dari trah nabi Ibrahim dari tanah Sumeria yang kemudian berkelana ke daerah Kanaan. Lalu Ibrahim menetap di kanaan dan mempunyai anak Iskak, yang menjadi leluhur bangsa israil dan ismail yang menjadi leluhur bangsa moab dan midian, bangsa yang kita sebut yordania saat ini. Dari Iskak maka lahirlah yakub dan cucunya yang berjumlah 12 orang yang salah satunya Yusuf dijual ke orang mesir, yang nantinya menjadi perdana mentri di mesir. Pada suatu masa tanah kanaan ini dilanda kekeringan sehingga yaqub dan anak cucunya minta perlindungan ke mesir. Dan di saat itulah Yusuf diberi ijin oleh firaun untuk menampung kaum duafa ibrani ini sebagai balas jasa firaun kepada Yusuf yang telah menjadi penasihat logistic mesir di masa paceklik. 300 tahun kemudian seorang firaun baru muncul dan menjadikan bani israil ini sebagai budak-budaknya untuk membangun piramid2 di Giza. Dan dari sinilah muncul Musa as, saudara angkat dari firaun yang sebenarnya adalah seorang dari bani israil. Ia memberontak terhadap firaun dan memintanya membebaskan saudara-saudaranya dari perbudakan menuju tanah terjanji di kanaan itu.

Dan musa inilah yang mengajarkan bani israil tentang apa yang baik dan buruk, halal dan haram yang tertulis dalam kitab torat.

Begitulah cerita itu dipercaya oleh ketiga agama besar yang katanya dituntun oleh tuhan yang sama. Anehnya allah swt / Yahweh / tuhan / abbaitu sendiri, beserta jibril sang kacung, tidak sadar bahwa cerita itu sendiri adalah kebohongan belaka. Kenapa baik awloh, jibril, para nabi yahudi, yesus dan Muhammad tidak sadar akan kebohongan cerita itu sampai-sampai para sarjana yahudi sendiri menjungkir balikan kepercayaan semu ini? Jawaban saya sederhana. Karena tuhan dan agama itu cuman konsep doang. Halal – haram itu cuman konsep doang. Tidak ada musa as, tidak ada Ibrahim as, dan tidak ada adam as. Semua itu tokoh fiktif. Yang ada adalah Lutfi as yang buah pikirannya sedang anda baca.

Cerita sebenar-benarnya

Berdasarkan kajian ilmiah antar disipliner yang melibatkan ahli teologi nasrani (kalamulah), socio- antropolog, ahli kepurbakalaan, banyak situs2 digali di Israel sejak pertengahan abad 19 sampai sekarang. Dan banyak kesimpulan mengejutkan didapatkan.

Kesimpulan umum menyatakan bahwa :

Bangsa Israel dan kerajaannya di kanaan adalah bangsa asli daerah tersebut. Bukan pendatang dari sumeria yang seperti dalam kisah Ibrahim. Dan tidak pernah ada kejadian eksodus, dimana musa as membawa bani israil dari mesir setelah sebelumnya Yahweh atau awlohnya orang ibrani ini menulahi firaun dengan tulah2 bombastis yang diakhiri dengan terbelahnya laut teberau. Semua itu kibulan belaka.

Buktinya? Temuan2 arkeologi menyatakan bahwa kerajaan mesir terbentang dari hulu sungai Nil (yang sekarang Sudan) sampai ke Suriah. Jadi kanaan atau daerah Israel itu adalah provinsi jajahan dari Mesir. Dan tidak pernah ada satu artefak pun di mesir yang menceritakan tentang tulah2 luar biasa, eksodus bani Israel, dan terbelahnya laut teberau.

Bagaimana mungkin ada yang disebut eksodus dari mesir ke kanaan, lha wong kanaan itu wilayah protektorat mesir sendiri? Memang benar bangsa kanaan ini membebaskan wilayahnya dari penjajahan mesir – tapi jelas tidak ada eksodus, karena dari awalnya mereka, bangsa yang disebut bangsa Israel ini, memang penduduk asli daerah itu. Sama pribuminya dengan bangsa2 midian, moab, beduin, dsb.

Jadi dari mana cerita itu dikarang-karang?

Dalam buku The Bibel Unearthed, adalah para sarjana Yahudi sendiri spt Flinkenstein dan Liebermann yang dengan meyakinkan berkesimpulan bahwa bangsa israil adalah bangsa yang lahir dari itikad politik para raja-raja kecil di sekitar kanaan yang bersatu untuk menjadi suatu bangsa berkerajaan yang nantinya disebut kerajaan Israel. Mengapa raja-raja kecil ini beritikad untuk bersatu? Alasannya karena secara demografis letak kanaan ini sangat potensial, ia menjadi jembatan ekonomi, politik dan peradaban antara dua kerajaan besar, mesir dan sumeria. Begitu pula karena letaknya dipinggir laut mediterania menjadikan daerah kanaan ini subur karena mendapatkan angin munson. Karena itulah maka bangsa-bangsa besar di sebelah seperti bangsa midian dan filistin sering menyerang dan menjarah hasil pertanian bangsa kanaan. Untuk itulah bangsa2 kanaan ini, yang mungkin berjumlah 12 kerajaan kecil (city state) bersatu. Kita bisa berasumsi angka 12 karena angka ini menjadi symbol dari 12 suku dari bani israil.

Baik pada jaman dahulu maupun jaman sekarang, spirit perjuangan itu mendapatkan komunikasi politik yang efektif dalam bentuk agama. Jika pemimpin mau berkuasa, kuasailah agamanya - maka rakyatpun akan menurut. Maka dari itu diciptakan cerita2 kepahlawanan tentang asal-usul leluhur mereka yang berasal dari Sumeria, bangsa dengan peradaban tertinggi saat itu, dan bahwa leluhur mereka pun pernah menetap di Mesir, bangsa dengan peradaban tertinggi di sebelah selatan. Serta pemimpin mereka , Musa, adalah pangeran yang berpengetahuan tinggi. Dan lewat agitasi politik ini maka terbentuklah semangat kebathinan bersama dalam wujud agama – hukum. Yang diantaranya mengurus tentang apa yang patut disembah, apa yang patut dimakan dsb. Karena kepatuhan kepada agama, adalah kepatuhan kepada pemimpin. Bagi suatu bangsa yang baru muncul, semangat seperti itu sangatlah dibutuhkan. Dan agitasi ini tidak terjadi dalam satu generasi melainkan lewat ratusan tahun. Cerita2 tentang leluhur Israel yang fiktif ini mencapai bentuk yang solid pada jaman pemerintahan raja Yosiah kira-kira 600-500 SM, kelak sekitar 200 tahun kemudian adalah ezra / uzair yang membukukan cerita2 tersebut dipadukan dengan kisah2 dari babel ttg penciptaan, adam, nuh dan banjir besarnya.

Jadi jangan pernah bermimpi tentang adanya tuhan yang berfirman di langit kepada para nabi, “demikianlah firman tuhan bla…bla…bla…” semua tulisan kitab itu, termasuk alquran, adalah produk budaya, buatan akal manusia yang tidak pernah lepas dari ruang dan waktu, budaya dan cara berpikir orang pada jaman tersebut. Dari terang pemahaman ini, apakah perlu memutlakan kitab2 agama ini jadi penuntun absolute manusia? Ambil ruh nya berupa penghormatan pada nilai2 kemanusiaan, bukan bentuknya.

Elevated Options (pilihan2 yang bertingkat)

Kedua belas bangsa kecil itu, yang berasal dari agama dan budaya yang berbeda2, mestilah dibangun kesadaran akan bersatu bangsa, bersatu agama dan bersatu pikiran. Mereka diarahkan mulai dari perkara-perkara real sampai pada perkara abstrak, mulai dari perkara apa yang boleh dimakan dan diminum sampai keyakinan tentang ketuhanan yang monotheistic.

Maka diaturlah laku masyarakat sampai ke hal-hal kecil, begitulah syariat mereka berlaku.

Kembali kepada masalah babi, sebenarnya yang diharamkan oleh bangsa yang baru bersatu ini bukanlah babi saja, namun semua jenis hewan berkaki empat yang kakinya berjari-jari mirip manusia. Jenis itulah yang tidak boleh dimakan. Jadi tidak hanya babi saja, melainkan, kucing, anjing,tikus, marmot, singa dsb. dan seandainya mereka tahu bahwa di belahan dunia nun jauh di sana ada kangguru dan capibara, jenis hewan inipun haram. Hanya hewan berkuku belah yang boleh dimakan, seperti sapi,kambing, onta dll.

Kenapa spesifik kepada babi orang yahudi begitu benci? Jawabannya

Pertama, karena tanah mereka yang begitu terbatas maka pertanian adalah penting, maka semua hama haruslah dibasmi, termasuk babi.

Kedua, karena cara hidup babi yang kotor dan suka berkubang di lumpur bisa dijadikan analogi ttg cara hidup kaum gentile / kafir yang tak bertuhan, pemalas, sia-sia dan najis.

Ketiga, karena kontur tanah mereka yang berbukit2 tidak memungkinkan bagi kawanan babi untuk hidup. Babi hanya bisa ditemukan di daerah utara, dimana daerahnya lebih hijau, yaitu daerah sekitar Samaria, Lebanon dan suriah atau di daerah selatan di tanah mesir yang kaya raya. Jadi apabila penduduk kanaan ingin memakan babi, mereka harus mengimpornya dari negeri2 di utara, atau dari selatan yaitu mesir. Dan prilaku hedonis macam ini yang dilarang oleh negara yang baru lahir itu sebagai sebuah bentuk ketergantungan.

Tapi yang lebih mendasari haram halalnya adalah karena pengaruh psikologis.

Karena penduduknya kanaan ini masih primitive dan belum dewasa dalam berdialektika, maka opsi yang ada bagi mereka hanyalah A dan B, haram dan halal, terang dan gelap, bani israil versus kafir.

Demi kemurnian ras mereka, bani srail tidak boleh memberikan anak-anak perempuan mereka untuk dikawini laki2 dari kaum di sekitar mereka. Namun kaum laki2 israil boleh mengawini perempuan2 dari bangsa2 lain. Nah, bukankah ini namanya politik infiltrasi lewat perkawinan? Dan ini yang dipegang teguh oleh islam karena selalu terobsesi dengan kemurnian ‘iman’. Itulah opsi A dan B yang hanya tersedia.

Namun kelak, ketika bangsa Yahudi ini lebih dewasa dan identitas kebangsaan sudah terbatinkan dalam benak mereka, maka opsi menjadi lebih bervariasi ada A, B, C, dan D. contoh: ketika bani israil ditawan oleh bangsa Persia, bani israil mencari perlindungan dengan membikin plot agar seorang putri mereka yang cantik bernama Ester dijadikan gundik seorang raja Persia. Dan Lewat gundik raja inilah bangsa Yahudi terpelihara dari percobaan genosida oleh seorang pejabat Persia yang membenci kaum yahudi. Manuver semacam ini pastilah akan dikutuk oleh leluhur mereka yang hanya berpikir sederhana saja yaitu A dan B.

Inilah yang saya maksud dengan elevated options atau pilihan bertingkat itu. Suatu prinsip yang abstrak dijadikan suatu hukum real dan mengikat sebagai cara untuk menginternalisasikan prinsip abstrak itu dalam laku hidup sehari-hari. Kelak ketika kesadaran suatu bangsa ini maju, maka opsi yang baru diperkenalkan dan dialektika semakin kompleks.

Suatu saat, seorang yahudi saleh di abad 1 masehi, yang tidak pernah makan makanan haram semacam babi dsb, mendapat ilham bahwa haram dan halal itu hanya konsep bikinan manusia. Semua ciptaan tuhan tidak ada yang haram dalam dirinya sendiri. Yahudi saleh yang saya maksud adalah petrus, murid dari nabi isa. Lewat petrus cs. inilah pengajaran gurunya disampaikan ke bangsa-bangsa diluar yahudi, karena tidak ada bangsa yang kafir, begitu pula tidak ada binatang yang haram. Perlawanan terhadap halal-haram ini dilakukan dalam gerakan anti-sunat. Manusia itu sudah sempurna dari sononya, sunat tidak menambah kesempurnaan manusia. Kalau bersunat ini memang menambah kesempurnaan, kenapa kita tidak terlahir dengan kulit khatan yang sudah terpotong? Inilah pemberontakan Kristen terhadap yudaisme, agama sumber dimana mereka pernah disapih.

Islam, suatu agama yang lahir sungsang

Ketika islam lahir, ia hanya begitu saja mengambil syariat2 yahudi tanpa memahami filosofis dibalik itu. Agama yahudi yang telah merentang massa ribuan tahun dan begitu pula agama Kristen yang telah berusia setengah millennium membuat mereka memiliki spectrum dalam berkhasanah. Namun tidak demikian dengan islam yang lahir sungsang dan dipioniri oleh kawanan2 padang gurun yang kasar dan berpikir praktis. Mereka hanya mengambil syariat dalam bentuk, bukan dalam semangat dan filosofi. Dan yang sial adalah kita yang hidup dalam dunia modern tapi harus berlaku seperti orang bodoh terhadap para kambing bandot arab yang merasa sok tahu dan sok benar.

Bukan hanya tentang halal dan haram, tentang sunat pun kita, agama islam, mencontek begitu saja tanpa mengerti hakekat dibalik sunat itu yang adalah janji allah terhadap bani israil. Kita hanya mencari-cari alasan bahwa dipotongnya kulup kita akan membawa faedah kesehatan dsb. Padahal penjelasan medis yang obyektif tidak membuktikan hal tersebut.

Dengan pemahaman elevated options ini kita seharusnya sadar bahwa agama adalah bikinan manusia. Pilihan bertingkat ini adalah bentuk psikologis perjalanan kesadaran si manusia itu sendiri, mulai dari pemikiran yang real-kongkrit A vs B, haram vs halal, kemudian terus berdialeka menjadi C, D, E dan F. dan akhirnya mulai menyadari bawa A, B, C, D, E, dan F dsb hanyalah konsep pendekatan manusia akan realitas hidup. Bukan hidup itu sendiri. Kebermaknaan hidup ini tidak terletak pada A, B, dan C, dsb, tapi pada pemahaman bahwa kita, manusia, ternyata bisa berubah seiring dengan berubahnya materi2 yang menyertai kita, spt budaya, tingkat pendidikan, kompleksitas hidup dsb. Kita adalah mahluk yang terus berubah dan bergerak. Tidak pernah statis. Dan itu yang perlu disyukuri.

Tuhan tidak pernah mau tahu apa yang manusia makan dan minum sepanjang kita mendapatkannya dengan cara2 beradab. Selama milyaran tahun bumi ini tidak pernah mengenal konsep tuhan. Binatang lahir dan mati, makan dan dimakan, tidak ada yang sok-sok tahu mengajarkan tentang apa yang halal dan haram sampai ada suatu saat trah kera besar yang baru melek pengetahuan , yang kita namai homo sapiens-sapiens, dan berdomisili di timur tengah merasa sok tahu bercerita tentang adanya tuhan yang sendirian, tidak beranak dan tidak beribu, yang mengajari kita tentang halal dan haram.

Saya tandaskan lagi tidak ada yang haram. Begitu pula tidak ada yang halal. Artinya semua itu diserahkan pada kita untuk menilai, apakah itu bermanfaat, apakah itu merugikan, apakah itu sesuai dengan nilai2 masyarakat dan hati nurani kita.

Saya tidak pernah memakai haram dan halal, tapi tidak berarti semua binatang layak dimakan. Saya tidak makan tikus, kecoa, kucing, anjing, paus, sirip ikan hiu, monyet, biawak, kelelawar, dsb. Karena berbagai pertimbangan, baik itu kesehatan, higienitas, dan ekologi. Sangat mungkin bahwa waktu Australia dan Amerika saya tanpa sadar makan makanan yang mengandung babi. Alhamudilah . enak. Dan itu tdk mengubah apapun dari diri saya.

Untuk ibu RP. Kalau anda takut salah makan, ya ambil saya yang jelas2 bentuknya, misalnya ayam atau ikan. Toh saudara2 nasrani dari suami andapun pasti bukan orang gila yang suka menipu orang lain mengatakan ini bukan babi padahal babi. Saya tahu orang batak tidak akan seculas itu.

Yang haram itu adalah sifat membabibuta:

-membabi buta mempercayai sesuatu tanpa bukti empiris.

-membabi buta mengkafir-kafirkan orang lain hanya karena tidak berbagai keyakinan yang sama dengan kita.

-membabi buta membenci kaum lain hanya karena sentimen yang ditanamkan dalam kitab2 buatan manusia yang penuh dengan bias dan kepentingan politik.

-membabibuta menegakan hukum syariah yang jelas2 sudah ketinggalan jaman dan tidak sepadan dengan HAM internasional.

Dengan menyadari bahwa adam as. sampai musa as. itu cuman tokoh2 fiktif buatan kaum kanaan yang nantinya disebut bangsa israel, seharusnya kita sadar bahwa baik bangsa Israel, yordania, arab, turki, mesir, adalah bersaudara. Dan memang semua manusia adalah bersaudara, berasal dari trah kera besar yang sama yang tinggal di savannah Afrika Timur jutaan tahun yang lalu. Tidak ada yang disebut bangsa pilihan tuhan, tidak ada yang disebut tanah perjanjian, setiap manusia mempunyai hak hidup yang sama untuk tumbuh dan beraktualisasi tanpa perlu dikungkung oleh agama yang nyata2 membedakan manusia jadi kutub2 ekstrim yahudi vs gentile (yudaisme), umat yang ditebus vs umat yang tidak ditebus (Kristen), mukmin vs. kafir (islam).

Demikianlah renungan dari saya, seorang Doktor lulusan universitas terkenal di Australia dalam Kajian Islam Mutokhir alias Advance Islam Study.

Marilah ummah yang saya cintai, jangan terbelenggu dengan konsep haram dan halal, tapi jangan pula jadi orang rakus yang suka melacurkan nafsu lidah dan perut, jadilah manusia yang sederhana dalam masalah makanan tapi kritis dan tajam dalam berpikir, seru sekalian alam.

Mengapa babi itu haram?

Sumber http://www.facebook.com/notes/ioanes-rakhmat/anti-rasionalis-dalam-beragama/433756164095#!/note.php?note_id=130655130313434

AL-RIJS DALAM AL-QUR’AN: Suatu Kajian Tafsir Tematik

4 05 2008

(Bagian Pertama)

Oleh: Hemi Ratmayanti, S.Th.I

(Alumnus Pesantren Abū Hurayrah Sapeken, Jawa Timur)

A. Pendahuluan

Al-Qur’an al-karīm merupakan petunjuk (hudan) bagi manusia dan pembeda (al-furqān)[1] mana yang benar dan yang salah, mana yang bersih dan mana yang kotor. Ia mengumpulkan hukum-hukum dari umat-umat terdahulu serta berita-berita tentang mereka. Ia juga memadukan kepekaan syi‘ir dengan kefasihan prosa, antara pokok-pokok akidah dengan prinsip-prinsip akhlak serta hukum-hukum praktis; memadukan antara tuntunan jasmani dan ruhani sebagai pegangan, kebaikan dunia dan akhirat.[2]

Manusia sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Syams (91): 7-10, pada dasarnya diciptakan oleh Allah subhānahu wa ta‘ālā dalam keadaan suci dan sempurna, tapi ia dapat tercemar menjadi kotor jika kesucian dan kesempurnaan itu tidak dijaga. Hati yang suci itu dapat dikotori oleh berbagai macam perbuatan dosa,[3] baik kecil maupun besar. Sehingga, jika dosa itu menumpuk di hati seseorang, maka akibatnya akan menjadikan orang itu bertambah mudah dalam melakukan berbagai pelanggaran, dan bahkan ia akan merasa tidak ragu-ragu lagi dalam melakukan dosa-dosa besar, apalagi dosa-dosa kecil.

Khamr dan perjudian bukanlah sesuatu yang langka bagi masyarakat Indonesia, sehingga tidak heran persoalan-persoalan yang dihadapi oleh bangsa ini semakin hari semakin rumit. Kesyirikan pun semakin hari semakin marak, bahkan melalui media televisi pun kesyirikan itu diserukan, dikemas dengan berbagai nama dan merek. Wanita-wanita pun tidak merasa malu lagi memperlihatkan auratnya padahal Allah telah menyatakan “wa lā tabarrajna tabarruj al-jāhiliyyat al-ūlā” janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliyah dahulu, dan masih banyak lagi perbuatan kotor yang menurut persepsi mereka, itu adalah perbuatan yang baik. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan kotor itu semua bahkan mengundang kehancuran hati dan berakibat azab yang dahsyat dari Allah subhānahu wa ta‘ālā tanpa mereka sadari.

Umat terdahulu ditimpakan azab oleh Allah subhānahu wa ta‘ālā disebabkan pelanggaran-pelanggaran yang mereka lakukan, kaum ‘Ād dan kaum Tsamūd contohnya, mereka diazab oleh Allah subhānahu wa ta‘ālā karena menentang seruan rasul dengan tetap melakukan kesyirikan dan larangan-larangan Allah.[4]

Perbuatan-perbuatan itu, dalam al-Qur’an disebut dengan term rijs, yakni suatu perbuatan yang kotor menurut pandangan tabi‘at, akal, dan syara‘, sehingga terkadang diartikan dengan kekufuran, hukuman dan atau bahkan azab dari Allah subhānahu wa ta‘ālā.[5] Term al-rijs ini, disebut sembilan kali dalam al-Qur’an yaitu dalam QS. Al-Mā’idah (5): 90, QS. Al-An‘ām (6): 125, QS. Al-An‘ām (6): 145, QS. Al-A‘rāf (7): 71, QS. Al-Tawbah (9): 95, QS. Al-Tawbah (9): 125, QS. Yūnus (10): 100, QS. Al-Hajj (22): 30, QS. Al-Ahzāb (33): 33.[6]

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menganggap perlunya permasalahan al-rijs ini dibahas lebih detail lagi dengan menggunakan metode tafsir mawdhū‘iy (tematik) agar petunjuk dan kandungan al-Qur’an tentangnya dapat terungkap.

B. Pengertian Al-rijs

Kata al-rijs terdiri dari huruf rā’, jīm, dan sīn yang pada mulanya menunjukkan arti ikhthilāth (percampuran/ kekacauan/ kekusutan/ ketidakteraturan). Dari kata ini muncul kalimat رَجَسَتِ السَّمَاءُ artinya langit itu bergemuruh atau berpetir.[7] Dalam kamus Lisān al-‘Arab, Ibn Manzhūr menerangkan bahwa al-rijs berarti sesuatu yang kotor, yang diibaratkan dari sesuatu yang haram, perbuatan buruk, siksaan, laknat, dan kekufuran.[8]

Menurut al-Fayruzzabādiy, kata al-rijs berarti الْقَذْرُ (kotor); الْمَأْثَمُ (dosa); وَكُلُّ مَا اسْتَقْذَرَ مِِنَ الْعَمَلِ (dan setiap perbuatan kotor atau buruk); وَالْعَمَلُ الْمُؤَدِّي إِلىَ الْعَذَابِ (dan setiap perbuatan yang dapat mengakibatkan siksaan); الشَكُّ (ragu); العِقَابُ (hukuman); الغَضَبُ (kemurkaan).[9]

Al‑Rāgib al‑Ashfahāniy (w. 503 H) menyebutkan bahwa term al-rijs terdapat pada empat bentuk; (1) kotor menurut pandangan tabiat, (2) kotor menurut pandangan akal, seperti main judi dan minum khamr karena sesuatu yang bahayanya lebih besar daripada manfaatnya secara logika mesti dijauhi, (3) kotor menurut pandangan syara‘, seperti babi, dan (4) kotor menurut pandangan tabiat, akal, dan syara‘ sekaligus, seperti bangkai.[10]

Dari penjelasan di atas maka dapat difahami bahwa kata al-rijs adalah segala macam perbuatan kotor yang mengandung azab, atau segala macam bentuk azab Allah subhānahu wa ta‘ālā akibat perbuatan kotor.

C. Ungkapan Al-rijs Dalam Al-Qur’an

Dalam menafsirkan al-Qur’an, pengamatan terhadap pengertian kosakata, demikian juga dengan pesan-pesan yang dikandung oleh satu ayat, hendaknya diarahkan antara lain kepada bentuk dan timbangan kata yang digunakan, subjek dan objeknya, serta konteks pembicaraannya. Bentuk kata dan kedudukan i‘rāb, misalnya, mempunyai makna tersendiri. Bentuk ism memberi kesan kemantapan, fi‘il mengandung arti pergerakan, bentuk rafa‘ menunjukkan subjek atau upaya, nashb yang menjadi objek dapat mengandung arti ketiadaan upaya, sedang al-jar memberi kesan keterkaitan dalam keikutan.[11]

Dalam hal ini, ungkapan kata al-rijs dalam al-Qur’an didapati hanya dalam bentuk ism yang memiliki berbagai beberapa arti yang tampaknya berbeda, namun secara konseptual mengacu pada pengertian yang sama, sebagai berikut:

1. Dalam QS. Al-A‘rāf (7): 71, ungkapan rijs berarti “kebencian” yang menimpa umat Nabi Hud, sebagai berikut:

قال قد وقع عليكم من ربكم رجس وغضب أتجدلونني في أسمآء سميتموها أنتم وءابآؤكم ما نزل الله من سلطن فانتظروا إنِّي معكم من المنتظرين.

Terjemahnya:

Dia (Hūd) menjawab, “Sungguh, kebencian dan kemurkaan dari Tuhan akan menimpa kamu. Apakah kamu hendak berbantah denganku tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan nenek moyangmu buat sendiri, padahal Allah tidak menurunkan keterangan untuk itu? Jika demikian, tunggulah! Sesungguhnya aku pun bersamamu termasuk yang menunggu”. [12]

2. Dalam QS. Yūnus (10): 100, ungkapan al-rijs berarti “azab” terhadap mereka yang tidak mempergunakan potensi akalnya, sebagai berikut:

وما كان لنفس أن تؤمن إلا بإذن الله ويجعل الرجس على الذين لا يعقلون

Terjemahnya:

Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan azab kepada orang-orang yang tidak mengerti.[13]

3. Dalam QS. Al-An‘ām (6): 125, ungkapan al-rijs berarti “siksa” terhadap mereka yang tidak mau beriman, sebagai berikut:

فمن يرد الله أن يهديه يشرح صدره للإسلام ومن يرد أن يضله يجعل صدره ضيِّقا حرجا كأنَّما يصّعّد في السَّمآء كذلك يجعل الله الرجس على الذين لا يؤمنون

Terjemahnya:

Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikanlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.[14]

4. Dalam QS. Al-An‘ām (6): 145, ungkapan rijs berarti “makanan kotor” yang diharamkan, sebagai berikut:

قل لآ أجد في ما أوحي إليّ محرماً على طاعم يطعمه إلآ أن يكون ميتة أو دما مسفوحا أو لحم خنْزير فإنّه رجس أو فسقاً أهِلّ لغير الله به فمن اضْطرّ غير باغ ولا عاد فإنّ ربك غفور رحيم

Terjemahnya:

Katakanlah, “Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan memakanya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi – karena semua itu kotor – atau hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa, bukan karena menginginkan dan tidak melebihi (batas darurat) maka sungguh, Tuhan-mu Mahapengampun, Mahapenyayang”.[15]

5. Dalam QS. Al-Ahzāb (33): 33, ungkapan al-rijs berarti “dosa”, sebagai berikut:

وقرن في بيوتكُنّ ولا تبرّجن تبرّج الجهلية الأولى وأقمن الصلوة وءاتين الزكوة وأطعن الله ورسوله إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا

Terjemahnya:

Dan hendaklah kamu tetap di rumah-mu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliyah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bayt dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.[16]

6. Dalam QS. Al-Hajj (22): 30, ungkapan al-rijs berarti “penyembahan terhadap berhala”, sebagai berikut:

ذلك ومن يُعظِّم حُرمت الله فهو خيْر له عند ربِّه وأُحلّتْ لكم الأنعام إلا ما يُتلى عليكم فاجْتنبوا الرجسَ من الأوثان واجْتنبوا قولَ الزورِ

Terjemahnya:

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa yang terhormat di sisi Allah (hurumāt), maka itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan dihalalkan bagi kamu semua hewan ternak, kecuali yang diterangkan kepadamu (keharamannya), maka jauhilah (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta.[17]

7. Dalam QS. Al-Mā’idah (5): 90, ungkapan rijs berarti “perbuatan keji” setan, sebagai berikut:

يأيُّها الذين ءامنوا إنما الخمر والميسر والأنصاب والأزلام رجس من عمل الشّيطن فاجتنبوه لعلكم تفلحون

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.[18]

8. Dalam QS. Al-Tawbah (9): 95 dan 125, ungkapan rijs berarti “jiwa kotor” dan “kekufuran” yang merupakan gambaran hati munafik, sebagai berikut:

سيحلفون بالله لكم إذا انقلبتم إليهم لتعرضوا عنهم فأعرضوا عنهم إنهم رجس ومأوـهم جهنم جزآء بما كانوا يكسبون

Terjemahnya:

Mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, ketika kamu kembali kepada mereka, agar kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka; karena sesungguhnya mereka itu berjiwa kotor dan tempat mereka neraka Jahannam, sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan.[19]

وأمّا الذين في قلوبهم مرض فزادتهم رجسا إلى رجسهم وماتوا وهم كفرون

Terjemahnya:

Dan adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, maka (dengan surat itu) akan menambah kekafiran mereka yang telah ada, dan mereka mati dalam keadaan kafir.[20]

Dari ungkapan-ungkapan yang terdapat dalam al-Qur’an tersebut di atas, maka al-rijs yang mulanya berarti campuraduk (ikhthilāth) adalah perbuatan kotor manusia, baik lahir maupun batin yang berakibat pada turunnya azab Allah subhānahu wa ta‘ālā dapat juga dikatakan bahwa rijs itu merupakan kekotoran material maupun spiritual, yang mengakibatkan gangguan fisik maupun jiwa, sedang gangguan merupakan siksaan, maka kata ini berkembang maknanya menjadi azab.

D. Term-term yang Semakna dengan Al-rijs

1. Al-rijz; kata ini terdiri dari huruf rā’, jīm, dan zā’ yang asal artinya adalah idhthirāb (kegoncangan).[21] Dalam al-Qur’an kata al-rijz digunakan sebanyak sembilan kali; tujuh kali makkiyyah dan dua kali madaniyyah,[22] antara lain; dalam QS. Saba’ (34): 5 dan QS. Al-Jātsiyah (45): 11 (عَذَابٌ مِنْ رِجْزٍ أَلِيْمٍ) azab dari azab yang pedih; QS. Al-Baqarah (2): 59, QS. Al-‘Ankabūt (29): 34 dan QS. Al-A‘rāf (7): 162 (رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ); azab dari langit; QS. Al-Anfāl (8): 11 (رِجْزَ الشَّيْطَانِ) godaan setan; dan QS. Al-Muddatstsir (74): 5 (وَ الرُّجْزَ فَاهْجُرْ); tinggalkan berhala atau dosa.[23] Penulis berkesimpulan bahwa antara al-rijz dan al-rijs dari segi muatan konsep makna adalah sama, hanya saja, nampaknya ulama berbeda dari segi qira’at-nya.

2. Al-najas; kata ini terdiri dari huruf nūn, jīm, dan sīn yang asal artinya antonym dari kata thahārah (suci).[24] Dalam al-Qur’an kata ini disebut hanya sekali saja,[25] yaitu dalam QS. Al-Tawbah (9): 28 (إِنَّمَا المُشْرِكُوْنَ نَجَسٌ), sesungguhnya orang musyrik itu najis. A. Hassan menjelaskan maksud kata najis dalam ayat tersebut adalah najis maknawi yakni i‘tiqad mereka yang najis bukan badan mereka.[26] Dari penjelasan tersebut penulis berkesimpulan bahwa antara makna al-najas dan al-rijs adalah sama.

3. Al-khabats; kata ini terdiri dari huruf khā’, bā’, dan tsā’ yang asal artinya antonym dari kata al-thayyib (baik).[27] Dalam al-Qur’an kata ini dengan segala perubahannya disebut sebanyak 13 kali,[28] diartikan sebagai suatu perbuatan yang dibenci, rendah dan hina menurut rasa dan akal, termasuk di dalamnya kebatilan dalam hal i‘tiqad, perkataan dusta, dan segala perbuatan buruk, antara lain; dalam QS. Al-A‘rāf (7): 157

(وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الخَبَائِثَ)

segala macam perbuatan buruk; QS. Al-Anbiyā’ (21): 74

(كَانَتْ تَعْمَلُ الخَبَائِثَ)

berbagai keburukan di antaranya homoseksual; QS. Āli ‘Imrān (3): 179 dan QS. Al-Anfāl (8): 37

(لِيَمِيْزَ اللهُ الخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِ)

yang buruk; QS. Al-Mā’idah (5): 100

(قُلْ لاَ يَسْتَوِيْ الخَبِيْثَ وَالطَّيِّبِ)

kafir atau perbuatan yang rusak; QS. Ibrahīm (14): 26

(وَمَثَلِ كَلِمَةٍ خَبِيْثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيْثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَار(ٍ

kalimat yang buruk bagaikan pohon yang buruk. Kalimat yang buruk merupakan isyarat kalimat kufur, dusta, namīmah (adu domba).[29] Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa al-khabīts dan al-rijs merupakan satu makna yang intinya perbuatan buruk yang mengundang azab Allah subhānahu wa ta‘ālā.

4. Al-qabīh; kata ini terdiri dari huruf qāf, bā’, dan hā’ yang asal artinya antonym kata al-husn (baik), yakni sesuatu, keadaan atau perbuatan yang tidak sedap dipandang mata dan jiwa.[30] Dalam al-Qur’an kata ini disebut hanya sekali saja,[31] yaitu dalam QS. Al-Qashash (28): 42

(وَيَوْمَ القِيَامَةِ هُمْ مِنَ المَقْبُوْحِيْنَ)

orang yang dijauhkan. Allah subhānahu wa ta‘ālā menamai orang kafir dengan kata itu karena dalam hati mereka ada sifat rajāsat dan najāsat dan berbagai macam sifat buruk lainnya yang pada akhirnya mereka dijauhkan dari kebaikan, rahmat, dan karunia Allah subhānahu wa ta‘ālā.[32] Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa al-qabīh dan al-rijs adalah semakna dari sudut penyebabnya maupun akibatnya.

5. Al-sayyi’ah; kata ini berasal dari سَاءَ – سَوَاءً وَسَوْأً وَمَسَاءَةً antonym kata al-hasanah berarti sesuatu yang jelek, buruk, atau jahat. Dari arti tersebut dapat diuraikan bahwa ia merupakan segala sesuatu yang menyusahkan seseorang berupa persoalan duniawi dan ukhrawi serta keadaan-keadaan fisik dan mental.[33] Dalam al-Qur’an kata al-sayyi’ah dengan segala perobahan katanya disebutkan sebanyak 167 kali,[34] antara lain; dalam QS. Yūsuf (12): 53

(إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوْءِ)

kejahatan; QS. Al-Zumar (39): 51

(فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوْا)

hukuman; QS. Ālu ‘Imrān (3): 193

(وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا)

dosa-dosa; QS. Al-Nahl (16): 27

(وَالسُّوْءَ عَلىَ الكَافِرِيْنَ)

azab; QS. Gāfir (40): 40

(مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا)

berarti kejahatan. Penulis dapat menyimpulkan bahwa al-sayyi’ah dan al-rijs dari segi makna adalah sama hanya saja penggunaan kata sayyi’ah ini lebih sering digunakan dibanding rijs.

6. Al-syarr; kata ini berarti bersifat jahat, berbuat jahat, dosa, yang busuk perangai, antonym kata al-khayr. Sebagaimana kata al-khayr merupakan segala sesuatu yang disukai maka syarr merupakan segala sesuatu yang tidak disukai atau dibenci.[35] Dalam al-Qur’an kata syarr dengan segala perobahannya disebutkan sebanyak 31 kali,[36] antara lain dalam QS. Al-Baqarah (2): 216

(وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ)

sesuatu yang buruk; QS. Al-Falaq (113): 2-5; dan QS. Al-Nās (114): 4; yang berarti kejahatan, QS. Al-Isrā’ (17): 83

(وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَئُوْسًا)

kesusahan, QS. Shād (38): 55

(وَإِنَّ لِلطَّاغِيْنَ لَشَرَّ مَئاَبٍ)

berarti tempat kembali yang buruk. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa antara al-syarr dan al-rijs terdapat persamaan makna mengenai perbuatan jahat yang mengakibatkan bencana atau azab yang sangat buruk.

7. Al-fāhisyah; kata ini berasal dari kata fahusya yang berarti buruk, keji, kotor. Fāhisyah adalah segala sesuatu yang dihimpun oleh apa yang dianggap sangat buruk oleh akal sehat, agama, budaya, dan naluri manusia atau apa saja yang keburukannya sangat besar baik itu berupa perbuatan maupun perkataan. Dalam al-Qur’an kata ini biasa digunakan untuk makna berzina atau yang setingkat dengannya seperti homoseksual. Tetapi tidak selalu demikian. Sementara ulama berpendapat bahwa jika kata tersebut berbentuk ma’rifah (al-fāhisyah) maka ia bermakna zina dan yang semacamnya, sedang bila berbentuk nakirah (fāhisyah) maka ia mencakup aneka macam kedurhakaan.[37] Dalam Al-Qur’an kata al-fāhisyah dengan segala perubahannya disebut sebanyak 24 kali,[38] antara lain; dalam QS. Al-Nūr (24): 21

(وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ)

berbagai perbuatan keji; QS. Āli ‘Imrān (3): 135

(وَالَّذِيْنَ إِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةٌ أَوْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوْا الله)

berbagai kekejian; QS. Al-An‘ām (6): 151

(وَلاَ تَقْرَبُوْا الفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ)

perbuatan-perbuatan keji. Dari penjelasan tersebut disimpulkan bahwa al-fāhisyah dan al-rijs adalah semakna karena antara keduanya juga mencakup aneka macam kedurhakaan, keburukan, dan kekejian yang berakibat pada kemurkaan Allah subhānahu wa ta‘ālā.

8. Al-itsm, kata ini berasal kata atsima yang berarti dosa (al-dzanbu) atau mengerjakan sesuatu yang tidak halal. Menurut al-Ashfahāniy, ia merupakan sebuah nama bagi suatu perbuatan yang menghambat pahala.[39] Term ini dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 48 kali dalam berbagai kata bentukannya. Kata itsm difahami sebagai perbuatan dosa yang berhubungan dengan khamr sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah (2): 219, dan syirik seperti dalam QS. Al-Nisā’ (4): 48. Al-Qur’an juga memberi sifat kepada dosa sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah (2): 219, QS. Al-Syūrā (42): 37, QS. Al-Najm (53): 32, dan dosa yang sangat besar sebagaimana dalam QS. Al-Nisā’ (4): 48, dosa yang nyata dalam QS. Al-Nisā’ (4): 20, 50, 112, dan QS. Al-Ahzāb (33): 58, dosa yang luar dan dalam sebagaimana dalam QS. Al-An‘ām (6): 120. Jadi term al-itsm dalam al-Qur’an digunakan untuk menyebut semua jenis dosa besar, yang tampak maupun yang tersembunyi, yang berkaitan dengan manusia maupun dengan Tuhan. Sedangkan dosa kecil dalam al-Qur’an disebut al-lamam, seperti tersebut dalam QS. Al-Najm (53): 32. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa antara al-rijs dan al-itsm memiliki kesamaan maksud dan tujuan.

E. Al-Rijs Dalam Surah-surah Makkiyah dan Madaniyyah.

Pengetahuan terhadap makkiy dan madaniy[40] adalah sangat penting bagi seorang mufassir, karena dapat menjadi alat bantu dalam memahami dan menafsirkan al-Qur’an, di samping itu seorang mufassir dapat meresapi gaya bahasa al-Qur’an dan mengetahui kesimpulan bagaimana al-Qur’an menangani tema atau istilah al-rijs serta perkembangan maknanya sehingga dapat dimanfaatkan dalam metode dakwah.[41]

Ayat-ayat yang menggunakan term al-rijs menurut urutan kronologisnya, ditemukan pada tiga surah makkiyyah, sebagai berikut:

1. QS. Al-A‘rāf (7): 70, menerangkan tentang azab dan kemurkaan Allah subhānahu wa ta‘ālā, ungkapan tersebut terkait dalam konteks kisah kaum ‘Ād yang menentang seruan rasul untuk bertauhid;

2. QS. Yūnus (10): 100, menerangkan bahwa Allah subhānahu wa ta‘ālā akan menimpakan azab terhadap mereka yang tidak menggunakan potensi akalnya, ungkapan tersebut terkait dalam konteks tidak adanya paksaan dalam beriman dan kisah ummat nabi Yūnus yang terhindar dari azab Allah subhānahu wa ta‘ālā;

3. QS. Al-An‘ām (6): 125, menjelaskan bahwa Allah subhānahu wa ta‘ālā akan menimpakan azab terhadap mereka yang tidak mau beriman, ungkapan ini terkait dalam konteks tipu daya (makar) orang-orang kafir ketika datang risalah kepada mereka.

4. QS. Al-An‘ām (6): 145, menerangkan bahwa makanan yang kotor menurut hukum Allah subhānahu wa ta‘ālā hanya empat macam; bangkai, darah yang mengalir, daging babi, dan sembelihan selain untuk Allah subhānahu wa ta‘ālā, ungkapan ini terkait dalam konteks di mana orang-orang musyrik yang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu menurut selera mereka.

Adapun ayat-ayat madaniyyah yang berbicara tentang term al-rijs, ditemukan pada empat surah, sebagai berikut:

1. QS. Al-Ahzāb (33): 33, menjelaskan mengenai kehendak Allah subhānahu wa ta‘ālā untuk mensucikan ahl al-bayt dari perbuatan dosa, ungkapan ini terkait dalam konteks mengenai istri-istri nabi yang dilarang tabarruj al-jāhiliyyah, al-khudhū’ bi al-qawl, serta fāhisyah;

2. QS. Al-Hajj (22): 30, menerangkan tentang perintah Allah subhānahu wa ta‘ālā agar menjauhi penyembahan terhadap berhala, ungkapan ini terkait dalam konteks penyembelihan hewan kurban dalam pelaksanaan ibadah haji;

3. QS. Al-Mā’idah (5): 90, menjelaskan tentang perintah Allah subhānahu wa ta‘ālā agar menjauhi perbuatan kotor setan sebagai upaya dalam meraih sebuah kesuksesan, ungkapan ini terkait dalam konteks masyarakat pada masa itu gemar minum khamr, berjudi, berkurban untuk berhala, dan mengundi nasib sehingga tidak jarang terjadi perkelahian di antara mereka;

4. QS. Al-Tawbah (9): 95, menerangkan bahwa orang-orang munafik itu kotor hatinya, ungkapan ini terkait dalam konteks ajakan agar mereka beriman dan berjihad bersama Rasulullah shallā Allāh ‘alayhi wa sallam namun mereka enggan dengan mengemukakan uzur dan dalih, bahkan berani bersumpah atas nama Allah subhānahu wa ta‘ālā, agar tidak dikecam dan supaya direstui tidak ikut dalam Perang Tabuk;

5. QS. Al-Tawbah (9): 125, menjelaskan tentang penyakit hati orang-orang munafik yang semakin hari bertambah kufur, ungkapan ini terkait dalam konteks pandangan kaum munafikin terhadap kaum mukminin.

Dari penjelasan tersebut di atas, penulis dapat menarik sebuah konklusi bahwa term al-rijs dalam ayat-ayat makkiyah didominasi oleh makna azab sebagai akibat dari suatu pelanggaran sedangkan pada ayat-ayat madaniyyah lebih cenderung didominasi makna suatu pelanggaran yang menjadi penyebab adanya azab. (bersambung)

Endnote:

  1. Lihat, QS. Al-Baqarah (2): 185
  2. Daud al-‘Aththār, Mujaz ‘Ulūm Al-Qur’ān, diterjemahkan oleh Afif Muhammad dan Ahsin Muhammad dengan judul, Perspektif Baru Ilmu Al-Qur’an, (Cet. I; Bandung: Pustaka Hidayah, 1994 M.), h. 44
  3. Perbuatan dosa itu mengandung arti mengerjakan sesuatu yang tidak diperbolehkan dan segala perbuatan yang menghambat adanya pahala. Lihat, Majd al-Dīn Muhammad ibn Ya‘qūb al-Fayruzzabādiy, Al-Qāmūs al-Muhīth, (Cet. I; Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1425 H.-2004 M.), h. 1086; Al‑Rāgib al‑Ashfahāniy, Mu‘jam Mufradāt Alfāzh al‑Qur’ān, (Cet. I; Beirūt: Dār al-Kutub al‑’Ilmiyyah, 1418 H.‑ 1997 M.), h. 16
  4. QS. Al-A‘rāf (7): 77, 166; QS. Al-Furqān (25): 21; QS. Al-Thalāq (65): 8
  5. Al‑Rāgib al‑Ashfahāniy, op. cit., h. 212
  6. Muhammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqiy, Mu‘jam al-Mufahras li Alfāzh Al-Qur’ān al-Karīm, (Indonesia: Maktabah Dahlān, t.th.), h. 382
  7. Ahmad ibn Fāris, Mu‘jam al-Maqāyis fī al‑Lugah, (Cet. I; Beirūt: Dār al‑Fikr, 1415 H.-1994 M.), h. 443; Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al‑Munawwir, (Cet. XXV; Surabaya: Pustaka Progressif, 1997 M), h. 360, 475
  8. Abū al-Fadhl Jamāl al-Dīn Muhammad ibn Mukrim ibn Manzhūr al-Afriqiy al-Anshāriy, Lisān al-‘Arab, Jilid VI, (Beirūt: Dār Shādir, t.th.), h. 94
  9. Majd al-Dīn Muhammad ibn Ya‘qūb al-Fayruzzabādiy, op.cit., h. 572
  10. Al‑Rāgib al‑Ashfahāniy, loc. cit.
  11. Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Cet. XXIX; Bandung: Mizan, 1426 H.-2006 M.), h. 116
  12. Departemen Agama RI., Al-Hikmah: Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Cet. X; Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005 M.), h. 159
  13. Ibid., h. 220
  14. Ibid., h. 144
  15. Ibid., h. 147
  16. Ibid., h. 422
  17. Ibid., h. 335
  18. Ibid., h. 123
  19. Ibid., h. 202
  20. Ibid., h. 207
  21. Ahmad ibn Fāris, op. cit., h. 443; Majd al-Dīn Muhammad ibn Ya‘qūb al-Fayruzzabādiy, op. cit., h. 535
  22. Muhammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqiy, op. cit., h. 381-382
  23. Al‑Rāgib al‑Ashfahāniy, op. cit., h. 212; Syāh Waliyyullāh al-Dahlawiy, Fath al-Khabīr bi mā lā budda min Hifzhihi fī ‘Ilm al-Tafsīr, (Peshawar: Isyā’āt Islām Kutub Khānah, t.th.), h. 144; Abū al-Wafā’ Tsanā’ullāh al-Hind al-Amrit-sariy, Tafsīr Al-Qur’ān bi Kalām al-Rahmān, (Cet. I: Riyādh: Dār al-Salām, 1423 H.-2002 M.), h. 210; Menurut Muhammad Quraish Shihab, kata al-rujz (dengan dhammah pada rā’) atau al-rijz (dengan kasrah pada rā’) keduanya merupakan cara yang benar untuk membacanya, dan sebagian ulama tidak membedakan arti yang dikandungnya. Ulama yang tidak membedakan kedua bentuk kata tersebut mengartikannya dengan dosa, sedangkan ulama yang membedakannya menyatakan bahwa al-rujz berarti berhala. Lebih jauh lagi, sebagian ahli bahasa berkata bahwa huruf (ز ) zā’ pada al-rijz dapat dibaca dengan huruf (س ) sīn, dengan demikian pengertian antara al-rijz dengan al-rijs adalah sama. Lihat, Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’ān, Volume XIV, (Cet. III; Jakarta: Lentera Hati, 2002 M.), h. 556
  24. Ahmad ibn Fāris, op. cit., h. 1013
  25. Muhammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqiy, op. cit., h. 861
  26. Al‑Rāgib al‑Ashfahāniy, op. cit., h. 537; Lihat pula, A. Hassan, Soal Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama, Jilid I, (Bandung: CV Diponegoro, 2000 M.), h. 388
  27. Ahmad ibn Fāris, op. cit., h. 339
  28. Muhammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqiy, op. cit., h. 287
  29. Al‑Rāgib al‑Ashfahāniy, op. cit., h. 158-159
  30. Ahmad ibn Fāris, op. cit., h. 870; Al‑Rāgib al‑Ashfahāniy, op. cit., h. 436
  31. Muhammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqiy, op. cit., h. 271
  32. Al‑Rāgib al‑Ashfahāniy, op. cit., h. 436; Muhammad Quraish Shihab, Tafsīr Al-Mishbāh, op. cit., Volume X, h. 353; ‘Abdul Qadīr Hassan, mengartikan kata al-maqbūhīn dengan arti orang-orang yang dijelekkan, yang diburukkan. Lihat, ‘Abdul Qadīr Hassan, Qāmūs Al‑Qur’ān, (Cet. VI; Bāngil: Al‑Muslimūn, 1411 H.‑1991 M.), h. 348
  33. Ahmad Warson Munawwir, op. cit., h. 674; Majd al-Dīn Muhammad ibn Ya‘qūb al-Fayruzzabādiy, op. cit., h. 71; Al‑Rāgib al‑Ashfahāniy, op. cit., h. 276-277; Muhammad Quraish Shihab menjelaskan bahwa Al-sū’ itu adalah perbuatan yang mengotori jiwa, yang berdampak buruk, walaupun tanpa sanksi duniawi seperti berbohong, dengki, dan angkuh atau segala sesuatu yang tidak menyenangkan, baik menurut ukuran nalar maupun perasaan. Lihat, Muhammad Quraish Shihab, Tafsīr Al-Mishbāh, op. cit., Volume I, h. 355 dan Volume VI, h. 198; Ibnu Taymiyah dalam tafsirnya mengatakan bahwa kata sayyi’ah terkadang diartikan sebagai tempat atau keadaan yang buruk, juga bermakna syirik. Lihat, Taqiy al-Dīn ibn Taymiyah, Al-Tafsīr al-Kabīr, Juz III, (Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.th.), h. 13
  34. Muhammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqiy, op. cit., h. 466-470
  35. Muhammad Idrīs al-Marbawiy, Qāmūs Idrīs al-Marbawiy: Arabiy-Melayu, (Beirūt: Dār al-Fikr, t.th.), h. 316; Majd al-Dīn Muhammad ibn Ya‘qūb al-Fayruzzabādiy, op. cit., h. 439; Al‑Rāgib al‑Ashfahāniy, op. cit., h. 288-289
  36. Muhammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqiy, op. cit., h. 480
  37. Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus Krapyak Kontemporer Arab–Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika Ponpes Krapyak, t.th.), h. 1377-1378; ‘Abdul Qadīr Hassan, op. cit., h. 280-281; Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid I, (Cet. II; Singapura: Pustaka Nasional, 1993 M.), h. 377; Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, op. cit., Volume I, h. 541; Volume XIV, h. 292 dan Volume VI, h. 419; Al‑Rāgib al‑Ashfahāniy, op. cit., h. 418
  38. Muhammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqiy, op. cit., h. 651-652
  39. Majd al-Dīn Muhammad ibn Ya‘qūb al-Fayruzzabādiy, op. cit., h. 1086; Al‑Rāgib al‑Ashfahāniy, op. cit., h. 16
  40. Makkiy adalah ayat-ayat yang turun sebelum hijrah, dan madaniy adalah ayat-ayat yang turun sesudahnya (hijrah), baik ayat itu turun ketika Nabi Muhammad saw. di Makkah ataupun di Madinah. Lihat, Jalāl al-Dīn ‘Abd al-Rahmān al-Suyūthiy, Al-Itqān fī ‘Ulūm al-Qur’ān, Vol. I, (Cairo: Dār al-Turāts, t.th.), h. 23
  41. Mannā’ Khalīl al-Qaththān, Mabāhits fī ‘Ulūm al-Qur’ān, diterjemahkan oleh Mudzakir As dengan judul, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Cet. IX; Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2007 M.), h. 81-82; Lihat pula, Taufik Adnan Amal dan Syamsu Rizal Panggabean, Tafsir Kontekstual Al-Qur’an, (Cet. I; Bandung: Mizan, 1989 M.), 63

sumber http://fospi.wordpress.com/2008/05/04/al-rijs-dalam-al-qur%e2%80%99an-suatu-kajian-tafsir-tematik-bagian-pertama/


AL-RIJS DALAM AL-QUR’AN: Suatu Kajian Tafsir Tematik (TAFSIR TERHADAP QS. AL-A‘RĀF (7): 71)

9 06 2008

(Bagian Kedua)

Oleh: Hemi Ratmayanti, S.Th.I

(Alumnus Pesantren Abū Hurayrah Sapeken, Jawa Timur)

Al-rijs merupakan salah satu bentuk dari azab yang Allah subhānahu wa ta‘ālā turunkan kepada ummat-ummat terdahulu, seperti ummat nabi Hūd ‘alayh al-shalāt wa al-salām, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-A‘rāf (7): 71, sebagai berikut:

قال قد وقع عليكم من ربكم رجس وغضب أتجدلوننى فى أسمآء سميتموها أنتم وءاباؤكم ما نزل الله بها من سلطان فانتظروا إنى معكم من المنتظرين

Terjemahnya:

Dia (Hūd) menjawab, “Sungguh, kebencian dan kemurkaan dari Tuhan akan menimpa kamu. Apakah kamu hendak berbantah denganku tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan nenek moyangmu buat sendiri, padahal Allah tidak menurunkan keterangan untuk itu. Jika demikian, tunggulah! Sesungguhnya aku pun bersamamu termasuk yang menunggu”.[1]

Pada ayat sebelumnya, QS. (7): 65-70, berbicara tentang kaum Nabi Hūd yang menolak ajakan Nabi mereka dan berkata dengan penuh keangkuhan serta tanpa dasar kecuali mengikuti tradisi yang usang lagi buruk, “Apakah engkau wahai Hūd datang dari Dia (Allah subhānahu wa ta‘ālā) yang engkau akui telah mengutusmu kepada kami dan memerintahkan agar kami menyembah hanya kepada-Nya, tanpa mempersekutukan-Nya atau mengangkat perantara-perantara antara kami dengan Dia yang Mahatinggi, lalu kami tinggalkan dengan menilai buruk apa yang pernah dan secara terus menerus disembah oleh leluhur kami? Sungguh ajakanmu itu tidak dapat kami terima, karena itu, jika engkau mengancam kami maka datangkanlah dengan segera apa yang engkau janjikan kepada kami yakni ancaman itu jika engkau memang termasuk orang-orang yang benar dalam ancaman yang kamu sampaikan.”

Qāla qad waqa‘a ‘alaykum“, kata waqa‘a merupakan kata kerja bentuk lampau (fi‘il mādhiy) yang artinya sesuatu yang “telah menimpa”, namun pada hakekatnya ketika Hūd mengatakan itu, azab yang dimaksud belum turun, hanya saja hal ini ingin menunjukkan bahwa azab itu benar-benar dan pasti akan datang.[2]

Rupanya setelah sekian lama dan berulang-ulang nasihat dan tuntunan yang disampaikan oleh Nabi Hūd dengan penuh keramahan, tetapi kaumnya tetap saja berkeras membangkang maka yakinlah dia bahwa ancaman Allah subhānahu wa ta‘ālā pasti berlaku terhadap mereka, maka atas dasar itu Nabi Hūd berkata kepada para pendurhaka itu, “Pasti akan tertimpa atas kamu azab (siksa) yang pedih serta murka yang keras sehingga kamu samasekali tidak akan mampu mengelak.”

Al-Suyūthiy menyatakan bahwa seluruh kata al-rijs dalam al-Qur’an berarti azab. Ibnu ‘Abbas menafsirkan bahwa kata rijs dalam ayat ini berarti laknat sedang gadhab berarti azab.[3] Al-Rāziy nampaknya kurang setuju bila kata rijs pada ayat ini diartikan dengan azab, karena katanya, gadhab juga berarti azab, kalau rijs diartikan azab maka terjadi pengulangan, padahal rijs itu lawan kata dari al-tazkiyah (pembersihan) dan al-tathahhur (pensucian).[4] Selanjutnya, Al-Alūsiy mengartikan kata gadhab dengan irādat intiqām (hendak menyiksa).[5]

Selanjutnya, Nabi Hūd menjelaskan kepada mereka kedurhakaan yang mengundang siksa Allah subhānahu wa ta‘ālā itu yang ia jelaskan dalam bentuk pertanyaan yang mengandung kecaman dan penolakan. Nabi Hūd ‘alayh al-shalāt wa al-salām berkata, “Apakah kamu membantah aku menyangkut nama-nama, yaitu berhala-berhala yang kamu dan leluhurmu sebut sebagai tuhan-tuhan, padahal Allah subhānahu wa ta‘ālā tidak menurunkan menyangkut (bolehnya) penyembahan kamu atasnya atau menyangkut pemberian nama terhadapnya.” Maksudnya Allah subhānahu wa ta‘ālā sama sekali tidak membenarkan ibadah yang kalian lakukan itu, karena penyembahan itu hanya khusus untuk yang dapat memberikan manfaat dan mudarat, pahala bagi yang taat, menyiksa bagi yang berbuat maksiat, padahal patung yang kamu sembah itu sama sekali tidak memberikan apa-apa. Setelah menjelaskan kedekatan tibanya siksa dan penyebab siksa itu Nabi Hūd mengakhiri ancaman itu dengan menyatakan, “Nantikanlah kedatangan siksa itu, sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang yang menanti kedatangannya.[6]

Pada ayat sesudahnya, QS. (7): 72, menerangkan tentang siksa Allah yang dijanjikan itu akhirnya datang juga, dan karena kehadiran Nabi Hūd merupakan rahmat bagi yang menyambut dakwahnya dan untuk menggambarkan betapa besar anugerah dan perhatian Allah subhānahu wa ta‘ālā kepada kaum beriman, maka ayat ini terlebih dahulu menegaskan bahwa ketika kehadiran ancaman siksa itu disaksikan oleh semua yang menanti termasuk Nabi Hūd ‘alayh al-shalāt wa al-salām maka Allah subhānahu wa ta‘ālā menyelamatkannya terlebih dahulu beserta orang-orang yang beriman. Penyelamatan itu semata-mata disebabkan rahmat yang besar dari Allah subhānahu wa ta‘ālā; dan bagi kaum Nabi Hūd yang mendustakan ayat-ayat Allah, para penyembah berhala, dan menolak kenabian Hūd ‘alayh al-shalāt wa al-salām maka Allah subhānahu wa ta‘ālā siksa mereka dan tidak akan pernah menjadi orang-orang yang beriman karena hati mereka tertutup sehingga tidak akan menerima kebenaran..[7]

Dalam sebuah hadits Rasulullah shalla Allāh ‘alayh wa sallam menyebut penyakit thā‘ūn sebagai suatu bentuk (rijs) siksaan kepada Baniy Isrā’īl atau ummat terdahulu, sebagai berikut:

عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَهُ يَسْأَلُ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ مَاذَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الطَّاعُونِ فَقَالَ أُسَامَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)) الطَّاعُونُ رِجْسٌ أُرْسِلَ عَلَى طَائِفَةٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَوْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ قَالَ أَبُو النَّضْرِ لاَ يُخْرِجْكُمْ إِلاَّ فِرَارًا مِنْهُ))[8]

Terjemahnya:

Dari ‘Āmir ibn Sa‘d ibn Abiy Waqqās dari bapaknya (yakni Sa‘d), bahwa dia mendengar (bapak)-nya bertanya kepada Usāmah ibn Zayd, “Apa yang anda dengar dari Rasulullah shalla Allāh ‘alayh wa sallam tentang thā‘ūn?”, Usāmah menjawab, “Rasulullah shalla Allāh ‘alayh wa sallam bersabda; thā‘ūn itu rijs (siksaan) atas suatu golongan dari Baniy Isrā’īl atau orang-orang sebelum kalian, apabila kalian mendengar (thā‘ūn itu mewabah) di suatu tempat, maka jangan datang ke tempat itu, bila mewabah di tempat di mana kamu berada maka janganlah kamu keluar lari darinya.”, (salah seorang perawi hadits ini bernama) Abū al-Nadhr berkata, “Jangan kamu keluar kecuali lari darinya”.

Hadis ini menjadi suatu penjelasan dari Rasulullah, bahwa penyakit thā‘ūn merupakan salah satu bentuk rijs (siksaan) yang diturunkan kepada umat terdahulu yang menentang seruan-seruan rasul. Wallahu a‘lam bi al-shawāb. (BERSAMBUNG)

Endnote

  1. Departemen Agama RI., Al-Hikmah: Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Cet. X; Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005 M.), h. 159
  2. Muhammad ibn Yūsuf Abū Hayyān al-Andalūsiy, Tafsīr al-Bahr al-Muhīth, Juz V, (Cet. I; Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1413 H.-1993 M.), h. 89
  3. ‘Abd al-Rahmān Jalāl al-Dīn al-Suyūthiy, Al-Durr al-Mantsūr fī al-Tafsīr bi al-Ma’tsūr, Jilid III, (Beirūt: Dār al-Fikr, 1414 H.-1993 M.), h. 486
  4. Muhammad al-Rāziy Fakhr al-Dīn ibn al-‘Allāmah Dhiyā’ al-Dīn ‘Umar, Tafsir al-Fakhr al-Rāziy al-Musytahir bi al-Tafsīr al-Kabīr wa Mafātih al-Gayb, Jilid VII, (Beirūt: Dār al-Fikr, 1414 H.-1994 M.), h. 167
  5. Abū al-Fadhl Syihāb al-Dīn al-Sayyid Mahmūd al-Alūsiy, Rūh al-Ma‘āniy fī Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azhīm wa Sab‘u al-Matsāniy, Juz V, (Beirūt: Dār al-Fikr, 1414 H.-1994 M.), h. 236
  6. Abū Ja‘far Muhammad ibn Jarīr al-Thabariy, Jāmi‘ al-Bayān ‘an Ta’wīl Āyi al-Qur’ān, Jilid V, (Beirūt: Dār al-Fikr, 1415 H.-1995 M.), h. 289
  7. Ibid., h. 290
  8. Abū Abdillah Muhammad ibn Ismā‘īl al-Bukhāriy, Shahīh al-Bukhāriy, (t.d.)

Sumber http://fospi.wordpress.com/2008/06/09/al-rijs-dalam-al-qur%e2%80%99an-suatu-kajian-tafsir-tematik-tafsir-terhadap-qs-al-a%e2%80%98raf-7-71/#more-86




TEKONOLGI ZAMAN PURBA, ADAKAH ZAMAN LAMPAU MUNDUR
Oleh : Zul Matrix

ANDA menyangka zaman purba adalah zaman yang mundur? Jika itu tanggapan anda mengenai zaman silam yang wujud ratusan, ribuan atau jutaan tahun lalu, fikir kembali. Penemuan saintis dan ahli arkeologi sejak beberapa tahun kebelakangan ini seolah-olah menafikan tanggapan umum yang dunia silam adalah dunia mundur, tidak bertamadun serta belum terdedah kepada teknologi. Malah, saintis kini semakin kebingungan memikirkan penemuan artifak purba menjurus kepada kenyataan yang keadaan dunia kuno sebenarnya sudah begitu maju dari segi sains dan teknologi malah mungkin lebih futuristik daripada zaman sekarang!

Kenyataan itu memang sukar dipercayai tambahan pula kita dimaklumkan yang era perkembangan sains dan teknologi hanya bermula sekitar 200 lalu malah teknologi komputer berasaskan elektronik saja hanya bermula sekitar 1940. Akan tetapi, artifak purba serta catatan kuno yang ditemui saintis menceritakan sebaliknya - masyarakat zaman purba sudah memiliki teknologi hebat serta maju dalam pelbagai bidang terutama sains. Bagaimanapun, atas sebab tertentu yang masih menjadi misteri, zaman purba yang serba canggih dan futuristik itu akhirnya lenyap sehingga dunia kembali menjadi mundur, tidak bertamadun dan jauh daripada perkembangan teknologi. Sehinggalah kira-kira 200 tahun lalu, manusia kembali meneroka rahsia sains dan dunia sekali lagi melangkah ke arah perkembangan teknologi. Berikut adalah antara penemuan teknologi silam yang menunjukkan seolah-olah dunia purba lebih maju atau menyamai kemajuan teknologi ketika ini:

Penemuan bateri dari Baghdad, Iraq Pada 1930, ahli arkeologi Austria, Dr Wilhem Konig yang menjalankan kerja mencarigali di daerah Khujut Rabula, dekat Baghdad; menemui suatu objek aneh tertanam di tapak itu. Objek itu terdiri daripada silinder tembaga, batang besi serta aspal yang disusun dalam sebuah bekas tanah liat seperti tempayan kecil setinggi 14 sentimeter (sm) dan berdiameter lapan sm. Penyelidikan lanjutan mendapati objek aneh itu ternyata berfungsi seperti bateri malah bateri kuno itu dianggarkan berusia 2,000 hingga 5,000 tahun lalu! Penemuan menggemparkan itu secara tidak langsung mencabar sejarah berikutan bateri dikatakan pertama kali dicipta pada 1800 oleh Count Alessandro Volta.

Penemuan itu juga secara tidak langsung menunjukkan masyarakat purba yang wujud 5,000 tahun lalu sudah menemui tenaga elektrik sekali gus 'menafikan' Michael Faraday sebagai individu pertama menemui induksi elektromagnetik dan hukum elektrolisis pada 1831. Uji kaji mendapati bateri kuno itu mampu menghasilkan tenaga elektrik antara 1.5 volt hingga dua volt.
Kalkulator kuno.

Pada 1901, penyelam di perairan pulau Antikythera, Greece menemui artifak berusia lebih 2,000 tahun dari sebuah runtuhan dasar laut. Artifak menyerupai jam itu dikaji penyelidik, Derek J De Solla Price dan didapati ia berfungsi sebagai 'kalkulator' yang menghitung pergerakan bintang dan planet.

Reaktor nuklear berusia dua juta tahun

Pada 1972, sebuah reaktor uranium yang sudah wujud sejak dua juta tahun lalu ditemui di Oklo di Republik Gabon, Afrika. Kajian reka bentuk dan struktur lombong purba itu mendapati ia dapat mengekang radioaktif daripada tersebar malah teknologi reaktor dan kaedah digunakan pada zaman purba itu jauh lebih canggih daripada kaedah reaktor nuklear digunakan pada zaman kini.

Penemuan itu menimbulkan persoalan sama ada manusia pada dua juta tahun lalu sudah menguasai teknologi atom dan menggunakan sumber nuklear sama ada sebagai sumber tenaga untuk kegunaan harian atau peperangan.

Kanta optik

Di lokasi sama dengan penemuan bateri kuno di Baghdad, Iraq; turut ditemui kanta optik purba yang dihasilkan kira-kira 2,200 tahun lalu. Kanta purba sebesar kira-kira dua ibu jari itu dijumpai dengan bahagian kacanya sedikit retak. Sebelum penemuan menggemparkan itu, kanta dikatakan pertama kali dihasilkan di Eropah pada abad ke-16. Bagaimanapun penemuan kanta kuno itu menunjukkan masyarakat purba sudah lama mengetahui kaedah menghasilkan kanta serta mengaplikasikannya dalam kehidupan. Jantung buatan Di dada kiri mumia anak lelaki dalam sebuah piramid Mesir, penyelidik menemui jantung buatan. Sejarah ilmu perubatan pada masa kini memperlihatkan jantung buatan hanya dihasilkan beberapa puluh tahun lalu tetapi penemuan itu memungkinkan jantung buatan sudah dihasil dan dipasang pada 5,000 tahun lalu.

Robot

Pada zaman pemerintahan Kaisar Mu (976 hingga 922 SM) di China, pencipta berbakat, Ma Daifeng menghasilkan aplikasi robotik yang dibina tetapi berasaskan mekanisme mekanikal. Robot yang dibina dapat bernyanyi dan menari seperti manusia, membawa peralatan kepada tuannya selain mempunyai organ tubuh seperti tulang, otot, sendi, kulit dan rambut. Turut dicipta Ma Daifeng pada zaman berkenaan adalah alat merekod jarak perjalanan selain aplikasi untuk industri kilang yang mampu bekerja tanpa kawalan manusia.

Kenderaan

Ukiran purba ditemui di sebuah kuil Kerajaan Mesir Purba di Abydos, Mesir menunjukkan gambar kenderaan yang wujud pada zaman ini walaupun ukiran itu dianggarkan dihasilkan lebih 3,000 tahun lalu. Gambar berkenaan yang jelas kelihatan adalah helikopter, kapal selam, bot dan pesawat. Pada 1898, di sebuah makam kuno berusia kira-kira 2,200 tahun di Saqquara, Mesir, replika pesawat yang formatnya mirip dengan pesawat terbang moden ditemui.

Sumber http://www.opensubscriber.com/message/mayapadaprana@yahoogroups.com/7824717.html

10 Misteri Besar Alam Semesta


10. Antimateri

sprite-6

Seperti sisi jahat Superman, Bizzaro, partikel (materi normal) juga mempunyai versi yang berlawanan dengan dirinya sendiri yang disebut antimateri. Sebagai contoh, sebuah elektron memiliki muatan negatif, namun antimaterinya positron memiliki muatan positif. Materi dan antimateri akan saling membinasakan ketika mereka bertabrakan dan massa mereka akan dikonversi ke dalam energi melalui persamaan Einstein E=mc2. Beberapa desain pesawat luar angkasa menggabungkan mesin antimateri.

9. Radiasi Kosmik Latarbelakang

sprite-71

Radiasi ini disebut juga Cosmic Microwave Background (CMB) yang merupakan sisa radiasi yang terjadi saat Big Bang melahirkan alam semesta. Pertama kali dideteksi pada dekade 1960 sebagai noise radio yang nampak tersebar di seluruh penjuru alam semesta. CBM dianggap sebagai bukti terpenting dari kebenaran teori Big Bang. Pengukuran yang akurat oleh proyek WMAP menunjukkan bahwa temperatur CMB adalah -455 derajat Fahrenheit (-270 Celsius).

8.Ekstrasolar Planet (Exoplanet)

sprite-8

Hingga awal 1990an, kita hanya mengenal planet di tatasurya kita sendiri. Namun, saat ini astronom telah mengidentifikasi lebih dari 200 ekstrasolar planet yang berada di luar tata surya kita. Pencarian bumi kedua tampaknya belum berhasil hingga kini. Para astronom umumnya percaya bahwa dibutuhkan teknologi yang lebih baik untuk menemukan beberapa dunia seperti di bumi.

7. Neutrino

Neutrino merupakan partikel elementer yang tak bermassa dan tak bermuatan yang dapat menembus permukaan logam. Beberapa neutrino sedang menembus tubuhmu saat membaca tulisan ini. Partikel “phantom” ini diproduksi di dalam inti bintang dan ledakan supernova. Detektor diletakkan di bawah permukaan bumi, di bawah permukaan laut, atau ke dalam bongkahan besar es sebagai bagian dari IceCube, sebuah proyek khusus untuk mendeteksi keberadaan neutrino.

6. Mini Black Hole

sprite-10

Jika teori gravitasi “braneworld” yang baru dan radikal terbukti benar, maka ribuan mini black holes tersebar di tata surya kita, masing-masing berukuran sebesar inti atomik. Tidak seperti black hole pada umumnya, mini black hole ini merupakan sisa peninggalan Big Bang dan mempengaruhi ruang dan waktu dengan cara yang berbeda.

5. Energi Vakum

sprite-11

Fisika Kuantum menjelaskan kepada kita bahwa kebalikan dari penampakan, ruang kosong adalah gelembung buatan dari partikel subatomik “virtual” yang secara konstan diciptakan dan dihancurkan. Partikel-partikel yang menempati tiap sentimeter kubik ruang angkasa dengan energi tertentu, berdasarkan teori relativitas umum, memproduksi gaya antigravitasi yang membuat ruang angkasa semakin mengembang. Sampai sekarang tidak ada yang benar-benar tahu penyebab ekspansi alam semesta.

4. Gelombang Gravitasi (Gravity Waves)

sprite-12

Gelombang gravitasi merupakan distorsi struktur ruang-waktu yang diprediksi oleh teori relativitas umum Albert Einstein. Gelombangnya menjalar dalam kecepatan cahaya, tetapi cukup lemah sehingga para ilmuwan berharap dapat mendeteksinya hanya melalui kejadian kosmik kolosal, seperti bersatunya dua black hole seperti pada gambar di atas. LIGO dan LISA merupakan dua detektor yang didesain untuk mengamati gelombang yang sukar dipahami ini.

3. Materi Gelap (Dark Matter)

sprite-13

Para ilmuwan berpendapat bahwa materi gelap (dark matter) merupakan penyusun terbesar alam semesta, namun tidak dapat dilihat dan dideteksi secara langsung oleh teknologi saat ini. Kandidatnya bervariasi mulai dari neotrino berat hingga invisible black hole. Jika dark matter

benar-benar ada, kita masih harus membutuhkan pengetahuan yang lebih baik tentang gravitasi untuk menjelaskan fenomena ini.

2. Quasar

sprite-14

Quasar tampak berkilau di tepian alam semesta yang dapat kita lihat. Benda ini melepaskan energi yang setara dengan energi ratusan galaksi yang digabungkan. Bisa jadi quasar merupakan black hole yang sangat besar sekali di dalam jantung galaksi jauh. Gambar ini adalah quasar 3C 273, yang dipotret pada 1979.

1.Tabrakan Antar Galaksi

sprite-15

Ternyata galaksi pun dapat saling “memakan” satu sama lain. Yang lebih mengejutkan adalah galaksi Andromeda sedang bergerak mendekati galaksi Bima Sakti kita. Gambar di atas merupakan simulasi tabrakan Andromeda dan galaksi kita , yang akan terjadi dalam waktu sekitar 3 milyar tahun.


10 Keajaiban Geologi Dunia

Ada Mata Sahara Misterius & 'Gerbang Neraka' Alam menyimpan banyak keajaiban geologi . Ini 10 di antaranya.

Kamis, 2 September 2010, 06:59 WIB
Elin Yunita Kristanti

VIVAnews - Alam menyimpan banyak kejaiban. Setiap negara memiliki wilayah menakjubkan. Ini beberapa tempat di dunia yang masuk kategori 'keajaiban geologi' yang mungkin sudah Anda ketahui, atau sama sekali tak Anda sadari.

1. The Wave, Amerika Serikat

Terletak di antara Arizona dan Utah, Amerika Serikat. Batu merah menakjubkan ini berada di perbatasan Arizona dan Utah, Amerika Serikat. The Wave terbentuk dari gundukan pasir berusia 190 juta tahun yang telah berubah menjadi batu.

The Wave


Formasi yang sedikit diketahui orang ini hanya dapat diakses dengan berjalan kaki melalui jalan kecil menanjak sejauh tiga mil.


2. Antelope Canyon, Arizona, Amerika Serikat

Ngarai Antelope atau Antelope Canyon adalah sebuah ngarai terkenal yang berada di Page, Coconino County, Arizona, Amerika Serikat.

Antelope Canyon


Daerah ngarai ini masuk ke dalam kompleks Navajo Indian Reservation, daerah penampungan terbesar untuk suku Indian Diné dari Amerika Utara, yang juga disebut Navaho atau Navajo.

Antelope Canyon terbentuk oleh erosi Batuan Pasir Navajo, terutama akibat banjir bandang dan kemudian karena proses sub-aerial.

3. Great Blue Hole, Belize

Bagian dari Lighthouse Reef System, Great Blue Hole terletak sekitar 60 mil dari daratan Kota Belize. Berbentuk seperti lubang besar hampir sempurna, dengan kedalaman sekitar 125 meter dan diameternya 300 meter.


Kedalaman air inilah yang membuat warnanya menjadi sangat biru. Ini diyakini sebagai lubang laut terbesar di dunia dan memiliki daya tarik besar untuk para penyelam.

4. Crystal Cave of the Giants (Meksiko)

Ditemukan jauh di dalam sebuah tambang di Chihuahua, Meksiko. Dikenal dengan “the Sistine Chapel of crystals”, Mexico’s Cueva de los Cristales (Gua Kristal) ini mengandung kristal-kristal alami yang terkenal di dunia. Kristal tersebut memiliki panjang rata-rata 11 meter.



5. Eye of the Sahara atau 'Mata Sahara' (Mauritania)

Sebuah daratan di Mauritania, bagian barat-selatan Gurun Sahara memiliki tampilan yang spektakuler. Lingkaran berulir dengan diameter 30 mil -- seperti mata. Saking besarnya ini bisa dilihat dari luar angkasa.

Formasi ini awalnya diduga sebagai dampak tubrukan meteorit tapi, ahli geologi saat ini meyakini ini adalah hasil peninggian tanah dan erosi. Namun, apa yang menyebabkan bentuknya yang sirkular, masih misterius.

Eye of Sahara


6. Blue Lake Cave (Brazil)

Daerah Mato Grosso do Sul di Brazil memiliki beberapa danau bawah tanah nan indah, ada Gruta do Lago Azul, Gruta do Mimoso, dan Aquario Natural.



Yang paling terkenal, Gruta do Lago Azul atau Gua Danau Biru -- dihiasi stalaktit dan stalagmit dan danau biru yang luar biasa. Keindangan danau itu sangat impresif

7. Giants Causeway (Irlandia)

Adalah area seluas 40.000 yang terdiri dari potongan kolom. Giants Causeway adalah hasil dari letusan gunung berapi kuno.

Terletak di pantai utara-timur Irlandia Utara, sebagian besar kolom berbentuk heksagonal, meskipun ada juga beberapa yang segi empat, lima, tujuh dan delapan. Kolom tertinggi adalah 12 meter, dan tinggi laba yang mengeras di tebing adalah 28 meter.


Giants Causeway Irlandia
8. Hell Gate (Turkmenistan)

Terdapat di Gurun Karakum di Turkmenistan. Di dekat desa terpencil, Derweze yang dihuni 350 orang, terdapat sebuah kawah selebar 60 meter dan dalam 20 meter. Kawah ini terus-menerus mengeluarkan api dan terbakar selama 38 tahun.



Oleh penduduk setempat, kawah membara ini disebut sebagai Kawah Gas Darvaza atau juga lebih terkenal sebagai 'Gerbang Neraka'. Kawah ini bisa terlihat dari jarak beberapa kilometer.

Ini bukan fenomena alam, melainkan hasil dari kecelakaan industrial. Pada tahun 1971, sebuah rig pengeboran Uni Soviet tak sengaja mengenai gua bawah tanah yang menyimpan gas dalam dalam jumlah yang masif.


9. Wave Rock (Australia)

Wafe Rock atau batu ombak adalah formasi batuan alam yang terletak di Australia Barat. Bentuknya seperti ombak laut yang melingkar.


Satu gelombang memiliki tinggi sekitar 15 meter dan panjang 110 meter.

10. Chocolate Hills (Philippines)

Terdiri dari sekitar 1.268 bukit berbentuk kerucut sempurna dengan ukuran hampir sama yang tersebar di area seluas lebih dari 50 km persegi. Merupakan formasi geologi yang sangat tak biasa, dinamakan Bukit Cokelat, berlokasi di Bohol, Filipina.

Chocolate Hills, Filipina


Tidak ada komentar:

Posting Komentar