Yahya
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Yahya bin Zakariyya (bahasa Arab:يحيى ) (sekitar 1 SM - 31 SM)[1][2] adalah Nabi Islam yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Diyakini bahawa Yahya hidup selama 30 tahun.[3][4]. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 28 M dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestina. Namanya disebutkan sebanyak 4 kali di dalam Al-Quran dan wafat di Damaskus Syiria.
Kisah Yahya
Nabi Yahya tidak banyak diuraikan dalam Qur'an. Hanya dijelaskan ia dikaruniai hikmah dan ilmu semasa kanak-kanak. Ia hormat pada orang tuanya, dan tidak sombong ataupun durhaka. Ia pintar dan tajam pemikirannya. Ia beribadah siang malam sehingga tubuhnya kurus kering, wajahnya pucat, dan matanya cekung.
Di kalangan bani Israil, dia dikenal sebagai ahli agama dan hafal Taurat. Ia berani mengambil keputusan, tidak takut dihina orang, dan tidak menghiraukan ancaman penguasa dalam usahanya menegakkan kebenaran. Ia menganjurkan orang bertobat, dan sebagai tanda, ia memandikan orang yang bertobat di sungai Jordan, yang sebenarnya adalah mandi besar, dan disebut pembaptisan dalam ajaran Kristen.
Yahya Menentang Herodes
Pada masa itu, Herodes, penguasa Palestina merencanakan akan menikah dengan kemenakannya sendiri yaitu Hirodia. Hirodia sendiri merasa senang jika diperistri oleh seorang raja. Yahya melarang pernikahan ini karena bertentangan dengan syariat kitab Taurat dan Zabur. Seluruh istana pun gempar, mereka setuju dengan pendapat Yahya. Sehingga membuat raja menjadi malu dan murka, kemudian ia dan Hirodia berusaha mencari jalan untuk membungkam mulut Yahya dengan cara apapun.
Yahya dalam Qur'an
Menurut Qur'an, Yahya atau Yohanes (dalam Kristen) adalah anak Zakariya, dan kelahirannya dikabarkan oleh Malaikat Jibril. ([Al-Qur'an 19:7], [Al-Qur'an 3:39]). Yahya diberi hikmah semenjak masih kanak-kanak (19:12). Dia mematuhi orang tuanya dan bukan orang sombong lagi durhaka ([Al-Qur'an 19:13]). Yahya dipuji di dalam Quran dan Allah memberkahi hari ketika dia dilahirkan. ([Al-Qur'an 19:15]).
Yahya disebut sebagai orang yang benar, mulia. ([Al-Qur'an 6:85], 3:39). Ia diutus untuk menyampaikan firman Allah (3:39).
Kisah Yahya diceritakan kembali oleh Ja'far pada Raja Abyssinia sebelum Migrasi ke Abyssinia [5].
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Yahya
KISAH NABI YAHYA
Allah SWT berfirman:
"Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: 'Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya): 'Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh." (QS. Ali 'Imran: 38-39)
"Hai Yahya, ambilah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih anak-anak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong dan durhaka. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia diiahirkan, dan pada hari itu ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan kembali." (QS. Maryam: 12-15)
"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (memperoleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia." (QS. Maryam: 7)
Inilah Yahya seorang Nabi yang Allah SWT bersaksi bahwa sebelumnya tak seorang pun yang serupa dengannya. Yaitu seorang Nabi yang Allah SWT berkata tentangnya:
"Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami." (QS. Maryam: 13)
Sebagaimana Khidir diberi ilmu dari sisi Allah SWT, maka Yahya diberi rasa cinta dari sisi Allah SWT. Al-Hanan ialah ilmu yang luas yang terkandung di dalamnya sesuatu kecintaan yang dalam terhadap makhluk dan alam. Hanan ialah salah satu dari tingat cinta vang bersumber dari ilmu. Yahya adalah seorang Nabi yang menjadi cermin dari ibadah, zuhud, dan cinta. Nabi Yahya mengungkapkan cinta kepada semua makhluk. Ia dicintai oleh manusia, burung-burung, binatang buas, bahkan gurun dan gunung. Darah Nabi Yahya tertumpah ketika beliau berusaha mempertahankan kebenaran yang disampaikannya di istana raja yang lalim. Peristiwa tragis itu berkaitan dengan seorang penari pelacur. Para ulama banyak menyebutkan keutamaan Yahya. Yahya hidup sezaman dengan Nabi Isa dan termasuk kerabat dekatnya dari sisi ibu (anak bibinya).
Ada hadis yang meriwayatkan bahwa Yahya dan Isa pernah bertemu pada suatu hari. Lalu Isa berkata kepada Yahya, mintakanlah ampun bagiku wahai Yahya. Sesungguhnya engkau lebih baik daripada aku. Yahya berkata: "Mintakanlah ampun bagiku wahai Isa karena engkau lebih baik daripada aku." Isa berkata: "Tidak, engkaulah yang lebih baik daripada aku. Engkau mengucapkan salam kepadaku sedangkan Allah SWT mengucapkan salam kepadamu." Kisah tersebut menunjukkan keutamaan Yahya ketika Allah S"WT menyampaikan salam kepadanya pada hari ia dilahirkan, pada hari ia mati, dan pada hari ia dibangkitkan kembali dalam keadaan hidup. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah pergi dan menemui para sahabatnya. Pada suatu hari, beliau mendapau mereka sedang menyebut-nyebut keutamaan para nabi. Ada yang mengatakan, Musa kalimullah (seorang nabi yang diajak bicara oleh Allah SWT). Ada yang mengatakan, Isa ruhullah (tiupan ruh Allah SWT). Dan ada juga yang mengatakan, Ibrahim khalilullah (seorang kekasih Allah SWT).
Demikianlah para sahabat berbicara tentang para nabi lalu Rasulullah saw menemui mereka. Ketika Rasul saw mendapati mereka tidak menyebut nama Yahya, beliau berkata: "Di manakah putra seorang syahid yang mendapatkan banyak penderitaan, yang memakan pohon karena takut dosa, di manakah Yahya bin Zakaria."
Sementara itu, datanglah musim semi di Palestina dan bumi tampak semakin menghijau dan langit semakin terang. Bulan dengan cahayanya menembus puncak-puncak pohon dan kebun. Bunga-bunga mawar dan jeruk semakin berkembang dan baunya tersebar ke udara. Dan burung-burung yang sedang berterbangan tampak bernyanyi dan melantunkan lagu-lagu kegembiraan di tengah-tengah suasana yang ceria dan penuh keindahan.
Kemudian lahirlah Yahya. Kelahiran Yahya dipenuhi banyak mukjizat. Beliau lahir pada saat ayahnya Zakaria berusia lanjut sehingga tampak seakan-akan ia putus asa karena tidak akan mempunyai keturunan. Beliau lahir melalui doa yang suci yang bersumber dari hati Nabi Zakaria yang suci dan tulus. Nabi Yahya lahir di tengah-tengah masa yang dipenuhi dengan puncak kesucian sebagaimana juga dihiasi dengan puncak kelaliman. Maryam adalah simbol puncak kesucian di zamannya. Mihrabnya penuh dengan bau yang harum yang memancarkan kalimat-kalimat salat yang terus menerus dan zikir yang bersumber dari hati yang suci. Mesjid tampak dipenuhi dengan gelombang orang-orang yang salat dan orang-orang mukmin yang berzikir.
Namun nun jauh di sana kelaliman tetap membunyikan genderangnya.
Yahya dilahirkan dan masa kecilnya tidak seperti lazimnya masa yang dilalui oleh anak-anak. Umumnya anak-anak saat itu bermain hal-hal yang tidak berguna, sedangkan Yahya tampak serius sejak beliau kecil. Anak-anak kecil saat itu merasa senang dan terhibur ketika mereka menyiksa binatang, sementara Yahya justru memberi makan bintang-binatang dan burung dari makanannya sebagai bentuk belas kasihan darinya, bahkan terkadang Yahya sendiri makan dari daun-daun pohon atau buahnya. Ketika beliau menginjak usia dewasa, maka cahaya wajahnya semakin bersinar dan hatinya penuh dengan hikmah dan cinta kepada Allah SWT serta kedamaian. Yahya adalah seseorang yang menyukai membaca sejak usia dini. Beliau rajin membaca dan menggali ilmu. Ketika beliau masih kecil, Allah SWT memanggilnya: "Hai Yahya, ambilah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih anak-anak."
Yahya mendapatkan perintah—saat beliau masih kecil—untuk mengambil Kitab dengan kekuatan. Yakni, hendaklah ia belajar kitab dengan penuh ketelitian, Yaitu kitab syariat. Allah SWT memberinya kemampuan untuk mengetahui syariat dan memutuskan perkara manusia saat beliau masih kecil. Yahya adalah orang yang paling alim di zamannya dan paling banyak menerima hikmah. Beliau mempelajari syariat secara sempurna. Oleh karena itu, Allah SWT memberinya kekuasaan saat beliau masih kecil. Beliau mampu menyelesaikan persoalan di antara manusia dan menjelaskan mereka rahasia-rahasia agama, bahkan beliau mengenalkan merekajalan kebenaran dan mengingatkan mereka dari jalan kesalahan atau kebatilan. Kemudian Yahya semakin dewasa dan ilmunya makin bertambah serta kasih sayangnya pun makin meningkat, baik kepada kedua orang tuanya maupun kepada binatang. Kasih sayang Nabi Yahya meliputi segala sesuatu.
Beliau mengajak manusia untuk bertaubat dari dosa mereka; beliau memandikan mereka di sungai Jordania agar mereka menyucikan diri mereka dengan taubat; beliau mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Di sana tidak terdapat seseorang yang ridak. suka kepada Yahya atau menginginkan keburukan baginya. Yahya adalah seseorang yang sangat dicintai oleh masyarakatnya karena ia memang seorang yang penyayang, seorang yang bertakwa, seorang yang alim, dan seorang yang berbudi mulia. Beliau keluar dan pergi ke gunung dan kebun bahkan gurun dan tinggal di dalamnya selama berbulan-bulan untuk menyembah Allah SWT dan menangis di hadapan-Nya serta salat. Beliau merasakan kedamaian di daratan, bahkan beliau tidak memperhatikan makanannya. Beliau makan dari daun-daun pohon dan minum dari air sungai. Bahkan beliau makan belalang dan juga rumput. Beliau tidur di gua mana pun yang ditemuinya di gunung dan lubang mana pun yang didapatinya di bumi.
Terkadang beliau masuk di suatu gua gunung lalu beliau menemukan binatang buas di dalamnya seperti serigala atau singa namun karena kesibukannya dan konsentrasinya saat berzikir kepada Allah SWT dan salat sehingga beliau tidak lagi memperhatikan serigala atau singa. Serigala dan singa itu melihat Nabi Yahya lalu mereka mengetahui bahwa ini adalah seorang Nabi Allah SWT yang sangat berbelas kasih kepada binatang, maka binatang-binatang buas itu menundukkan kepalanya dan meninggalkan tempat itu dengan tenang sehingga Nabi Yahya tidak mendengar suara mereka.
Pada kesempatan yang lain, Nabi Yahya memberi makan binatang-binatang buas dengan penuh kasih sayang. Bahkan beliau tidak makan di malam harinya karena makanannya diberikan kepada binatang-binatang itu. Beliau merasa puas saat menjadikan salat dan zikir sebagai makanan dari hatinya sebelum beliau memberi makanan pada tubuhnya. Beliau makan dari daun-daun pohon. Beliau bermalam atau bergadang dalam keadaan air matanya berlinangan saat berzikir kepada Allah SWT dan tenggelam dalam lautan cinta dan bersyukur kepada-Nya. Ketika Nabi Yahya berdiri di depan manusia untuk mengajak mereka menyembah Allah SWT, maka beliau mampu membuat mereka menangis karena cinta dan khusuk. Beliau mampu mempengaruhi hati mereka dengan kebenaran yang dibawanya dan beliau menampakkan bahwa beliau memang dekat dengan Allah SWT.
Pada suatu hari, Nabi Yahya keluar menemui manusia. Mesjid tampak ramai dipenuhi orang-orang. Nabi Yahya berdiri dan beliau mulai berbicara: "Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan aku untuk menyampaikan kalimat-kalimat yang telah aku kerjakan dan aku telah memerintahkan kalian untuk juga mengerjakannya. Hendaklah kalian menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya. Barangsiapa yang menyekutukan Allah SWT dan menyembah selain-Nya, maka ia seperti seorang budak yang dibeli oleh majikannya lalu ia bekerja dan memberikan tenaganya kepada tuan selain tuannya. Siapakah di antara kalian yang ingin memiliki budak seperti itu. Dan aku memerintahkan kalian untuk melaksanakan salat. Sesungguhnya Allah SWT melihat hamba-Nya saat ia salat. Oleh karena itu, jika kalian salat, maka hendaklah kalian berusaha untuk khusuk. Aku pun memerintahkan kalian untuk berpuasa, maka siapa yang melakukan demikian, maka ia seperti seseorang lelaki yang mempunyai bingkisan dari misik yang baunya harum. Setiap lelaki ini berjalan, maka akan terpancarlah bau harum misik darinya. Aku pun memerintahkan kalian agar banyak melakukan zikir kepada Allah SWT, maka orang seperti itu seperti seorang lelaki yang dicari-cari oleh musuhnya lalu ia segera berlindung dalam benteng yang kuat. Dan benteng yang paling kuat adalah zikrullah dan tiada keselamatan tanpa benteng itu."
Nabi Yahya mengakhiri nasihatnya lalu ia turun dari mimbar dan kembali ke gurun. Di gurun itu hanya terdapat pasir yang berterbangan dan tiada suara lain selain suara angin dan napas pohon serta suara kaki-kaki binatang buas dan gerakan batu-batu gunung. Di sanalah Yahya berdiri di tengah-tengah kesunyian ini. Beliau melaksanakan salat dan menangis.
Kemudian terjadilah pergulatan hebat antara Nabi Yahya dan pemerintah yang berkuasa. Salah seorang penguasa di zaman itu adalah seorang yang lalim dan sempit akalnya. Kerusakan tersebar di istananya. Ia mendengar berita tentang Yahya. Ia heran karena banyaknya manusia yang memberikan penghargaan dan penghormatan yang luar biasa kepada Yahya sedangkan ia sebagai seorang raja tidak mendapatkan penghormatan yang demikian besar.
Raja tersebut ingin memperkosa istri saudaranya di mana ia mempunyai anak perempuan yang memiliki kecantikan yang terkenal. Dalam cerita disebutkan bahwa anak perempuan itu mampu melakukan tarian yang mengagumkan sambil memakai tujuh helai baju. Setiap ia menari, maka terlepaslah setiap baju yang dipakainya dan pada tarian yang terakhir, ia tampak dalam keadaan telanjang.
Raja bertanya kepada Yahya, apakah ia boleh menikahi istri saudaranya. Yahya menjawab, itu tidak diperbolehkan. Raja tetap berbicara kepada Yahya dan mendesak kepadanya agar membolehkannya menikah dengan wanita yang disukainya itu, dan hendaklah Yahya mencari solusi atau fatwa yang sangat memuaskannya. Namun Yahya menolak keras untuk memenuhi permintaan raja itu. Kemudian Yahya pun meninggalkannya. Akhirnya, raja tampak marah kepada Yahya dan memerintahkan agar Yahya dipenjara. Kemudian raja itu pun memperkosa istri saudaranya. Anak perempuan wanita itu yang suka menari telah melihat Yahya saat ia berbicara dengan raja. Anak perempuan itu sangat tertarik akan ketampanan Yahya dan keagungan kepribadiannya.
Ringkasnya, wanita yang ahli menari itu pun merasa jatuh cinta kepada Yahya. Ia pergi menemui Yahya di penjaranya dan ia melihat Yahya dalam keadaan duduk salat dan menangis. Wanita itu terus mengawasi Yahya saat beliau salat sampai selesai. Lalu ia meletakkan dirinya di bawah kaki Yahya dan memintanya agar mencintainya sebagaimana ia mencintai Yahya. Yahya menjawab bahwa di dalam hatinya tidak ada cinta lain selain cinta kepada Allah SWT. Wanita itu pun bangkit dari tempatnya dalam keadaan putus asa. Ia meninggalkan Yahya dalam keadaan hatinya dipenuhi kebencian padanya. Ia kembali ke istana raja.
Waktu Isya telah berakhir. Raja mulai meminum minuman kesukaannya, yaitu khamr. Wanita itu memberikan minum kepada raja. Saking banyaknya raja minum, sampai-sampai raja merasa bahwa kepalanya seperti balon besar dan ia sebentar lagi akan terbang. Di sanalah wanita penari itu segera memakai pakaian tarian dan kembali kepada raja. Raja melihatnya dan ia merasa kepalanya bertambah besar dan wanita itu mulai menari. Lalu dipukullah rebana dan berbagai alat musik sehingga wanita itu tampak menari dan menikmati tariannya. Pada tarian ketujuh ia berhenti lalu membuka wajahnya sambil berkata kepada raja: "Wahai tuanku, aku ingin bertanya sedikit kepadamu." Raja yang sedang mabuk itu berkata: "Segala sesuatu yang engkau inginkan akan kuberikan kepadamu sekarang juga." Wanita itu berkata: "Aku menginginkan kepala Yahya bin Zakaria."
Mendengar perkataan itu, raja segera sadar dari mabuknya lalu ia merasakan ketakutan. Ia berkata kepadanya: "Mintalah kepadaku yang lain saja." Wanita itu berkata: "Aku menginginkan darah Yahya bin Zakaria." Wanita ini adalah simbol keburukan. Raja berkata sambil minum minuman keras yang keempat kalinya setelah empat puluh kali: "Bunuhlah Yahya!" Akhirnya, pemimpin pasukan raja mengeluarkan perintah kepada anak buahnya untuk menghabisi Yahya. Kemudian Yahya menemui ajalnya secara tragis dan meneguk madu syahadah.
Injil Mata pada pasal yang keempat belas menyebutkan suatu riwayat sebagai berikut:
"Hirdus telah menangkap Yuhana lalu ia menjebloskan ke dalam penjara karena Hirduya istri dari saudaranya. Sebab Yuhana berkata kepadanya, engkau tidak boleh mengambilnya sebagai istrimu. Ia ingin membunuh Yuhana tetapi ia khawatir terhadap reaksi masyarakat karena mereka menganggapnya sebagai seorang Nabi. Ketika diadakan acara kelahiran Hirdus salah seorang perempuan anak dari Hirduya menari di tengah-tengah para hadirin sehingga Hirdus merasa kagum, karenanya kemudian ia bersumpah bahwa apa pun yang diminta penari itu akan diturutinya. Wanita itu berkata: "Berikanlah kepadaku kepala Yuhana." Sebetulnya raja itu keberatan tetapi ia sudah terlanjur bersumpah dan disaksikan orang-orang di sekitarnya, maka ia pun memerintahkan agar perrnintaan wanita itu dituruti. Kemudian kepala Yuhana dikirim dari penjara, dan diberikan kepada gadis itu, lalu gadis itu membawanya kepada ibunya."♦
Sumber : http://docs.google.com/View?id=d8mvfdf_82db2qjhdx
Kisah Nabi Yahya Menurut Tanbihul Ghafilin
Nabi Zakaria, ayahnya Nabi Yahya sedar dan mengetahui bahawa anggota-anggota keluarganya, saudara-saudaranya, sepupu-sepupunya dan anak-anak saudaranya adalah orang-orang jahat Bani Israil yang tidak segan-segan melanggar hukum-hukum agama dan berbuat maksiat, disebabkan iman dan rasa keagamaan mereka belum meresap betul didalam hati mereka, sehingga dengan mudah mereka tergoda dan terjerumus ke dalam lembah kemungkaran dan kemaksiatan. Ia khuatir bila ajalnya tiba dan meninggalkan mereka tanpa seorang waris yang dapat melanjutkan pimpinannya atas kaumnya, bahawa mereka akan makin rosak dan makin berani melakukan kejahatan dan kemaksiatan bahkan ada kemungkinan mereka mengadakan perubahan-perubahan di dalam kitab suci Taurat dan menyalah-gunakan hukum-hukum agama.
Kekhuatiran itu selalu mengganggu fikiran Zakaria disamping rasa sedih hatinya bahawa ia sejak kahwin hingga mencapai usia sembilan puluh tahun, Tuhan belum mengurniakannya dengan seorang anak yang ia idam-idamkan untuk menjadi penggantinya memimpin dan mengimami Bani Isra'il. Ia agak terhibur dari rasa sedih dan kekhuatirannya semasa ia bertugas memelihara dan mengawasi Maryam yang dapat dianggap sebagai anak kandungnya sendiri. Akan tetapi rasa sedihnya dan keinginanya yang kuat untuk memperolhi keturunan tergugah kembali ketika ia menyaksikan mukjizat hidangan makanan dimihrabnya Maryam. Ia berfikir didalam hatinya bahawa tiada sesuatu yang mustahil di dalam kekuasaan Allah s.w.t.. Allah s.w.t. yang telah memberi rezeki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri tidak berdaya dan berusaha, Dia pula berkuasa memberinya keturunan bila Dia kehendaki walaupun usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah penuh uban.
Pada suatu malam yang sudah larut duduklah Zakaria di mihramnya menghiningkan cipta memusatkan fikiran kepada kebesaran Allah s.w.t. seraya bermunajat dan berdoa dengan khusyuk dan keyakinan yang bulat. Dengan suara yang lemah lembut berucaplah ia dalam doanya: "Ya Tuhanku berikanlah aku seorang putera yang akan mewarisiku dan mewarisi sebahagian dari keluarga Ya'qub, yang akan meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani Isra'il. Aku khuatir bahawa sepeninggalanku nanti anggota-anggota keluargaku akan rosak kembali aqidah dan imannya bila aku tinggalkan mati tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikan aku. Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban sedang isteriku adalah seorang perempuan yang mandul namun kekuasaan-Mu adalah diatas segala kekuasaan dan aku tidak jemu-jemunya berdoa kepadamu memohon rahmat-Mu mengurniai akan seorang putera yang soleh yang Engkau redhai."
Allah s.w.t. berfirman memperkenankan permohonan Zakaria: "Hai Zakaria Kami memberi khabar gembira kepadamu, kamu akan memperoleh seorang putera bernama Yahya yang soleh yang membenarkan kitab-kitab Allah menjadi pemimpin yang diikuti bertahan diri dari hawa nafsu dan godaan syaitan serta akan menjadi seorang nabi."
Berkata Zakaria: "Ya Tuhanku bagaimana aku akan memperolehi anak sedangkan isteri adalah seorang perempuan yang mandul dan aku sendiri sudah lanjut usianya."
Allah s.w.t. menjawab dengan firman-Nya: "Demikian itu adalah suatu hal yang mudah bagi-Ku. Tidakkah aku telah ciptakan engkau padahal engkau di waktu itu belum ada sama sekali?"
Berkata Zakaria: "Ya Tuhanku, berilah aku akan suatu tanda bahawa isteri aku telah mengandung." Allah s.w.t. berfirman: "Tandanya bagimu bahawa engkau tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari berturut-turut kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah nama-Ku sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah diwaktu petang dan pagi hari."
Nabi Yahya bin Zakaria a.s. tidak banyak dikisahkan oleh Al-Quran kecuali bahawa ia diberi ilmu dan hikmah selagi ia masih kanak-kanak dan bahawa ia seorang putera yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan bukanlah orang yang sombong durhaka. Ia terkenal cerdik pandai, berfikiran tajam sejak ia berusia muda, sangat tekun beribadah yang dilakukan siang dan malam sehingga berpengaruh kepada kesihatan badannya dan menjadikannya kurus kering, wajahnya pucat dan matanya cekung.
Ia dikenal oleh kaumnya sebagai orang alim menguasai soal-soal keagamaan, hafal kitab Taurat, sehingga ia menjadi tempat bertanya tentang hukum-hukum agama. Ia memiliki keberanian dalam mengambil sesuatu keputusan, tidak takut dicerca orang dan tidak pula menghiraukan ancaman pihak penguasa dalam usahanya menegakkan kebenaran dan melawan kebathilan.
Ia selalu menganjurkan orang-orang yang telah berdosa agar bertaubat dari dosanya. Dan sebagai tanda taubatnya mereka dipermandikan {dibaptiskan} di sungai Jordan, kebiasaan mana hingga kini berlaku di kalangan orang-orang Kristian dan kerana Nabi Yahya adalah orang pertama yang mengadakan upacara itu, maka ia digelar"Yahya Pembaptis".
Dikisahkan bahawa Hirodus, penguasa Palestin pada waktu itu mencintai anak saudaranya sendiri bernama Hirodia, seorang gadis yang cantik, ayu, bertubuh lampai dan ramping dan berhasrat ingin mengahwininya. Gadis itu serta ibunya dan seluruh anggota keluarga menyentujui rencana perkahwinan itu, namun Nabi Yahya menentangnya dan mengeluarkan fakwa bahawa perkahwinan itu tidak boleh dilaksanakan kerana bertentangan dengan syariat Musa yang mengharamkan seorang mengahwini anak saudaranya sendiri.
Berita rencana perkahwinan Hirodus dan Hirodia serta fatwa Nabi Yahya yang melarangnya tersiar di seluruh pelosok kota dan menjadi pembicaraan orang di segala tempat di mana orang berkumpul. Herodia si gadis cantik calon isteri itu merasa sedih bercampur marah terhadap Nabi Yahya yang telah mengeluarkan fatwa mengharamkan perkahwinannya dengan bapa saudaranya sendiri, fatwa mana telah membawa reaksi dan pendapat dikalangan masyarakat yang luas. Ia khuatir bahawa bapa saudaranya Herodus calon suami dapat terpengaruh oleh fatwa Nabi Yahya itu dan terpaksa membatalkan perkahwinan yang sudah dinanti-nanti dan diidam-idamkan, bahkan bahkan sudah menyiapkan segala sesuatu berupa pakaian mahupun peralatan yang perlu untuk pesta perkahwinan yang telah disepakati itu.
Menghadapi fatwa Nabi Yahya dan reaksi masyarakat itu, Herodia tidak berdiam diri. Ia berusaha dengan bersenjatakan kecantikkan dan parasnya yang ayu itu mempengaruhi bapa saudaranya calon suaminya agar rencana perkahwinan dilaksanakan menurut rencana. Dengan menghias diri dan berpakaian yang merangsang, ia pergi mengunjungi bapa saudaranya Herodus yang sedang dilanda mabuk asmara. Bertanya Herodus kepada anak saudaranya calon isterinya yang nampak lebih cantik daripada biasa : "Hai manisku, apakah yang dapat aku berbuat untukmu. Katakanlah aku akan patuhi segala permintaanmu, kedatanganmu kemari pada saat ini tentu didorong oleh sesuatu hajat yang mendesak yang ingin engkau sampaikan kepadaku. Sampaikanlah kepadaku tanpa ragu-ragu, hai sayangku, aku sedia melayani segala keperluan dan keinginanmu."
Herodia menjawab: "Bila Tuan Raja berkenan, maka aku hanya mempunyai satu permintaan yang mendorongku datang mengunjungi Tuanku pada saat ini. Permintaanku yang tunggal itu ialah kepala Yahya bin Zakaria orang yang telah mengacau rencana kita dan mencemarkan nama baik Tuan Raja dan namaku sekeluarga di segala tempat dan penjuru. Supaya dia dipenggal kepalanya. Alangkah puasnya hatiku dan besarnya terima kasihku, bila Tuanku berkenan meluluskan permintaanku ini". Herodus yang sudah tergila-gila dan tertawan hatinya oleh kecantikan dan keelokan Herodia tidak bernolak menghadapi permintaan calon isterinya itu dan tidak dapat berbuat selain tunduk kepada kehendaknya dengan mengabaikan suara hati nuraninya dan panggilan akal sihatnya. Demikianlah maka tiada berapa lama dibawalah kepala Yahya bin Zakaria berlumuran darah dan diletakkannya di depan kesayangannya Herodia yang tersenyum tanda gembira dan puas hati bahawa hasratnya membalas dendam terhadap Yahya telah terpenuhi dan rintangan utama yang akan menghalangi rencana perkahwinannta telah tersingkirkan, walaupun perbuatannya itu menurunkan laknat Tuhan atas dirinya, diri rajanya dan Bani Isra'il seluruhnya.
Cerita tentang Zakaria dan Yahya terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran, surah Maryam ayat 2 sehingga ayat 15, surah Ali Imran ayat 38 senhingga ayat 41 dan surah Al-Anbiya' ayat 89 sehingga ayat 90.
Sumber http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/himpunankisahparanabi6.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar